Rabu, 27 November 2013

aku (tak) bisa menulis

mereka bilang, menulis adalah bekerja untuk keabadian.
mereka bilang, seorang pemimpin hebat, seorang public figure sekalipun, rentan termakan zaman jika tidak mengabadikan karya dalam bentuk tulisan.
tulisan merupakan salah satu rekam jejak seseorang, bahwa ia pernah ada di dunia ini, dan menghasilkan suatu karya yang kelak akan dikenal dan diingat selalu oleh anak cucunya.
ya,aku sangat paham itu.

namun aku sangat merasa kesulitan untuk menulis.
aku iri, pada mereka yang dengan mudah bisa menuangkan isi pikiran mereka ke dalam tulisan.
aku iri pada mereka yang tulisannya begitu mengalir dan enak untuk dibaca.
tapi entah kenapa, aku tak bisa menulis.
bahkan untuk sekedar menulis catatan harian, untuk menulis apa yang kurasakan hari ini, sepertinya aku tak bisa.
aku selalu merasa tidak percaya diri karena kata-kataku rasanya selalu kurang pas untuk dituangkan kedalam tulisan sehingga selalu membuatku urung lagi untuk menulis.
padahal mereka bilang, dengan menulis aku bisa menjadi apa saja. dengan menulis aku bisa pergi kemana saja.
kedengarannya hebat,tapi aku tetap saja tidak bisa menulis.

aku lebih suka mengekspresikan perasaanku melalui gambar, melalui goresan pensil yang kutuangkan dalam secarik kertas.
terkadang melalui lukisan, perasaan melukis dengan kuas di atas kanvas betul-betul membuatku merasa hidup. gambar dan lukisankulah yang "berbicara" tentang perasaanku, tentang banyak pesan yang ingin aku sampaikan pada mereka yang melihatnya. aku sama sekali tidak menggambar atau melukis tanpa makna. ada makna dibalik setiap goresannya.

terkadang dengan musik, musik betul-betul bisa mewakili apa yang sedang kurasakan. untaian nada-nada itu bisa kuatur sedemikian rupa untuk mentransfer rasa dan makna kepada orang yang mendengarnya.

juga dengan foto. aku menyukai fotografi. aku suka memotret apa saja. karena sebuah foto bisa membawa orang mengingat masa lalu, mensyukuri hari ini, bahkan bisa membuat pikiran mereka terbang ke masa depan.

banyak hal yang bisa mengekpresikan perasaanku. justru karena aku tidak bisa menulis, aku membuat "tulisan"ku sendiri. aku bercerita dengan caraku sendiri. aku mengabadikan karyaku dengan caraku sendiri.

aku tidak khawatir termakan zaman, karena aku punya "tulisan" dengan versiku sendiri.

***

tulisan ini terinspirasi dari mereka yang merasa kesulitan menulis tapi tetap punya ruang untuk "menulis". :)
walaupun sebetulnya, menulis adalah semudah bercerita. nih buktinya, bahkan menceritakan kesulitanmu untuk menulis ternyata bisa menjadi sebuah tulisan.hehe.. ^_^v
happy writing! :D

Jumat, 15 November 2013

rindu

kalau kau ingin menertawakanku,silakan saja..
tapi sepanjang hari ini..
entah kenapa..
aku rindu..
pada sosok yang kuat namun ringkih karena banyak merasakan pahitnya dunia..
yang katanya keturunan kerajaan gorontalo namun memilih merantau,menolak mengemis dari kekayaan yang diturunkan..
yang jago sekali berbicara bahasa inggris dengan berbagai aksen dan beberapa bahasa lain tapi kesulitan dengan bahasa jepang karena lidahnya yang pendek..
yang cerdas karena pengalaman hidup dan ilmunya yang kaya..
yang galak tapi penyayang..
yang koleris dan terkadang dimusuhi karena terlalu keras kepala..
yang jago bernegosiasi dan ga mau kalah..
yang sangat suka berbicara dan menasihati anak-anak muda.dan aku senang mendengarkannya.apapun topiknya selalu menarik buatku. (walau ia sering lupa waktu karena keasikan bicara)
yang unik pemahaman agamanya..
yang kadang suka mengetes dengan pertanyaan yang membuatku mengernyitkan dahi untuk mencari jawabannya..
yang kalau disanggah argumennya ga pernah sekalipun mau kalah,walaupun apa yang kita bicarakan intinya sama,selalu dibuat agar yang memenangkan diskusi selalu dirinya.. (haha *nurut)
yang mengajarkan bahasa inggris kadang sampai teriak-teriak,harus sempurna,persis seperti ia mengejanya..
yang meyakinkan bahwa aku adalah gajah dan mereka adalah kecoa (haha)..
yang pernah membuatku menangis tapi kemudian tersenyum ketika kesalahan itu diakui.baginya,mengakui kesalahan adalah ksatria..

seorang yang unik dan hanya ada satu-satunya di dunia..
aku rindu, tapi kenapa rasanya tak punya nyali untuk bertemu?

