Selasa, 10 Oktober 2017

A Thank You to Myself

Many things happened. Alhamdulillah masih dikasih umur, berarti masih diberi kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi. Nikmat hidup ternyata jadi salah satu nikmat yang sering terlalaikan ya.. Pernah nggak mikir, gimana kalau besok mati? Masih dikasih hidup hari ini aja itu udah luar biasa banget :''

Artinya masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Masih ada kesempatan untuk meraup pundi-pundi amal sholeh buat bekal ke alam akhirat nanti. Semoga aja matinya dalam keadaan terbaik ya :" *lalu mellow*

In this post, I just want to simply thank my self. Baru sadar akhir-akhir ini sepertinya mem-push diri terlalu keras, sampai-sampai lupa untuk berterima kasih ke diri sendiri. Yang ada ya tingkat stress meningkat, dan capek liat keadaan malah nggak bener-bener. Haha. Padahal biang keladinya diri sendiri yang salah. Salah memandang situasi. Yang harusnya dilihat dan disikapi secara netral, malah dibiaskan oleh asumsi-asumsi yang dibuat sendiri. Hemm.. It's okay.. 

Terima kasih wahai diri, atas setiap peluh, keringat, tenaga, dan upaya.. Baik yang membuahkan hasil maupun yang tidak, kamu hebat karena sudah berusaha.

Terima kasih karena mau tetap berlari walau tertatih, mau tetap mendaki walau sukar, mau tetap maju walau merintih.. Kamu mengagumkan karena memilih untuk tetap bertahan walaupun mundur ke belakang bisa saja menjadi pilihan.

Terima kasih untuk setiap cita-cita yang kamu pelihara, setiap keingintahuan yang kau cari jawabannya dan semangat belajar yang menjadikan dirimu semakin bertumbuh. Terbaik.

Dan terima kasih, telah menerima dan mencintai dirimu seutuhnya. Alhamdulillah. Allah yang Maha Tinggi. Semoga selalu mau merendah di hadapan-Nya :)

Minggu, 10 September 2017

Assalamu'alaikum :D

I'm back guys. Aku nggak tau ada yang kangen tulisan aku atau ngga, tapi yang pasti aku kangen nulis di blog iniii. So, postingan kali ini dapat dipastikan sebagian besarnya adalah curhat. Jadi yang ngga mau baca curhatan aku mending skip aja. Hehe.

Buat orang yang kenal aku atau ngikutin tulisan aku pasti tau kalau aku punya kebiasaan nulis buku harian. Guess what, aku juga rada lama berhenti nulis diari. Awalnya gara-gara pergelangan tangan tiba-tiba sakit dan rada bikin nyut-nyutan kalau nulis, jadi libur dulu deh nulisnya. Eh tapi malah keterusan. Jadilah si buku harian aku anggurin berbulan-bulan. Dan entah ada angin apa tiba-tiba jadi kangen lagi buat nulis. Sampe-sampe kemarin sekalinya nulis langsung habis 2 lembar. Hoho. Terus malah pengen nulis di blog lagi karena ternyata postingan terakhir bulan Mei kemaren. Hiks.

Tapi kebiasaan baca postingan blog-blog orang yang ada di dashboard-ku mah tetep kok. Terus malah jadi iri sendiri kenapa orang-orang mah pada konsisten nulisnya teh, ai aku mah semaunya weh. Padahal sebetulnya banyak banget hal yang bisa dibagi atau bahkan cuma sekedar untuk reminder diri. Jadi semacam kehilangan momen gitu kalau nggak ditulis, terus nyesel sendiri deh.

Jadi inginnya sih, tulisan ini jadi awal buat aku lebih produktif lagi buat nulis. Kadang pengen banget sharing tentang kehidupan. Maklum, anaknya teh pemikir banget. Apa-apa pasti dipikirin, dianalisis kenapa bisa begini begitu, hikmahnya apa, dan lain-lain. Semacam pengen nyari giant puzzle dari kehidupan ini. Hipotesisnya sih sejauh ini, apapun itu, semua ternyata kembali ke Allah. Belajar ilmu apapun, ternyata ujung-ujungnya memperlihatkan ke-Maha Besar-an Allah. Takdir apapun yang terjadi, semua adalah cara Allah untuk menguji hamba-Nya, atau menunjukkan kasih sayang-Nya. Intinya mah Allah lagi Allah terus weh pokonya mah. 

