Jumat, 24 Juni 2016

Ramadhan This Year


"Coba bagaimana Ramadhan tahun lalu?" tanya seseorang padaku.

Lalu aku menjawab, "Ramadhan tahun lalu adalah Ramadhan yang paling berkesan, karena untuk pertama kalinya, di maghrib terakhir aku menamatkan puasa terakhirku saat itu, aku menangis. Karena merasa sedih Ramadhannya berakhir." Dan ketika mengatakannya, tak terasa mataku berkaca-kaca. Sebegitu berkesannya ternyata Ramadhan tahun lalu, yang bahkan ketika satu tahun sudah terlewati, aku masih saja ingin menangis ketika mengatakannya.

Masih teringat jelas di maghrib terakhir itu, ketika aku mendengar adzan berbuka yang terakhir kali, rasanya kok sediiih gitu. Di dalam hati bilang, "Yah,, berarti Ramadhannya udahan dong," lalu tanpa sadar air mata mengalir, makin lama makin deras. Perasaan campur aduk karena merasa bersyukur sekaligus sedih dan takut kalau-kalau tahun depan nggak bisa ketemu lagi.


Itu adalah momen mengharukan sekaligus momen terindah karena untuk pertama kalinya aku betul-betul merasakan Ramadhan yang sangat produktif. (Kemana aja baru ngerasain sekarang. Hiks)

Alhamdulillah ternyata tahun ini masih dipertemukan dengan Ramadhan. Penyambutan tahun ini jujur aja kurang, padahal tahun lalu udah bersiap dari Rajab, sementara tahun ini agak terlambat persiapannya dan agak keteteran. Ternyata persiapan itu penting. 

Tapi Allah selalu memberikan pelajaran terbaik-Nya. Tahun ini banyak skenario yang luar biasa dari-Nya. Yang harus disikapi dengan banyak-banyak rasa sabar dan syukur, serta mengencangkan iman kepada-Nya.

Sudah akan sampai di 10 hari terakhir. Semoga waktu yang tersisa bisa dioptimalkan. 

Minggu, 12 Juni 2016

Untukmu Lelakiku


Hai Aa, selamat ulang tahun yang ke seperempat abad ya! Haha udah tua ih. Tapi semangat harus selalu muda, dan pikiran harus semakin mendewasa. Hoho. Di paragraf setelah ini, izinkan aku memanggilmu dengan sebutan kamu, biar tulisannya terdengar lebih manis dan romantis. Wkwkwk :p


***
Untukmu lelaki yang dulu tak pernah kusangka akan hidup menggenap bersamaku..
Yang justru hari ini menjadi lelaki yang selalu aku rindukan kehadirannya..

"Aku tak pernah mencari. Tapi sejak aku tahu bahwa kau akan datang, aku mulai menyiapkan satu ruang hatiku untukmu. Sehingga ketika hari pertemuan itu tiba, tidak butuh waktu lama untukmu mendapat tempat di hatiku, karena sejak awal kamu memang sudah memilikinya."
Hari ketika kau menyatakan maksud kepadaku, aku tak ambil pusing. "Datangi saja orangtuaku," kataku. Lalu kau benar-benar datang.

Hari ketika kau datang ke rumahku untuk bertemu dengan orangtuaku, hatiku tiba-tiba saja menaruh kepercayaan itu. Kepercayaan untuk melanjutkan perjalanan hidup yang baru, berdua bersamamu. Lalu aku meminta ayahku mengatakan "ya", sebagai bentuk penerimaan atas pinanganmu malam itu.


Hari ketika kau datang melamarku bersama keluarga besarmu, aku merasakan kebahagiaan karena penerimaan yang begitu besar dari keluargamu. Kehangatan keluarga yang membuatku merasa nyaman walau kita awalnya asing.


Hari-hari ketika menunggu tanggal pernikahan, tidak sedetikpun aku merasa digelisahkan dengan penantian itu. Tidak sedetikpun aku merasa ragu dengan keputusanku untuk menghabiskan hidup bersamamu. Entahlah, mungkin karena aku percaya pada-Nya, bahwa kamu adalah orang terbaik yang Allah kirim untuk melengkapi hidupku.


Lalu tibalah hari itu. Hari dimana kamu mengucap janji yang menggetarkan Arsy-Nya karena merupakan satu perjanjian yang kokoh. Dimana setelah kamu menutup kalimat ijab qabul itu, sedetik kemudian status kita berubah. Menjadi pasangan suami istri. Menjadi partner perjuangan. Seketika pundakku terasa berat, karena menyadari betapa tanggungjawab ini bukanlah hal yang main-main. Tapi lagi-lagi kepercayaanku kepadamu dan kepada-Nya, membuatku merasa mampu untuk memikulnya. Karena aku percaya, kepantasan dan kesiapan diri kita, sudah dengan cermat dihitung oleh-Nya, yang berarti Dia sudah menganggap kita mampu.


Malamnya, aku menangis haru. Takjub karena rasa sayang itu tiba-tiba saja muncul. Padahal waktu kita untuk saling mengenal hanya beberapa bulan saja, tapi perasaan sayang itu tiba-tiba saja Allah hadirkan hanya beberapa saat setelah ijab qabul itu terucap.


Lalu, hari berikutnya, dan berikutnya lagi, yang adalah hanyalah rasa syukur dan cinta yang semakin bertambah-tambah.


Seperti hari ini, di hari ulang tahunmu, dan di Ramadhan pertama kita, rasa syukur itu entah sudah sebesar apa sekarang. Dan akan terus membesar, seiring dengan setiap hari dan setiap waktu yang kita habiskan. 


Terima kasih karena telah menikahiku, dan terima kasih karena selalu mencintai dan menyayangiku dengan caramu, yang aku selalu suka.


I love you, my dear husband. :)


Dari istrimu, yang seringnya nyebelin padahal sayang :p :*