Minggu, 26 Oktober 2014

Hi

I woke up at around 2 am and when i check my phone, there's a message from an unsaved number.


25/10 23:10 Miss me?
25/10 23:12 I got 1000 free text, so here we go..
25/10 23:16 "Sometimes the smallest step in the right direction ends up being the biggest step of your life"

Hi! Nice to see you, bestfriend! Do you know how happy I am when I got your message?! :D
I knew it's you. Although you didn't put your name on it.

Congrats for your first step. Keep going. Although it's hard, although you're slow, it's okay. Just keep going. And never step back. I'm on your side. :)

Do you remember when you give me a thousand words and I replied with only two: "don't disappear"Thank you for keeping your promise. Thank you. :')

Sabtu, 25 Oktober 2014

Menjadi Atlet Allah

Kau tahu, sahabatku? Menjadi atlet Allah yang tangguh itu capek ternyata.. Kalau belum terbayang, kita bayangkan atlet olahraga aja dulu. Atlet sepakbola, misalnya. Prosesnya panjang kan? Harus latihan tiap hari, belajar terus, mengasah skill baru, uji coba pertandingan dengan berbagai tim, dari tim yang ecek-ecek sampai tim yang hebat untuk melihat sejauh apa kemampuannya jika ditandingkan dengan orang lain. Belum lagi dia juga harus merasakan sakit (hati) jika dia kalah di pertandingan, pelatihnya mungkin memarahinya. Tapi atlet yang tangguh tidak akan pernah berhenti belajar, dia memperbaiki diri dari melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.. Dan tahu apa? Belajar lagi, berarti berusaha lebih keras. Yang tadinya berlatih 8 jam sehari, jadi 12 jam sehari. Yang awalnya tidur jam 11 malam, jadi tidur jam 2 pagi lalu bangun sebelum matahari terbit. Semua modul yang dibuat pelatihnya dilahap habis. Terbayang capeknya? Capek sekali. Aku membayangkannya saja sudah capek..

Tapi apa yang kemudian dia dapat dari keletihan itu? Dia menjadi atlet sepakbola yang hebat di tengah lapangan. Dia menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah perjalanan sepakbola. Dia ditonton dan dielu-elukan banyak orang. Setiap orang suka padanya, setiap orang memujinya. Dia menjadi inspirasi bagi orang-orang, terutama bagi mereka yang ingin menjadi atlet seperti dirinya.. Pelatihnya bangga padanya, dan dia menyatakan rasa bangganya di depan orang-orang yang ditemuinya, “dia muridku, aku bangga padanya,” begitu katanya. Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya? Rasanya seperti berada di puncak gunung setelah melakukan perjalanan yang melelahkan. Pencapaian-pencapaian kecil yang dulu dilakukannya kini terasa besar, perjuangan dia yang melelahkan itu kini ada nilainya. Bersyukur kepada Allah dan bangga pada dirinya sendiri karena berhasil menyelesaikan prosesnya..

Lalu bagaimana menjadi seorang atlet Allah yang tangguh? Sama capeknya. Bahkan mungkin jauh lebih capek. Rasulullah dan para sahabatnya bisa kita jadikan contoh. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Rasulullah ketika beliau yang awalnya dijuluki al-Amin kemudian dikatai orang gila, tukang sihir, dsb. Sakit rasanya, merasa dikhianati.. Tidak sampai disitu, beliau juga diejek, diolok-olok, dibicarakan hal yang buruk-buruk oleh penduduk sekitar, dipukuli, dilempari kotoran, diusir, bahkan hendak dibunuh. Para sahabatnya pun demikian. Disiksa, dibunuh, hidupnya tidak tenang karena para musuh-musuh Allah itu tidak akan membiarkan ajaran nenek moyang mereka dirubah. Mereka tinggalkan keluarganya, mereka tinggalkan atribut-atribut kemaksiatan itu dengan segala risiko.. untuk satu cita-cita: menjadi atlet Allah yang tangguh. Baju yang terkoyak, daging yang tertebas, darah yang bercucuran saat perang menjadi saksi perjuangan mereka. Siksaan demi siksaan mereka lalui hanya untuk satu kata, “Ahad..”