Harapannya, tulisan-tulisan di blog ini bisa mengajak kita berpikir dan merasakan, bahwa ternyata Allah begitu sayang sama hamba-Nya. Jika sudah bisa merasakannya, dapat dipastikan kita juga makin cinta sama Allah. Semoga.

Mari kita mulai lagi kebiasaan baik. Jika dalam seminggu tidak menemukan tulisan baruku, please kindly remind me. Thank you :)

Selasa, 02 Mei 2017

Hidayah itu Rezeki

Hidayah itu rezeki. Seperti Nabi Muhammad yang didampingi Jibril dan Mikail saat Isra Mi'raj, ketika kita menghadiri sebuah majelis ilmu untuk berniat memahami ayat-ayat-Nya, Jibril berperan memberikan hidayah dan ilmu Allah itu kepada kita, dan Mikail pun turun memberikan rezeki berupa pemahaman dan keyakinan. Sehingga jelaslah bahwa sejatinya setiap hamba diperjalankan oleh Allah di dalam kehidupannya.

Rangkaian kejadian dalam hidup kita, bertemunya diri dengan ujian-ujian kehidupan, pertemuan demi pertemuan yang mungkin terkesan seperti sebuah 'kebetulan', itu semua adalah bukti keMahaBesaran Allah bahwa Allah adalah pengatur skenario terbaik bagi kehidupan kita, yang dengan itu Dia memberikan berbagai pelajaran hidup dan hikmah pada kita.

Dari yang dulunya tidak tahu apa-apa, Allah ajarkan melalui perantara-Nya. Dari yang dulunya berada dalam keburukan, Allah hantarkan menuju kebaikan. Dari yang dulunya kongkow kongkow tanpa tujuan, Allah tunjukkan teman-teman yang saling mengingatkan dan menguatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Dari yang dulunya jauh dari Allah, kini mendekat kepadaNya adalah sesuatu hal yang sangat dirindukan. 

Bukankah indah, ketika menyadari bahwa Allah sudah terlampau baik pada diri kita? Bukankah bersyukur, ketika kita sudah dipilihkan Allah jalan hidup dan wadah terbaik untuk kita menumbuhkan benih-benih fitrah ketauhidan kita?

Maka kepada diri, jemputlah terus hidayah itu, seperti halnya rezeki yang perlu diupayakan.

Kepada orang lain, bagilah keindahan itu, agar keMahaBaikan Allah tidak hanya dirasakan oleh kita seorang.

Dan kepada Allah, berterima kasihlah, dengan sekuatnya mengupayakan syukur.


Selamat mengupayakan syukur terbaikmu hari ini!

Minggu, 30 April 2017

Merenung

Ramadhan kurang dari 30 hari lagi.. Flashback setahun ke belakang, banyak yang terjadi.. Sudah dengan peran baru sebagai istri.. Alhamdulillah banyak pembelajaran baru dan bermakna lewat fase baru ini.. Tapi juga banyak 'bertarung' dengan diri sendiri; dengan ego, dengan nafsu, dengan kelemahan diri, dan di banyak pertarungan masih saja kalah.. :(

Sekarang sudah memasuki bulan Sya'ban.. Persiapan demi persiapan mulai dilakukan untuk menyambut Ramadhan.. Tantangannya luar biasa, tapi kalau tidak berusaha terus, entah Ramadhannya akan seperti apa. Jangan sampai berlalu begitu saja :')

Dan kemarin dapat berita duka, ada salah satu saudara yang meninggal dunia.. Semoga husnul khotimah, semoga Allah menerima iman islamnya, melapangkan kuburnya, mengampuni dosanya, Aamiin.. Kejadian ini membuatku merenung cukup dalam.. Bahwa kematian sama sekali tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Bahkan qodarullah saudaraku itu tidak sempat bertemu Ramadhan.. Ini berarti apa yang kita usahakan, semua bisa sekejap terhenti ketika berhadapan dengan kematian..

