Selasa, 23 September 2014

Aku dan Blogku: Edisi Kisah Konyol

Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa nama blognya lutfiahhanifah.blogspot.com padahal sesungguhnya penulis yang menulis semua tulisan yang ada disini bernama Husna Hanifah. (ada yang baru tahu? hahaha)

Jadi begini ceritanya.. 

Momentum untuk menulis blog ini didapat setelah aku dan sahabatku, Lutfiah Hayati (Fifi), bernangis-nangis ria dikosan. Dan tercetuslah sebuah ide dari Fifi untuk membuat blog. Aku milih untuk pake blogspot, sedangkan Fifi keukeuh pengen di wordpress. Terus dia nyeletuk, "Eh, gimana kalo nama blog kita samaan? Lutfiahhanifah aja, dari nama kita berdua disatuin kan lucuu.. Aku bikin di wordpress, kamu bikin di blogspot, gimana?" Aku diem. Awalnya pengennya aku pake nama husnahanifah aja sih, dan kalo dipikir-pikir nama lutfiahhanifah itu semacam agak alay ya.hahaha *dilempar sendal sama fifi*

Tapi aku iya-in aja, toh apalah arti sebuah nama, dan yang penting kan nulis, begitu pikirku. Awalnya sih semua berjalan lancar dan baik-baik aja. Sampai suatu hari ada temen sekelas yang nanya, "Na, itu teh blog siapa? kok namanya lutfiahhanifah? Blog kalian berdua itu teh?" Ya aku ceritain aja sesuai dengan kenyataannyaa, kalau yang blogspot punya aku, dan wordpress punya Fifi.. *masih kalem*

Sampai akhirnya Fifi berhenti nulis di wordpress dan berselingkuh dengan tumblr sementara aku tetep nulis kalem di blogku sendiri sambil sesekali aku share tulisannya ke facebook dan twitter. 

Berawal dari sinilah kebingungan itu terjadi..

Karena cuma aku sendirian yang update, orang-orang kayaknya jadi bingung. Dan karena nama blognya lutfiahhanifah, dikiranya bukan aku yang nulis. Jadi berkali-kali aku harus meladeni pertanyaan, "Na, itu teh blog kamu? Kok namanya lutfiahhanifah?" 

Kalo yang macam begitu sih masih kalem ya, tapi yang bikin nyesek tuh kadang percakapan macam gini..

Percakapan 1:
*antara aku dan murid privat*
Aku: Kamu baca blog aku geura..
Murid: Hah? Emang teteh punya blog?
Aku: Punya ih, aku kan sering update tulisan-tulisan aku di facebook, emang kamu ga pernah liat?"
Murid: Iya aku liat kok, tapi aku kira itu punya orang lain. Aku teh mikir, ngapain teteh ngeshare terus update-an blog orang.. jadi ga aku baca deh.
Aku: Iih itu blog aku tauuuu.. *garuk-garuk tanah*

Percakapan 2:
*antara aku dan adik aku*
Aku: Wah bagus nih buat bahan tulisan di blog
Adik: Hahaha, emang kamu punya blog? Itu kan blognya Fifi..
*kemudian hening*
(aku sedikit shock sih sebenarnya, bahkan adik aku sendiri aja nyangkanya itu blog orang lain.. hahaha)

Percakapan 3:
*di grup whatsapp*
X: (nyantumin link salah satu tulisan di blog aku) izin share, artikel inspiratif. yang perlu motivasi silakan mampir..
Y: Blog punya teh fifi ya, inspiring banget..
Aku : (ke si Y) Teteh adalah orang kesekian yang nyangka itu blognya fifi. hahaha..
Y: oh bukan yah? blognya siapa emang?
Aku: *nangis di pojokan*

Karena kesalahpahaman itulah aku yang awalnya kalem-kalem aja mulai merasa harus mengklarifikasi segala kekeliruan yang terjadi.

Jadi para pembaca sekalian, harap dicatat, pemilik blog ini bernama Husna Hanifah, bukan Lutfiah Hayati. Sementara Fifi sudah berbahagia bersama tumblr-nya di lutfiahhayati.tumblr.com. Sekian dan terima kasih. :D

*selesai baca postingan ini entah kenapa pengen ketawa2 sendiri. hahaha.. konyol sekali kisah dari blog ini.. XD

Rabu, 17 September 2014

Jadilah Berhasil

Tahukah kamu, bahwa keberhasilan jauh lebih bisa menghebatkan orang lain dibanding kegagalan (karena berhenti)? 

Berapa banyak orang yang melihat keberhasilan orang lain kemudian dirinya berpikir, "Wah kalau dia aja bisa, saya juga pasti bisa."
Berapa banyak orang yang awalnya ragu lalu karena melihat keberhasilan orang lain membuatnya menjadi mantap melangkahkan kaki.

Keberhasilan akan selalu membawa keoptimisan untuk dibagikan kepada orang lain.
Keberhasilan akan selalu menjadi perisai yang ampuh untuk menahan mereka yang hendak menyerah.
Keberhasilan akan selalu menjadi penenang bagi mereka yang resah seolah berbisik, "Hold on, ini masih terlalu awal untuk menyerah, dan terlalu cepat untuk bilang susah.."