Mengenang perjuangan mereka betul-betul membuat diriku merasa kerdil. Masih menangis karena ujian sepele padahal ujian mereka jauh lebih hebat tapi mereka tidak menangis. Tubuh mereka selalu terbaluti semangat karena keyakinan yang kuat pada Allah, karena percaya pada janji-janji Allah. Bagaimana perasaan mereka saat menjalani ujian itu?Lelah? Sudah pasti.Takut? Jelas. Taruhannya nyawa.Sakit? Ya. Mungkin sampai berkali-kali tertebas pedang atau tertusuk panah.Pengorbanan mereka berkali-kali lipat lebih besar dibanding atlet sepakbola tadi dan dibandingkan kita.

Lalu apa yang mereka dapatkan? Kemuliaan. Mereka mendapatkan derajat mulia itu. Rahmat dan Ridho Allah mereka peroleh, berwujud surga yang indahnya jauh melebihi ekspektasi mereka. Berbagai pujian mereka dapatkan dari para penduduk langit, dan mungkin dari penduduk bumi juga, dari para generasi setelah mereka yang merasa bersyukur bisa merasakan nikmat iman islam ini karena perjuangan mereka.. Allah bangga pada mereka? Jelas sekali. Allah beri mereka hadiah-hadiah yang dijanjikan-Nya pada mereka. Allah kumpulkan mereka kembali bersama orang-orang yang mereka cintai. Mereka menikmati kenikmatan luar biasa sementara orang-orang yang dahulu memusuhinya mendekam selamanya dalam siksaan api neraka. Perjuangan dan pengorbanan mereka terbayar sudah oleh surga dan keridhoan-Nya yang bahkan harganya jauh lebih mahal dari itu. Subhanallah.. Semoga kita bisa menjadi seperti mereka..

Mungkin saat ini kita sedang merasa lelah. Tapi bukankah dunia memang tempatnya berlelah-lelah? Karena bagi orang-orang yang beriman, istirahat mereka di surga. Akhirat adalah waktu pembebasan dari semua amanah dunia yang kemudian Allah balas..

Maka, jika merasa letih, itu wajar. Bahkan HARUS letih. Supaya di negeri akhirat sana kita bisa tersenyum dan bergembira selamanya.. 


"Rasa syukurku yang paling besar ya ini, yaitu ketika aku merasa diperhatikan dan dicintai Allah, dengan apapun itu bentuk cintanya.. Karena wujud cinta-Nya tidak hanya berupa tawa dan bahagia, tapi mungkin juga dengan air mata agar dijadikannya hati kita bersih. Mungkin sesekali dengan tamparan keras jika kita sudah terlalu jauh dari-Nya. Mungkin dengan cobaan dunia yang menghimpit supaya kita jadi lebih kuat. Mungkin dengan labirin dan jalan buntu supaya potensi kita keluar."


Bandung, 3 Oktober 2013 (repost with edit)

Minggu, 19 Oktober 2014

Maha Pencemburu

Ketika diri ini merasa lemah dan mulai berpikir untuk bergantung kepada manusia, aku tak pernah diberi kesempatan itu. Malah seringkali yang Allah berikan justru sebaliknya. Aku malah dijadikan tempat bergantung oleh orang lain. Seakan diperingati dengan tegas, "Kalau mau mencari tempat bergantung, cari saja Aku. Cukup Aku."

Ketika diri ini ingin memuntahkan isi pikiran dan emosi, mencari-cari orang lain untuk dijadikan tempat berkeluh kesah atau pelampiasan amarah, aku hampir tak pernah memiliki kesempatan itu. Tapi dalam kesendirian itu selalu ada bisikan menenangkan, "Tahukah kamu bahwa Aku adalah pendengar yang paling baik? Maka lampiaskan saja semuanya padaku. Cukup Aku."

Ketika aku ingin berlari menangis ke pelukan orang lain, seringkali yang terjadi justru sebaliknya. Saat sedihku belum sepenuhnya hilang, aku malah dihadapkan dengan orang lain yang sedang bersedih dan butuh ditenangkan. Lagi-lagi Allah ingin berbicara padaku, "Kalau ingin menangis, cari saja Aku. Apalagi jika kita berduaan di sepertiga malam. Mengadulah sepuasnya padaku. Cukup Aku."

Al-Ghayyur. Satu dari 99 Asma-Nya dalam Asmaul Husna yang artinya Maha Pencemburu.