Selasa, 12 November 2013

this morning i realized something:
bukan salah setan karena terlalu hebat menggoda kita, melainkan salah kita sendiri yang melepaskan genggaman kita pada Allah sehingga menjadi mudah bagi setan menarik kita dalam perangkapnya..

Ya Allah, jika aku berpegangan pada-Mu, setan tidak akan berani menggangguku bukan? 
kalau begitu aku takkan melepaskan genggamanku lagi.
dan jangan Kau biarkan aku melepaskannya lagi.

Senin, 11 November 2013

tak ada pertemuan yang sia-sia


terinspirasi dari perkataan seorang sahabat, 
"tak ada pertemuan yang sia-sia."

sudah berapa banyak orang yang kita temui hingga detik ini?
sudah berapa banyak orang yang datang dan pergi di kehidupan kita?
dari mulai keluarga, sahabat karib, teman, hingga orang yang kebetulan bertemu kita di jalan.
tak terhitung banyaknya.

ada yang datang kemudian tinggal,
ada yang menetap kemudian pergi,
ada yang hanya sekedar singgah.

ada yang setia di sisi,
ada yang tak peduli,
ada pula yang menyakiti.

dan semuanya sudah Allah atur, membawa pelajarannya masing-masing untuk memperkaya kebijaksanaan diri kita.
selalu ada hikmah dari setiap pertemuan. selalu ada pelajaran dari setiap orang.
berbaik sangkalah pada-Nya yang takkan pernah salah memberi apa yang kita butuhkan..

Jumat, 08 November 2013

semoga panjang umur

selamat ulang tahun,semoga panjang umur
Kalimat di atas merupakan kalimat yang biasa kita dengar sebagai ucapan selamat untuk ulang tahun seseorang. Dulu, aku juga melakukan hal yang sama. Sekedar mengikuti kebiasaan orang-orang, "semoga panjang umur" selalu menjadi doa yang selalu terselip di setiap ucapan ulang tahun dariku.

Sampai akhirnya, suatu waktu, sudah lama sekali. Mungkin SMP. Saat aku dan adik-adikku patungan membelikan hadiah ulang tahun untuk ibu. Tidak mewah, hanya sepaket makanan ringan yang ibu sukai, lengkap dengan surat di dalamnya. Ucapan selamat ulang tahun, doa-doa sederhana, termasuk doa "semoga panjang umur" tertulis disitu.

Ketika membaca surat itu, ibu lalu bertanya, "Semoga panjang umur? Memangnya kalian ingin umur ambu (panggilan kami untuk ibu) sampai sepanjang apa?" Sebuah pertanyaan sederhana yang membuatku tak bisa menjawabnya. Iya juga, memangnya aku ingin beliau hidup sampai umur berapa? Lagipula bukan panjangnya umur yang Allah lihat, tapi digunakan untuk apa umur itu. Percuma umur panjang tapi manfaat yang diberikan sedikit. Sebaliknya, akan lebih baik jika meninggal di usia muda dengan manfaat yang ditinggalkannya segudang. Begitu pikirku.

Sejak saat itu, aku tak pernah lagi mendoakan "semoga panjang umur" dalam setiap ucapan selamat ulang tahunku. Malah pernah temanku mendoakannya untukku tapi lalu kuprotes, "Jangan didoain selamat panjang umur,ah."

Tapi akhir-akhir ini aku malah berpikir, justru harus panjang umur. Harus. Tapi kali ini aku memaknainya dengan konteks yang berbeda. Bukan panjang umur selama hidup di dunia, apalagi umur kita tak ada yang tahu sampai kapan. Tapi panjang umur saat diri kita justru telah terbalut kain kafan dan terkubur di dalam tanah. Umur kita setelah kita tiada, harus melebihi umur kita selama hidup di dunia.

Di saat kita telah tiada, orang-orang masih mengingat kita, manfaat kita masih dirasakan oleh mereka. Walaupun kita secara jasad sudah tak ada, tapi kita masih "hidup" karena keberadaan kita masih terasa oleh mereka. Aku berharap, justru "kehidupan" kita setelah kita mati itulah yang seharusnya lebih panjang. Bukan panjang umur ketika ruh berada dalam jasad, tapi panjang umur setelah ruh pergi dari jasadnya.

Kupikir, sekarang aku akan menggunakan doa itu lagi. Untuk yang sedang berulang tahun, ah tidak, untuk semua orang di dunia ini, termasuk untukmu yang sedang membaca tulisanku ini, semoga panjang umur ya.. Begitu juga aku, semoga aku panjang umur. Aamiin.. :)