Sabtu, 20 Februari 2016

Create Your Best Future

Sometimes people with the worst past end up creating the best future.”  
(Umar bin Khatab r.a.)

Seorang Umar bin Khatab, dulunya menjadi musuh Islam. Mengolok-olok, menghina, bahkan mencoba membunuh Rasul. Aku berimajinasi, ketika Umar menyatakan keislamannya, bagaimanakah perasaannya saat itu? Mungkin di saat yang sama dia merasa bersyukur sekaligus merasa bersalah. Bersyukur karena datangnya hidayah, dan merasa bersalah karena dia hampir saja membunuh kekasih Allah yang menyaksikan keislamannya itu.

Bisa jadi, untuk menebus kesalahannya itu beliau lalu berjuang mati-matian membela Rasulullah, melindungi Rasulullah dari musuh-musuh Islam, menjadi perisai yang disegani oleh musuh-musuhnya. Sampai menjadi salah satu khulafaur rasyidin dan menjadi salah satu pemimpin yang membuat rakyatnya sejahtera hingga ia kesulitan mencari umat yang berhak menerima zakat.

Begitulah, satu dari sekian banyak contoh manusia yang gelap masa lalunya, namun menemukan cahaya lalu menjadi bersinar di masa depan.

Bukti bahwa seburuk apapun masa lalu, sebetulnya tidak akan menjadikan masa depanmu sama buruknya. Semua masih bisa diperbaiki, tergantung seperti apa masa depan yang akan kau ukir..

Let's create our best future! 

Senin, 01 Februari 2016

Aku dan Skripsi (Part 2)

Tulisan sebelumnya: Aku dan Skripsi (Part 1)

23 Desember 2015 adalah tanggal dimana aku sidang. Hanya orang-orang terdekat aja yang tahu. Abis gimana ya, di pikiran aku tuh kalau aku gembor-gembor mau sidang, entah bakal jadi berita bahagia buat mereka atau berita malu-maluin. Malu-maluin karena hari gini baru mau sidang. Jadi seolah nggak ada perasaan bangga aja gitu ke akunya dengan gembar-gembor kalau aku mau sidang. Mungkin akan lain cerita kalau ini terjadi dua tahun yang lalu. Hehe.

Menjelang hari-H kelimpungan. Bukan karena gugup mau sidang, tapi karena bingung lah kok perasaan yang ada malah kayak gini sih, jadi nggak ada apresiasi ke diri sendiri gini. Akhirnya sibuk benerin mindset dan nenangin diri dengan nulis sambil selftalk. 

Tak usah berpikir tentang orang lain, karena perjalanan menuju sidang adalah tentang mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan diri yang malas, mengalahkan diri yang menunda-nunda, mengalahkan diri yang penakut, mengalahkan diri yang nggak mau fokus. Lewat sidang, kamu telah membuktikan pada dirimu sendiri bahwa kamu mampu menyelesaikan apa yang telah kamu mulai. Walaupun mungkin waktumu lebih lama dari orang lain, hiraukan saja. Sudah kubilang ini adalah pertarungan dengan dirimu sendiri, bukan dengan orang lain.

Kamu hebat, Na, karena bisa mengalahkan dirimu yang pemalas. Aku paham betul betapa inginnya kamu putus dengan si skripsi, tapi kamu mampu bertahan dan menyelesaikannya. Aku tahu, puluhan kali terlintas dalam kepalamu untuk berhenti dikarenakan betapa susahnya nyari teori, betapa rumitnya statistika, betapa cueknya dosen pembimbingmu (yang tiba-tiba jadi detil di akhir-akhir), tapi kamu tetap bertahan untuk menyelesaikannya. 

Aku juga tahu bahwa banyak air mata yang kau keluarkan, karena frustasi, karena merasa susah, karena keadaan yang tidak ideal, karena tekanan dari orang lain, bahkan air mata syukur karena orangtua yang sepenuhnya mendukung dan peduli. Tapi kamu berhasil melewati semuanya. Kamu hebat, Na. 

Memang tidak ada skripsi yang sempurna, yang membuat sempurna adalah perjuanganmu yang tuntas. Selamat karena telah menang pada pertarungan melawan diri sendiri. Jangan berbangga terlalu banyak karena akan ada pertarungan-pertarungan lain yang akan menanti. But, congratulation, Na.. You did well.. ^_^

Pada akhirnya, walaupun aku membenci si skripsi, dia memberi banyak pelajaran untukku. Perjuangan yang panjang dan berat pasti akan memberikan hikmah yang sama banyaknya. Dan skripsi, adalah salah satu tantangan untuk bisa menang dengan pertarungan melawan diri sendiri. And I won. Alhamdulillah. 

Setelah ini, selamat berjuang untuk pertarungan-pertarungan selanjutnya. Jangan lupa selalu sertakan Allah di setiap langkah. Bismillah.