Maka jadilah yang berhasil. Tak perlu selalu dengan kata-kata, menjadi berhasil saja sudah cukup untuk bisa memotivasi orang lain.

Selasa, 09 September 2014

Writing is a Need

Sebenernya lagi ga ada bahan tulisan, dan lagi ga tau mau nulis apa.. Cuman tangan bener-bener lagi pengen nulis. Jadi biarin aja tulisan ini akan mengarah kemana, yang penting aku nulis. Hehe..

Menulis. Karena udah jadi habit selama bertahun-tahun ke belakang, jadi semacam sebuah kebutuhan. Aku adalah orang yang sulit mengekspresikan kata-kata dengan lisan, tapi bisa menuangkannya dengan cukup baik ke dalam tulisan. Ya walaupun ga bagus-bagus amat sih tulisannya juga. Hehe..

Beberapa tulisanku di diary, jika memang layak untuk dipublish, ya aku jadiin postingan di blog. Kadang kalo lagi mumet aku suka baca blogku sendiri, enak dibaca karena lebih rapi dan sudah melalui proses edit.

Terkadang aku ingin berterima kasih pada diriku sendiri, karena telah menulis. Tulisanku itu, mau dibaca berkali-kalipun, selalu ada rasa yang hadir di sana. Setidaknya untukku, si penulisnya sendiri. Bagiku menulis bukan hanya untuk mengabadikan memori, tapi juga mengikat rasa.

Ketika membaca lagi tulisanku, ia membuatku bersyukur karena nikmat yang diberikanNya terlampau banyak. Terkadang ia menguatkanku yang sedang goyah, mengingatkanku yang tengah lupa, membuatku bernostalgia karena mengingat memori masa lalu, dan membuatku lebih bijaksana karena ia memuat hikmah-hikmah yang kudapat dari kejadian yang kualami atau kuamati. Ah, aku merasa seperti dijaga dan dilindungi oleh diriku sendiri.. :)

Menulis menjadi seperti ruang syukur untukku dan jembatan cinta antara aku dan Rabb-ku. Juga menjadi salah satu cara menunjukkan perasaanku kepada orang lain. Di beberapa situasi, aku merasa lebih berekspresi dengan tulisan. Itulah kenapa aku senang sekali membuat surat untuk orang-orang, terutama di hari spesialnya. Karena dengan mengiriminya surat, aku bisa menyampaikan apa yang ingin kusampaikan namun tak mampu dengan lisan.

Aku selalu merasa bahwa apresiasi harus disampaikan. Dan aku lebih leluasa menyampaikannya dengan tulisan. Abisnya muji orang tapi dengan muka tiis macam gini kesannya suka dianggap ga tulus. Hiks. Hahaha..

Setiap orang, sadar atau tidak sadar, membawa kisah inspiratifnya masing-masing. Dan itulah hal yang aku cari ketika bertemu dengan orang lain. Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari orang lain. Tinggal bagaimana kita pandai-pandai menggalinya.

Karena hal inilah aku selalu merasa ingin berterima kasih pada mereka yang sadar maupun tak sadar telah menginspirasiku. Salah satu bentuk terima kasihku kusampaikan dalam bentuk tulisan dalam surat. Aku sama sekali tak merasa repot untuk menulis surat, karena dengannya aku ingin membuat orang tersebut tahu bahwa dirinya punya arti, setidaknya untukku. Karena menurutku, salah satu alasan seseorang masih bertahan menjalani hidupnya adalah karena ia masih memiliki arti bagi orang lain. And I wanna let him/her know that he/she has a meaning for me. :) 

Kamis, 04 September 2014

Tersirat

Malem-malem blogwalking. Nyampe kesini dan nemu quote ini:

"Ketika kematian bukan lagi perkara momental. Contoh: ‘seseorang mati karena sakit jantung. seseorang mati karena kecelakaan. dan masih banyak lagi.’ Coba kita ganti kata ‘karena’ itu menjadi kata ‘setelah’. Dengan pergantian kata itu kita telah melakukan suatu revolusi. Bahwa kematian adalah soal momental yang disebabkan oleh goresan takdirNya. Walau pada akhirnya titik kematian itu tetap menjadi perkara monumental, setidaknya bagi mereka yang (masih hidup) merasa kehilangan atas kematian tersebut." 
         --- Kenapa seseorang mati? Karena Allah bukan?

Sebetulnya bukan hanya kematian, tapi juga setiap kejadian di alam semesta ini, termasuk setiap kejadian yang menimpa diri kita. Semuanya terjadi atas izin Allah bukan? Semuanya terjadi atas kehendak Allah bukan? Kebahagiaan dan kesedihan yang Dia pergilirkan, semuanya terjadi karena Allah menghendakinya untuk terjadi bukan? Lalu kenapa harus menyalahkan ini itu, atau si ini si itu?

Dan perkara takdir itu baik atau buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka hambaNya?

*renungkan dan tangkap pesan tersiratnya. :)