Jumat, 22 Agustus 2014

Hidup Tidak Selalu Tentang Puncak

Hidup tidak selalu tentang puncak. Ibarat naik gunung, tujuan mendaki memang puncak, tapi jangan lupa bahwa kita tidak bisa berlama-lama di puncak. Akhir dari perjalanan mendaki gunung adalah lembah. Kita memulai perjalanan dari lembah dan akan kembali lagi ke sana.

Kulihat kebanyakan orang (mungkin juga termasuk aku?) menjadikan puncak sebagai tujuan akhir dari perjalanannya. Mereka sibuk mempersiapkan hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai puncak. Kemudian ia memulai perjalanan. Perjalanan yang sukar, karena memang mendaki. Selama mendaki, ia gunakan satu per satu perbekalannya. Akhirnya ia sampai di puncak, merasa puas. Indahnya pemandangan di puncak terasa sangat menakjubkan sampai-sampai dalam sekejap saja menghilangkan rasa lelah akibat dari pendakian yang panjang.

Namun ia tidak tahu bahwa keindahan itu merupakan sesuatu yang relatif. Apa yang sekarang tampak indah belum tentu di kemudian hari. Seindah apapun sesuatu, jika terus menerus dilihat lama-lama akan bosan juga. Seperti orang yang tinggal di pesisir pantai tidak akan sehisteris orang kota jika mengunjungi pantai karena ia tinggal di sana dan melihat pantai setiap hari.

Banyak orang yang ketika berniat melakukan pendakian, lupa bahwa ia harus turun gunung. Sehingga ketika tiba di puncak, ia bingung bagaimana caranya turun karena perbekalannya telah habis. Beberapa orang menyesal, meratapi kebodohannya dan mati di puncak. Sementara yang lain mencoba turun gunung dengan perbekalan seadanya tapi malah jatuh ke jurang, ujung-ujungnya mati juga.

Kita harus siap dengan kenyataan bahwa kita tidak bisa berlama-lama di puncak. Bukankah siklus kehidupan manusia pun begitu? Berawal dari bayi, yang asalnya lemah, lalu mencapai masa-masa terkuatnya di usia muda, lalu melemah lagi, kemudian mati.

Kita tidak akan selamanya muda. Tapi berapa banyak orang yang memikirkan masa tuanya dan mempersiapkan kematiannya?

Ada orang yang ingin kaya, lalu mati-matian mencari uang tapi tidak tahu bagaimana menggunakannya sehingga ketika kekayaan itu berada dalam genggaman lalu habis dalam sekejap.

Ada orang mengejar jabatan, mengejar pangkat tertentu. Tapi setelah jabatan itu didapat, ia baru sadar bahwa ia tidak akan selamanya di situ, akan ada orang lain yang kelak akan menggantikan posisinya saat ini.

Ada orang mencari penghargaan, melakukan segala cara agar dirinya terlihat "wah" di hadapan orang lain. Lalu ketika ia mendapatkan penghargaan itu tanpa sadar menjadi sombong. Dirinya tidak tahu bahwa kesombongan adalah awal dari kehancuran.

Ada orang mati-matian mencari ilmu, tapi lupa untuk dibagi. Kemudian ilmu itu mati bersama pemiliknya.

Bersiaplah bukan hanya untuk mendaki, tapi juga untuk turun gunung. Ingat bahwa kita tidak akan selamanya berada di puncak.

Bersiaplah bukan hanya untuk kesuksesan hidup, tapi juga untuk kematianmu. Ingat bahwa kita tidak akan selamanya muda, tidak akan selamanya di dunia.

Senin, 18 Agustus 2014

Bukan karena bahagia hidup menjadi indah, tapi...

Hidupku begitu indah, Ya Rabb.. Indah bukan karena aku selalu bahagia, tapi justru karena semua rasa ada di sana. Seperti langit yang selalu terlihat indah karena bumi berputar. Ada waktu fajar, pagi, siang, petang, dan malam. Tiap waktu punya keistimewaannya masing-masing yang membuat bumi menjadi begitu indah dan begitu hidup. 

Tidak seperti planet lain, ada yang setiap harinya selalu terik, ada yang memiliki pergantian siang dan malam dengan suhu yang ekstrim, ada yang tak terkena sinar matahari, gelap di setiap harinya. Tak ada planet yang bisa memberikan kehidupan selain di bumi.