Ketika kecintaan pada dunia semakin membuatku lupa padaNya, Dia tak segan-segan mengambilnya dariku. Awalnya kukira Dia kejam, tapi lalu aku sadar bahwa Dia hanya ingin mendapat perhatian yang 100%, tak ingin aku berpaling dariNya, tak ingin aku mencari yang lain.

Ketika aku meminta sesuatu dan tak kunjung terpenuhi bahkan setelah aku berusaha sekuat yang aku mampu, kupikir Dia tak mendengar. Lalu aku sadar bahwa bila keinginan itu terpenuhi, mungkin malah akan membuatku lupa padaNya. Sehingga tak pernah dikabulkanNya hingga lurus niat.


Bila permintaan tak kunjung terkabul.. 
Mungkin sengaja.. 
Agar sadar bahwa bersama Allah saja sudah lebih dari cukup. 

Bila satu per satu diambilNya.. 
Mungkin sengaja.. 
Agar sadar bahwa ada satu yang tak pernah meninggalkan.
Hingga yang tersisa hanya aku dan Dia.

Begitulah Allah, Sang Maha Pencemburu..
Dia hanya ingin diberi cinta yang 100%, tidak ingin dibagi dengan (si)apapun.

Minggu, 05 Oktober 2014

From The Deepest Heart

Ngerasa banyak banget dosa, ngerasa punya banyak utang sama Allah. Di saat diri ini berlumuran dosa, Allah dengan amat sangat baik, sudi menutupi aib-aib diri yang hina ini.. Di saat dengan bodohnya diri ini mendzalimi diri sendiri karena tidak bersyukur atas segala yang diberikanNya, masih saja nikmatNya tercurah tanpa henti.. Di saat diri ini merasa berputus asa dari rahmatNya, berprasangka buruk padaNya, bahkan menjauhiNya sebagai bentuk protes atas takdir yang tidak sesuai dengan harapan, Dia tak pernah mundur, tak pernah mengurangi kasih sayangNya barang sedikitpun. Bahkan Dia justru bergerak maju, menarikku kembali ke dekatNya..

Ya Rabb, entah sudah yang keberapa kalinya aku dibuat menangis haru olehMu.. Menyadari bahwa kasih sayangMu begitu besar.. Sering kali aku merasa tak pantas untuk Kau 'pilih'.. Aku hanya seorang manusia bermandikan dosa dan dilumuri aib.. Tapi Kau tutupi, Kau lindungi, hingga yang tampak hanyalah keindahan dan kebaikan.. Harus bagaimana kubalas?

Betapa aku khawatir di akhirat nanti aku menjadi manusia yang dihinakan.. Bisakah aku menghapus dosa-dosa yang menyelimuti diri? Cukupkah amal sholehku untuk membersihkan dan mensucikanku dari kotoran dosa yang menempel di tubuh? Tiba-tiba saja aku merasa sangat khawatir.. Takut kalau-kalau Allah tak memberiku kesempatan lagi.. :(

Aku bisa apa, selain berusaha menyibukkan diri dengan amal sholeh yang mungkin tak seberapa nilainya.. Sebanyak apapun kebaikan yang kulakukan mungkin takkan cukup menutupi borok-borok keburukan.. Dan pada akhirnya hanya bisa berharap kasih sayangMu, semoga amal yang tak seberapa ini sudi Kau terima, Ya Rabb..

Masih banyak 'utang' yang harus kulunasi, masih banyak kesalahan yang harus kutebus, masih banyak cacat yang harus kuperbaiki.. Tak tahu apakah kesempatan yang Kau beri masih cukup untukku memperbaiki semuanya.. Tapi aku akan berusaha membayar semuanya dengan segenap kekuatanku agar bisa menjadikan predikat hina ini menjadi mulia.. Terus berjalan, berlari, terus maju, sampai memang kesempatan itu betul-betul tidak ada lagi..

Jika memang waktuku telah habis dan kepergianku masih menyisakan banyak keburukan, setidaknya usahaku bisa Kau hargai.. Setidaknya kegigihanku sebelum habis waktu, bisa mengundang kemurahan hatiMu untuk menghapuskan keburukan yang tersisa..

Semoga keletihan yang terasa, keringat yang mengucur, air mata yang jatuh, dan langkah kaki yang tiada henti, bisa membantu menyelamatkanku dari murkaMu di negeri akhirat nanti. Aamiin..