Selasa, 30 Maret 2021

Menjadi Diri yang Menerima

Bertahun-tahun saya belajar dan kemudian hasil pemahaman saya menyimpulkan bahwa menerima qadha dan qadar-Nya, adalah STEP AWAL untuk bisa menerima diri ini diatur dengan aturan-aturan dari-Nya.

Untuk menjadi hamba yang sepenuhnya taat, diri kita harus lebih dahulu selesai dari prasangka-prasangka buruk tentang Allah, mempertanyakan takdir-Nya, ataupun mengeluh atas ketetapan yang telah Dia pilihkan dan diizinkan terjadi dalam hidup kita.

Sebab, tak mungkin kita bisa taat sepenuhnya kepada Allah, mencintai Allah dengan penuh, apalagi mengorbankan segalanya untuk Allah, jika kita masih memiliki "trust issues" dengan Allah. 

Tak mungkin ada rasa tentram di hati kita apabila kita tidak "merasa aman" saat bersama dengan Allah. Tak mungkin ada perasaan tenang di jiwa kita apabila kita tidak "percaya" pada Allah.

Allah tak pernah salah, Allah tak pernah jahat, Allah tak pernah menghendaki kesukaran untuk hamba-Nya. Allah selalu memberi yang terbaik. Allah selalu memberi apa yang hamba-Nya butuhkan. Allah senantiasa menyayangi kita dengan cara-Nya. Ya, kita mengakui itu, tapi tak benar-benar meyakininya. Kita mengakui itu, tapi hati masih berat menerima ketetapan-Nya. Kenapa?

Kesalahan terbesar kita adalah kita sering merasa lebih tahu daripada Allah, kita merasa lebih bisa daripada Allah, kita merasa bahwa skenario yang terbaik adalah yang ada dalam pikiran kita, kita merasa bahwa hidup akan menjadi lebih baik jika kita hidup dengan cara kita sendiri. Kesalahan terbesar kita adalah ketika kita mengambil alih peran Allah dalam menetapkan dan mengatur tentang bagaimana kita harus hidup.

Maka, penerimaan pertama yang harus kita akui, adalah menerima bahwa kita adalah hamba-Nya. Yang tak bisa apa-apa jika tak dipinjami kekuatan oleh-Nya, yang takkan tahu apa-apa jika tak diilhamkan ilmu dari-Nya, yang tak bisa hidup benar dan selamat kecuali dengan tuntunan dari-Nya.

Sungguh, perkara menerima tak pernah menjadi hal yang mudah. Ada ego di dalam diri yang betul-betul harus ditundukkan untuk mengakui betapa rendah, lemah dan hinanya diri kita di hadapan Allah sehingga muncul kebutuhan untuk bergantung pada Allah dan hidup sesuai keinginan-Nya.

Terimalah dengan penuh, bahwa dirimu adalah seorang hamba Allah. Hanya dengan cara itu, dirimu bisa merdeka dalam taat. Dan hanya dengan cara itu pula, kita bisa lebih dekat dengan kemuliaan dan keselamatan. Sudahkah menerima?