Senin, 23 November 2020

Monday Love Letter #102: (Jangan) Melewatkan Doa

 Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Senang rasanya bisa menyapamu lagi. Kabarmu baik-baik saja, kan? Semoga apapun keadaannya kita selalu bisa menemukan hikmah yang bisa dipetik serta syukur yang selalu terjaga. Anyway, sebetulnya saya sudah tidak sabar untuk bercerita kepadamu tentang sebuah hikmah yang saya dapatkan belakangan ini. Jadi kita langsung saja, ya! Bismillah.

Sisterku, kamu pernah tidak merasa malas melakukan sesuatu, padahal kamu tahu betul aktivitas tersebut bernilai kebaikan? Pernah tidak merasa beraaat sekali untuk bangkit mengerjakan sederet to-do-list atau suatu hal yang menjadi kewajiban atau tanggungjawab kita? Padahal kita tahu itu adalah bagian dari tanggungjawab kita, padahal kita paham ada pahala yang menanti serta imbalan tak terduga yang mungkin sedang Allah siapkan. Tapi karena alasan capek, tidak mood atau malas, peluang amal shaleh itu akhirnya kita tinggalkan.

Kalau jawabannya pernah, sama sih, saya juga pernah. Hehe. Bahkan sedang terjadi di 2 minggu belakangan ini. Ada sebuah tugas rumah tangga yang rasanya malas sekali untuk saya lakukan padahal saya tahu ada peluang amal shaleh jika saya melakukannya. Apakah itu? Sebetulnya ini adalah tugas yang sangat sederhana, yaitu memasak.

Alasan saya tidak memasak biasanya karena aktivitas yang agak padat atau memang sedang malas atau bosan memasak saja. Memang sih, suami saya tidak meminta untuk selalu memasak, asalkan makanan selalu tersedia walaupun beli, itu juga tidak apa-apa. Tapi lama tidak memasak, lama-lama ada perasaan bersalah juga di diri saya.

Akhirnya setelah berhari-hari tidak masak, pagi itu saya memaksakan diri untuk pergi berbelanja dan memasak lagi. Tentu saja masakan ala kadarnya. Berbekal kangkung dan tahu yang saya beli dari warung, jadilah tumis kangkung dan tahu goreng sebagai lauknya. Agak tidak percaya diri juga karena setelah saya cicipi ternyata rasanya tidak seenak biasanya. Tapi yasudahlah, yang penting sudah masak lagi setelah sekian lama, begitu pikir saya. Saya pun menyajikannya untuk sarapan suami tanpa berharap pujian apapun.

Tak disangka, selesai makan beliau bilang, "Neng, enak masakannya. Alhamdulillah Aa punya istri yang bisa masak, jazakallah ya.." Wow! Terkejut saya mendengarnya. Sebetulnya saya biasa mendengar pujian itu setiap kali suami memakan masakan saya, bisa jadi karena masakan saya benar-benar enak atau sebagai bentuk apresiasi saja supaya istrinya ini lebih rajin memasak, hahaha. Tapi mendengar pujian yang dikatakannya pagi itu, saya tiba-tiba seperti diilhami sebuah hikmah berharga dari Allah.

Saya baru sadar, saya sudah lama tidak mendengar kalimat apresiasi itu dari mulut suami, karena saya sudah lama tidak memasak. Deg. Lebih sedih lagi, ketika saya sadar bahwa bukan hanya apresiasi yang saya lewatkan, tapi saya juga melewatkan sebuah doa darinya; jazakallah. Sebuah doa agar kebaikan yang saya lakukan digantikan oleh Allah dengan yang lebih baik. Hiks, pantesan kok rasanya 2 minggu kemarin itu uring-uringan nggak jelas :(

Saya jadi berpikir, jika saya memasak setiap hari dan didoakan oleh suami seperti itu, ada berapa banyak kebaikan ya yang akan saya dapatkan? Atau sebaliknya, jika saya tidak memasak berarti ada sebuah doa dari suami yang saya lewatkan, kira-kira ada berapa kebaikan ya yang saya lewatkan? Astaghfirullah,, ini baru perkara kecil seputar memasak. Lalu jika saya mengabaikan kewajiban yang lain hanya karena malas atau tidak mood, ada berapa banyak lagi kebaikan yang saya lewatkan? Huhuhu..

Jazakallah khairan katsira, adalah doa yang dalam jika kita memahami arti di baliknya. Bukan hanya sekedar ungkapan terima kasih, tapi juga sebuah doa agar Allah membalas kebaikan yang kita lakukan dengan kebaikan yang lebih lagi. Doa ini bisa kita dapatkan ketika kita menolong orang lain, ketika kita berbagi makanan, berbagi ilmu, berbagi rezeki, atau berbagi apapun yang bermanfaat kepada orang lain. Bahkan, doa ini bisa kita dapatkan dari hanya sekedar berkunjung ke rumah teman atau mengirim chat untuk sekedar menyapa kabar dan mendengar keluh kesahnya. Maka, tak heran jika orang-orang yang ringan tangan untuk menolong orang lain, Allah mudahkan kehidupannya. Pertama karena ia mengutamakan membantu urusan orang lain dibanding dirinya, kedua bisa jadi karena doa-doa baik yang diberikan dari mereka yang ia tolong.

Ternyata, kita tak pernah rugi apapun jika kita berbuat baik kepada orang lain, yang ada justru kebaikan untuk kita yang nantinya akan bertambah-tambah. Hikmah dari mogok masak itu ternyata membawa saya untuk lebih bersemangat dalam berbuat baik, baik dalam skala keluarga, tetangga, teman dan sahabat, maupun skala yang lebih besar lagi. Insya Allah. Selain itu, saya juga jadi terpacu untuk lebih sering mendoakan orang-orang baik yang ada di sekitar saya, yang selalu ada untuk saya dan menghargai keberadaan saya. Alhamdulillah Allah karuniakan mereka di hidup saya, semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan di dunia dan di akhirat untuk mereka.. Aamiin..

Tentu saja, untukmu juga, sister. Saya sering sekali merasa terharu jika mendapat balasan surat dari para sister of Deen, tak hanya sekedar memberikan apresiasi, kami juga sering mendapati doa-doa baik untuk kami berdua, masya Allah. Jazakillah khairan katsiran untukmu, dan untuk semua sister yang tergabung dalam mailing list ini, yang terkadang harap-harap cemas menunggu datangnya surat di setiap Senin, hehe. Terima kasih untuk masih bersama-sama dengan kami sampai saat ini, memberi support dan doa-doa baik yang tersampaikan maupun yang terucap dalam hati. Tiada harapan dari kami selain agar kita terus bersama untuk saling menguatkan dalam perjalanan menjadi hamba Allah yang sejati hingga menuju kemuliaan hakiki.

Jangan lelah dalam mengupayakan kebaikan. Saling mendoakan ya, sister. Barakallahu fiik :)

 

Your sister of Deen,
Husna Hanifah