Dan akupun merasa hidupku indah karena adanya pergantian fase seperti itu. Tak melulu merasakan bahagia, terkadang kesedihan menyapa dan membuat hati menjadi mendung. Di lain waktu semangat menghampiri, membakar energi menjadi langkah-langkah penuh keyakinan. Di waktu yang lain kekecewaan berkunjung, hampir saja menghancurkan puing-puing harapan yang selama ini dibangun. Kegembiraan juga menghampiri, menghadirkan tawa dan menghibur hati yang resah. Juga rasa haru, rasa bersyukur, dan cinta, yang membuat benih-benih harapan dan keyakinan tumbuh kembali setelah diterjang badai ujian. Macam-macam rasa bersatu, membentuk satu pelangi yang membuatnya menjadi indah..

Bumi masih berputar, dan aku masih melanjutkan kehidupanku, melanjutkan perjalanan hidupku. Semoga perjalanan ini berakhir di tempat yang baik, di tempat yang Engkau ridhoi, di tempat dimana aku bisa merasakan cinta-Mu dengan abadi..

"Bukan karena bahagia hidup menjadi indah, tapi karena bermacam-macam rasa ada disana."

Jumat, 15 Agustus 2014

Ingatkah Kau, Ayah..

Ingatkah kau, Ayah..
Dengan aku yang saat kecil begitu manja di depanmu
Aku yang saat kecil begitu cengeng tanpamu
Namun tangisku terhenti ketika aku merasakan dekapanmu

Ingatkah kau, Ayah..
Saat aku belum cukup berat sehingga masih bisa kau gendong
Hampir setiap malam kau menggendongku ke kasur jika aku tertidur di kursi
Terkadang aku tersadar,
tapi aku tetap berpura-pura tidur dalam pelukanmu yang melindungi

Ingatkah kau, Ayah..
Saat aku sakit dan dipulangkan dari sekolah
Kau menjemputku, menghampiriku ke ruang guru
Lalu aku langsung berlari dalam pelukanmu dan menangis
Pelukan yang kurindukan bahkan sampai sekarang

Ingatkah kau, Ayah..
Dulu sebelum aku bisa naik motor sendiri
Kaulah yang selalu aku dekap dari belakang
Belakang punggungmu adalah tempat teraman di dunia
Mau kau bawa aku kemanapun, aku tak pernah takut selama bersamamu

Kau tahu, Ayah..
Betapa aku merindukan semuanya malam ini
Betapa aku membutuhkan pelukanmu saat ini
Saking rindunya sampai-sampai mataku selalu berkaca-kaca
tiap kali aku membayangkan terbenam dalam pelukanmu

Kau tahu, Ayah..
Aku rindu..
Bahkan ketika kita bertemu pun aku tetap rindu..

Selasa, 12 Agustus 2014

Reminder Syukur

"Bahagia sebab sibuk syukur atas apa yang ada, dan tak dilalaikan dari apa yang tiada." -@GreatMuslimahID
 
Syukur. Hal yang seringkali kita lupa. Sering sekali, kita mencari-cari yang tiada, sementara melupakan yang di depan mata. Seperti kata peribahasa, semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.
 
Kita harus tahu, bahwa tanpa kita sadari, banyak orang mungkin sedang mendambakan posisi kita saat ini. Kita saat ini bisa kuliah, sementara orang lain tidak bisa. Kita masih diberi anggota keluarga yang lengkap, sementara yang lain sudah kehilangan. Kita hidup berkecukupan, sementara yang lain serba kekurangan. Dan masih banyak lagi hal yang bisa kita syukuri.
 
Tapi tahukah kau, apa nikmat yang paling besar? Ya, nikmat Iman dan Islam. Kita patut bersyukur atas nikmat tersebut. Karena mereka yang Allah beri nikmat Iman Islam adalah orang terpilih yang Allah kasih kecerdasan lebih untuk bisa mencerna dan menerima petunjuk dari-Nya, di saat orang lain masih berada dalam kubangan kebingungan, kebimbangan, kebodohan, dan kesesatan. Buatku, itu adalah bentuk kasih sayang Allah yang paling besar, ketika diangkat oleh Allah dari kegelapan menuju cahaya.
 
Kita patut bersyukur, kita bisa merasakan kasih sayang Allah sementara yang lain, percaya Allah pun tidak. Kita patut bersyukur karena Allah beri ketentraman hati saat beribadah sementara di luar sana banyak orang digelisahkan oleh tipu daya dunia. Kita patut bersyukur diberi kesadaran bahwa mempersiapkan kehidupan sesudah mati itu penting sementara yang lain bahkan meragukan adanya negeri akhirat. Kita patut bersyukur telah mendapat jawaban atas arti hidup ini sementara yang lain masih bertanya-tanya mengapa ia dilahirkan.
 
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Manusia itu, saking sering lupa untuk bersyukur, sampai-sampai Allah ingatkan berkali-kali dalam QS. Ar-Rahman. Fabiayyi aalaa irobbikumaa tukadzibaan..
 
Maafkan kami ya Allah, hamba-Mu yang sering lalai dari mensyukuri nikmat-Mu..
 