Pertanyaannya, sedang mengusahakan apa kita sekarang? Apakah yang sedang kita usahakan itu dalam rangka mempersiapkan kematian, atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan duniawi saja? Karena sungguh merugi, rugi sekali, ketika seseorang menghabiskan waktunya hanya sekedar memenuhi kehidupan dunia saja, tapi dia lalai dari mempersiapkan pertemuan dengan Tuhannya.. Semoga kita termasuk hamba yang senantiasa dalam perlindunganNya dan mengakhiri hidup dengan husnul khotimah. Aamiin..

Rabu, 08 Februari 2017

Diuji Sakit, Dibanjiri Syukur

Hari ke-17 sakit. Alhamdulillah masih dikasih kehidupan sama Allah. Kondisi sekarang udah jauh lebih baik. Bahkan mungkin udah sembuh. Tinggal pemulihannya. Soalnya sisa-sisa lemesnya masih ada. Dan aku belum nafsu makan. Padahal pengen makan yang enak-enak tapi belum mau gitu. Ayam goreng aja aku ga mau, kan aneh. Padahal itu makanan paling favorit. Pengennya masih yang lembek-lembek. Semoga nafsu makanku cepat kembali ya.

Luar biasa ya rasanya sakit. Aku jadi makin ngerasa ngga ada apa-apanya dihadapan Allah. Yang biasanya kuat, bisa kemana2 dan bisa ngapa2in, kalau Allah kasih sakit, ya jadi ngga bisa apa2. Manusia itu emang lemah tanpa Allah. Dan Allah amat sangat berkuasa menjadikan manusia yang kuat sekalipun jadi lemah tak berdaya. Makanya nggak boleh sombong. Sombong dikit doang mah disentil sama Allah juga menggelepar kali ya.

Sakit juga membuat aku mensyukuri banyak hal kecil, seperti air hangat panas (iya air anget tapi agak panas gitu) yang ternyata enak banget dan bikin enak ke badan. 

Nikmat bisa mandi dan main air, soalnya selama sakit gampang banget kedinginan kalo kena air dan selama sakit cuma mandi 2 kali. ieww. Tapi walaupun aku demam anehnya ngga keringetan, jadi badan ga cepel2 banget lah.. Haha

Nikmat bisa makan dengan enak dan normal ini adalah nikmat yang aku lewatkan banget! Karena selama sakit cuma bisa makan bubur itupun sedikit dan kadang mual dan dimuntahin lagi. Aku rindu bisa makan enaaaaaaak! Berbahagialah kalian yang bisa makan enak, yang bisa makan ayam goreng pake sambel, yang bisa makan ayam penyet, pecel lele, sate, dan makanan lainnya dengan enak dan nikmat. Karena aku disini merindukan bisa makan semua makanan itu. Hiks. Nafsu makan cepatlah kembali..

Nikmat keluarga. Duhh entahlah udah ngerepotinnya kayak apa. Ada yang direpotin bawain makanan, ada yang direpotin anterin ke dokter, ada yang direpotin nungguin aku dirumah selama suami kerja, ada yang direpotin nganterin aku tes lab, ada yang direpotin ngerawat aku di rumah orangtua, dan masih banyak lagi kerepotan2 lainnya tapi mereka semua ikhlas aja gitu hiks terharu..

Makin cinta juga sama suami (muhehehehe) yang udah bersedia sabar bareng aku selama sakit.. Mau back up semua pekerjaan rumah selama aku sakit.. Yang selalu nanya mau dibawain apa setiap pulang kantor (walaupun kadang apa yang dibeli taunya ga aku makan).. Yang khawatir pake banget kalo panas aku nggak turun-turun.. Ah pokoknya banyak banget yang bikin aku makin cinta sama suami, makin ngerti juga bahasa cinta dia gimana. Huhuy. Cie.. :3

Dan pasti masih banyak hikmah di balik sakit ini.. Ya Allah, ini tentunya salah satu caraMu mendidikku.. Melalui sakit ini Engkau mungkin ingin melatih kesabaranku, menguji ketaatanku, dan memberikan pelajaran dan hikmah melaluinya.. Semoga aku tak melewatkan pembelajaran itu, dan semoga aku berhasil menjadi pribadi yang lebih baik dengan sakit ini..

