Jumat, 14 November 2014

Memahami Bahasa Tangis(mu)

Aku baru sadar, bahwa tangis adalah bahasa tubuh yang menyimpan banyak kata yang tak mampu terkatakan. Ekspresi yang menyembunyikan banyak perasaan.

Saat terlalu bahagia, sampai-sampai tak tahu bagaimana membahasakannya, kamu menangis.
Saat merasa begitu terharu, hingga tak tahu bagaimana caranya berterima kasih, kamu menangis.
Saat merasa sedih karena sebab tertentu atau bahkan tanpa tahu apa sebabnya, kamu menangis.
Saat merasa panik lantaran kekhawatiran yang tak bisa terkendalikan, kamu menangis.
Saat merasa takut, dan tak tahu harus mencari perlindungan pada siapa, kamu menangis.
Saat merasa marah namun tak sanggup melampiaskannya, kamu menangis.
Saat dikecewakan tapi tak mampu menyalahkan atau mengecewakan tapi tak sanggup mengucap maaf, kamu menangis.
Saat merasa kehilangan bersama rindu yang hampir pecah, kamu menangis.
Dan mungkin masih banyak lagi sebab tangisanmu yang aku tak tahu.

Mengapa bahasa tangismu banyak sekali? Dan yang paling menyebalkan adalah aku tak tahu bagaimana menyikapi setiap tangismu. Karena bersamaan dengan hadirnya tangis, ia selalu menelan setiap kata-katamu. Kamu hanya diam sambil terisak. Dan aku hanya bisa menerka-nerka apa yang berusaha kamu katakan lewat tiap butir air matamu.

Sabtu, 08 November 2014

Yang Tak Tertulis

Ketika aku tak bisa menyampaikan sesuatu dengan lisan, maka tulisan selalu menjadi pelarian yang ampuh untuk mencurahkan semuanya. Namun ada kalanya kata-kata bahkan tak bisa mendefinisikan apa yang sedang aku rasakan. Ada kalanya ketika sudah siap dengan kertas dan pulpen, aku tidak bisa menulis apapun walau sangat ingin.

Menggambar dan bermain musik adalah dua hal yang begitu ingin kupelajari dan aku selalu dibuat iri oleh mereka yang bisa melakukannya. 

Kalau ngeliat pensil, spidol, atau crayon suka gemes pengen bisa ngegambar. Sebenarnya sih kalo mau ngegambar ya tinggal ngegambar aja ya, cuma kadang suka sakit mata sendiri ngeliat gambar yang dibikin sendiri. -_-"

Kalau lagi di rumah juga kadang ngelamun ngeliatin gitar. Gemes pengen dimainin, tapi akhirnya cuma genjreng-genjreng nggak jelas. Abis itu sebel sendiri karena denger nada-nada ga beraturan. _-_

Bermain kata memang menyenangkan. Sayangnya, tak semua perasaan bisa "dibahasakan".