Kamis, 16 Januari 2014

Tentang Kebosanan dan Cara Mengatasinya (ala bos)

Sekitar satu setengah tahun yang lalu, selama beberapa bulan, aku pernah menjadi freelancer di sebuah lembaga kursus bahasa inggris. Masa-masa itu, tak kupungkiri merupakan salah satu pengalaman yang memberikan banyak pelajaran berharga untukku. 

Ada salah satu pembicaraan menarik dengan -yaa sebut saja- bos kami. Siang itu si bos menghampiri aku dan temanku yang sedang duduk di sela-sela waktu istirahat kami. Beliau memulai dengan satu pertanyaan, "Kira-kira ada tidak yang bikin kalian bosan atau kesal selama disini?"

"Kalau kebanyakan belajar tapi ngga action-action pak,hehe.." jawabku. Ya, kadang aku suka bosan dengan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh kantor sementara terjun ke lapangannya jarang.

"Kalau orang lain bisa, tapi saya ga bisa-bisa pak," jawab temanku. Kupikir itu jawaban mengenai hal yang bikin dia kesal. Mengajar bahasa inggris dengan full communication memang bukan hal yang mudah. Kita dituntut harus belajar banyak aksen dan cara bicara yang harus persis dengan native speaker atau orang bule aslinya. It's fun for me, but for some people maybe it's kinda hard.

Lalu si bos bertanya lagi, "Nah, saya mau kasih kalian 2 hal. Tentang fakta kebosanan dan tentang bagaimana mengatasi kebosanan itu. Mau yang mana dulu?"

"Fakta dulu pak," jawabku.

"Oke,kalian disini (tempat kerja) sebetulnya sedang diajarkan untuk menjadi seorang pengusaha. Dan untuk menjadi seorang leader (leader itu sebutan untuk pengajar) yang mahir tentu ada prosesnya kan? Dari mulai belajar,mengajar,kemudian simulasi,lalu praktek. Nah, semua proses itu harus dijalani kalau memang mau bisa. Ga bisa diloncat-loncat, misalnya dari belajar terus langsung praktek. Nanti hasilnya tidak optimal..Jadi nikmati prosesnya.." kita ngangguk-ngangguk.

"Kalian juga harus berkembang, lepaskan diri dari belenggu yang menghambat kalian untuk maju, bahkan mungkin teman kalian sendiri," ini mungkin kedengarannya sedikit kasar, tapi beliau ada benarnya. Ada saat-saat dimana kita harus jaga jarak dengan mereka yang menghambat pertumbuhan diri kita, walaupun mungkin itu teman kita sendiri.

Kemudian beliau menambahkan, "Setiap masalah itu ada sebabnya, jadi usahakan cari sebabnya, cari akar masalahnya. Kalau sebabnya sudah terselesaikan, maka masalahnya juga selesai.." yess,you're so right, sir.

"Sekarang yang kedua. Tentang bagaimana mengatasi kebosanan. Coba Husna, kalau kamu lagi bosan, apa yang kamu lakukan?"

"Mungkin mengalihkan dulu ke aktivitas lain dulu kali ya, baru nanti dilanjut lagi," jawabku.

Dan jawaban dari beliau menarik sekali. Coba simak. 

"Nah, kebanyakan orang berpikir begitu. Kita menyebutnya refreshing. Tapi coba kita lihat dampaknya. Ketika kita bosan, terus kita melakukan refreshing, misalnya kita sedang mengerjakan tugas, terus karena bosan, kita berhenti dan nyeduh kopi dulu.. Sebetulnya, dengan kita refreshing, kebosanan itu akan datang lagi, bahkan dengan tingkat yang lebih tinggi. Sehingga apa yang terjadi? Refreshing kita yang sebelumnya tidak lagi mempan untuk kebosanan yang kedua, sehingga kita harus cari cara lain untuk mengatasi kebosanan itu."
Ngerti maksudnya? Biar kusederhanakan.. Misalkan kita lagi ngerjain skripsi (maaf ya,mahasiswa tingkat akhir gini nih,obrolannya skripsi mulu,haha), terus kita ngerasa bosan, karena kita bosan, kita refreshing dengan nyeduh kopi. Setelah minum kopi, ketika kita ngerjain skripsi lagi, besar kemungkinan kita akan merasa bosan lagi, dan ketika kebosanan yang kedua datang, minum kopi tidak lagi dapat menghilangkan kebosanan itu. Kenapa? Karena kebosanan yang kedua datang dengan tingkat yang lebih tinggi. Dan kita ga bisa pakai cara yang sama untuk menghilangkan kebosanan yang tingkatnya sudah naik level itu. Jadi kalau kita udah pake cara nyeduh kopi,cara itu ga akan berhasil lagi. Kita harus pake cara lain misalnya dengan makan mie,atau nonton tv,olahraga keliling komplek,nanti lama-lama refreshing beneran ke luar kota dan akhirnya skripsinya ga kelar-kelar deh. Hahaha.. 