Terima kasih ya Allah, untuk pengalaman luar biasa ini.. :')

Selasa, 31 Januari 2017

Diuji Sakit, Dilatih Sabar

Hari ke-8 sakit. Aku sudah bertemu selasa lagi, dan masih dalam keadaan sakit. Ini sakit terlama yang pernah aku alami, biasanya kalau sakit paling cuma 2-3 hari doang. Tapi ini seminggu, dan belum bisa terprediksi kapan sembuhnya.

Allah, kalau bukan karena percaya padaMu, mungkin aku sudah menyerah. Tapi aku ingat bahwa Engkau bersama orang yang sabar. 

Aku sedang bertanya2, apa kiranya yang sedang menanti di penghujung sakitku nanti? Apapun itu, semua pastilah yang terbaik. Aku percaya.

Sakit ini pastilah caraMu mendidikku. Berikan aku kepekaan dan luaskan pemahamanku Ya Allah, sehingga aku tidak luput dari menangkap maksud dariMu. 

Aku masih punya banyak stok sabar kok, insya Allah. 

Semoga dengan sembuh, aku siap untuk bersyukur banyak-banyak.

*nyuri2 ngeblog mumpung ada tenaga.

Senin, 09 Januari 2017

Percaya

Apa yang lebih indah yang diberikan kepada seseorang setelah rasa cinta? Menurutku, setidaknya saat ini, yaitu kepercayaan. Karena tidak selalu, mencintai beriringan dengan memberi kepercayaan.

Ini barulah seujung kuku sejak bahtera itu dilayarkan dari pinggir pantai. Sang kapten kapal tentu saja hanya seorang amatir yang baru kali ini ia menjalankan kapalnya, lalu orang-orang menuntut kesempurnaan kemampuan darinya. Padahal ini kapal kami, bukan kapal mereka. Terserah mereka mau bilang apa, tapi aku yang hidup di atas kapal bersamamu. Aku yang tahu seperti apa kamu, dan aku memberikan rasa percaya yang penuh kepadamu dalam pelayaran ini.

Kamu perlu apa? Aku akan bantu sediakan.
Kamu butuh istirahat? Mari kita sejenak melepas lelah dan menikmati ramahnya angin lautan.

Aku sungguh rasanya ingin tutup telinga dari mereka yang meremehkanmu, di saat aku sedang menikmati awal dari pelayaran ini. Di saat aku sedang meraba-raba bagaimana sebetulnya bahasa cintamu dan bagaimana aku membalasnya. Ini menyenangkan untukku. Karena yang seperti ini mungkin tidak akan terulang dua kali. Masa-masa dimana aku berusaha mengenal perangaimu yang kebanyakan di luar dugaan. Masa dimana aku pernah menangis diam-diam karenanya. Tapi justru di kemudian hari tanpa kusadari yang ada hanyalah bahagia, karena aku sudah tidak peduli lagi tentang bagaimana perlakuanmu, karena semua cinta itu ternyata sudah menjelma menjadi tindakan dan tanggungjawab.

Aku belajar banyak darimu wahai kapten. Dan aku tidak pernah merasa kapal kita akan karam dengan formasi kita yang begini. Ini bukan karena aku sombong, tapi semata karena aku percaya kepadamu.

Jangan khawatir orang mau bilang apa. Karena partnermu aku. Aku yang menjalaninya bersamamu. Mari sama-sama percaya.

Bandung, 2 Agustus 2016. Hari ke-80 pernikahan.

Ternyata dulu pernah nulis ini :3
Tenang kapten, bahkan sampai hari ini pun, aku masih memegang rasa percaya itu.