Tapi, Maha Baiknya Allah adalah, selama kematian belum menjemput, kesempatan itu akan selalu ada. Masih ada kesempatan untuk perbaikan diri, bukan? Mari sama-sama menjadi pengingat satu sama lain agar senantiasa beryukur.. :)

*sebuah surat untuk sahabat, yang rasanya terlalu sayang untuk kami simpan berdua :))

Minggu, 10 Agustus 2014

Self Talk

Hei, lihat dirimu. Seperti apa dirimu sekarang. Kau tahu, keputusanmu hari ini, menentukan akan seperti apa dirimu setahun, dua, atau lima tahun ke depan. Engkau di masa depan adalah dirimu yang kau bayangkan saat ini. Jika sekarang kau tidak bisa membayangkan akan seperti apa dirimu di masa depan, akan seperti apa kamu nanti?
 
Aku hanya takut, kelak engkau tak menjadi siapa-siapa, padahal berbagi manfaat kepada orang lain adalah tabungan amal untuk di negeri akhirat sana.
 
Aku hanya khawatir, hanya karena kamu tidak mampu bergerak hari ini, 5 tahun ke depan ternyata kamu tidak kemana-mana. Merasa pergi jauh menjelajah, ternyata lari di tempat.
 
Aku tidak mau kamu menjadi manusia yang sekedar membuat bumi menjadi sesak saja, aku tidak mau kamu sekedar menjadi buih di lautan tanpa arti yang kemudian menguap, hilang begitu saja tanpa ada yang peduli, tanpa ada yang kehilangan. Aku tidak mau kamu pergi dalam kehampaan.
 
Kau tahu, wahai diri.. Kamu punya potensi besar! Allah menciptakan dirimu bukan tanpa maksud. Allah menciptakanmu bukan sekedar untuk menjalani hidup lalu mati, tapi untuk memberi arti dalam hidupmu.
 
Kau dianugerahi misi besar ketika engkau sampai ke bumi. Tidak dengan tangan kosong, tapi dengan segudang potensi yang Allah pinjamkan, plus penjagaan-Nya yang 24 jam. Memeliharamu, mengawasimu, melindungimu, kau tidak pernah luput dari penglihatan dan penjagaan-Nya barang sedetikpun.
 
Tidak hanya itu, bala tentara-Nya banyak, Dia siap menolongmu kapanpun, demi terwujudnya misi besar itu. Misi besar atas diciptakannya kamu ke dunia.
 
Jadi sadarilah bahwa kamu ada bukan untuk mati tanpa arti, tapi untuk menjadi sebaik-baik pribadi atas misi besar yang kau bawa. Kau ada untuk membawa segudang prestasi untuk kau tunjukkan di hadapan Allah, bahwa potensi yang selama ini dipinjamkan-Nya padamu tidak sia-sia.
 
Kau ada bukan untuk membuktikan apapun kepada siapapun kecuali kepada penciptamu. Kau diciptakan bukan untuk menjadi budak dunia, tapi kau adalah ksatria pilihan Allah untuk menjadikan Allah satu-satunya raja bagi manusia yang lain. Sadarilah bahwa itu merupakan suatu kehormatan dan kepercayaan-Nya yang besar.

Semoga kau mengerti maksudku, wahai diri.. Ingat, keputusanmu hari ini menentukan kehidupanmu esok hari. Hiduplah setiap harinya, dan persiapkan hari esokmu, semoga kamu termasuk orang yang beruntung.

Jumat, 01 Agustus 2014

Apa Kabar, Hati?

Hati. Pastikan ia selalu ada. Pastikan ia selalu bersinar. Karena ia adalah tempat Allah meletakkan cahaya-Nya. Hatilah tempat singgahnya hidayah Allah bagi hamba yang terpilih. Tanyai ia selalu. Perhatikan. Apalagi ketika hatimu mulai sakit. Terang redupnya cahaya yang sampai padamu tergantung pada bersih dan kotornya hatimu.

Hei hati, apa kabar?

Hari ini mungkin kau belum menjawabku, tak apa. Akan kucoba lagi esok hari. Jika belum berhasil juga, akan kucoba lagi esok harinya lagi. Jika belum berhasil juga akan kucoba esoknya lagi, dan esoknya lagi. Sampai kau menjawabku, sampai bisa kuajak ngobrol lagi.

Akan kubuat kau hidup lagi dengan ilmu yang kudapatkan. Akan kubuat kau bersinar lagi dengan memahami ayat-ayat-Nya. Akan kubuat kau kembali dengan berdoa dan meminta kepada-Nya. Bukankah kau adalah milik-Nya? Maka jika aku merayu-Nya mungkin aku bisa membuatmu kembali.