"Jadi satu-satunya cara yang paling ampuh menghadapi kebosanan adalah dengan -mau ga mau- menyelesaikan pekerjaan itu sesegera mungkin. Apapun yang terjadi, hadapi saja sampai selesai. Sampai kita kebal. Sehingga ketika muncul permasalahan yang sama, kita langsung bisa menyelesaikannya, bahkan hal itu bukan lagi masalah besar bagi kita," lanjutnya. 
Kalau ga salah disini beliau ngasih contoh pelajar yang lagi nyelesain soal matematika yang rumit. Fokus aja sama cari jawabannya, kalo perlu liatin terus tuh soalnya sampe butek. Kalo ga ada ide, telepon temen, atau cari caranya di internet. Pokoknya cari terus caranya sampe dapet. Ketika jawabannya dapet, dan di masa depan datang soal serupa, itu bukan lagi masalah bagi dia. Intinya kalau ada masalah atau kerjaan, selesain cepet-cepet, jangan kabur-kaburan. Gitu mungkin ya.. *ehm,kesindir.

"Sama halnya dengan ketika kita belajar sepeda, awalnya pasti takut, dan kalau ga bisa-bisa pasti inginnya nyerah. Tapi lanjutkan aja, jangan berhenti sampai bisa. Bahkan kalau udah bisa malah ketagihan kan? Sampai nanti berada di titik "terbiasa" dan bersepeda bukan lagi hal yang spesial bagi kita. Tidak ada orang yang pintar, yang ada adalah orang yang tekun menyelesaikan satu masalah sampai selesai."

Begitu katanya.. Dan sampai saat ini pembicaraan itu masih tetap berkesan bagi saya. Dapet AHA moment banget pas dikasihtau sama beliau tentang ini. Walaupun prakteknya memang tidak semudah teori.. Muehehehe.. *nyengirkuda

Tapi semoga aja ada yang mendapat inspirasi dalam tulisan saya ini. Kalau ada yang mau sharing juga silakan di kolom komentar. :)

Jadilah orang bodoh yang dapat menyelesaikan satu hal, daripada menjadi orang pintar yang dapat memulai tanpa pernah terselesaikan. -Bong Chandra

Senin, 13 Januari 2014

Don't Stop Believing

Desember kemarin ga ada satupun postingan maap yaak.hehe.. Lho kenapa minta maaf? Ya kali aja ada yang kangen gitu sama tulisan aku di blog.hahaha.. #ngarep :P
Beberapa hari lalu aku review tulisan di buku harian dan ternyata walaupun aku ga nulis di blog, desember kemarin aku banyak nulis di diary. Dan sekedar ingin sharing apa yang kutulis di awal desember kemarin..

"Dan setiap orang dengan ujiannya masing-masing. Semoga tidak salah menggantungkan harap." -@una_ha2

Kalau diibaratkan metamorfosis,saat ini mungkin sedang ada dalam fase kepompong yang sedang susah payah keluar untuk menjadi kupu-kupu yang dapat terbang. Dan proses keluar dari kepompong itu adalah proses yang betul-betul harus dilakukan SENDIRI. Orang lain tak bisa membantu selain memberi semangat dan doa. Karena kalau dibantu justru fatal akibatnya, si kupu-kupu tidak akan bisa terbang dan lama kelamaan mati. Dia harus berusaha sendiri, sekuat tenaga menggunakan otot-otot sayapnya untuk menerobos dinding kepompong, hingga akhirnya bisa terbang keluar.

Dalam hidup juga begitu. Ada ujian-ujian dimana kita harus berjuang SENDIRI untuk menyelesaikannya. Ada saat-saat dimana orang lain sama sekali tak bisa membantu. Ada saat-saat dimana kita harus menolong diri kita sendiri. Sama sekali tanpa bantuan orang lain.

Berat memang,tapi itu merupakan fase yang harus dijalani, demi kebaikan kita sendiri. Agar dapat "terbang" dengan bangga, dengan sayap yang kuat untuk menerpa badai sekalipun.

Nikmati dan cintai prosesnya. Karena Allah sedang mengasahmu menjadi berlian yang bersinar dan bernilai tinggi. Yakinlah. 
Yakin. Karena ketika seluruh dunia sedang tidak berpihak padamu, keyakinanmulah yang membuatmu bertahan.
Keyakinan bahwa kita bersama Yang Maha Kuat. Keyakinan bahwa ada banyak hal indah yang menanti di depan sana.
Keyakinan bahwa bersama-Nya semua akan baik-baik saja.
Don't stop believing.
-13 Desember 2013