Kamis, 17 Februari 2022

Nikmat-Nya Selalu Mahal dan Berharga

*dikutip dari Monday Love Letter #151, yang kutulis untuk Sister of Deen

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Saya ingin mengawali surat ini dengan sebuah do'a. Allahumma bariklanaa fii rajaba wa sya'bana wa balighna ramadhan.. Aamiin ya Rabb.. Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu kita sudah memasuki bulan Rajab. Sebuah kabar gembira karena itu berarti Ramadhan sudah semakin dekat! Perasaan saya saat ini excited karena sebentar lagi Insya Allah akan bertemu dengan bulan Ramadhan. Tapi di sisi lain, diri ini juga masih perlu berkaca dan melatih diri agar penyambutanku untuk Ramadhan jangan sampai seadanya. Semoga kita bisa menggunakan sebaik-baiknya kehadiran bulan Rajab dan Sya'ban untuk melakukan muhasabah dan "pemanasan" terbaik agar di Ramadhan nanti kita bisa mempersembahan ibadah yang optimal sehingga Allah berkenan mengampuni dan mensucikan diri kita. Yuk, semangat yaa kita!
 
Saya mau cerita nih, sister. Sepekan yang lalu pergelangan kaki saya terkilir cukup parah yang membuat saya sama sekali tidak kuat berjalan. Pergelangan kaki kanan saya membengkak dan tidak kuat menopang badan saya sendiri. Rasanya sakit sekali saat bertumpu pada kaki kanan saya. Beruntungnya, hari itu saya langsung bisa diurut sehingga bisa meminimalisir keparahannya. Walaupun rasanya beuuhh sedap dan nikmat sampai bikin nangis-nangis, wkwkwk..
 
Alhamdulillah, hari ini bengkaknya sudah semakin kempis dan saya sudah mulai kuat berjalan walau masih harus dengan bantuan kruk. Di mata orang lain, mungkin saya terlihat kasihan. Kaki bengkak, tidak bisa berjalan, tidak bisa kemana-mana. Tapi sejujurnya, saya merasa bersyukur Allah menghadirkan kejadian ini dan memberi saya kesempatan untuk merasakan sakit seperti ini. Ternyata ada hikmah besar di balik ini semua, salah satunya saya jadi lebih menghargai satu dari sekian nikmat Allah, yakni nikmat bisa berjalan.
 
Kita yang selama ini bisa pergi kesana kemari dengan bebas, bisa mengendarai motor atau mobil dengan leluasa, bisa berolahraga, berkebun, menyapu, bersih-bersih rumah, tidak mungkin semua itu bisa kita lakukan dengan baik jika kita tidak bisa berjalan. Saya, selama ini menganggap bahwa berjalan ya hanyalah sebuah aktivitas harian yang sudah sangat biasa. Bangun tidur, kemudian berjalan ke kamar mandi, rasanya biasa saja. Sebuah kemampuan yang terasa sudah sepaket dengan hidup. Ya,, take it for granted gitu deh. Daan ketika nikmat mampu berjalan itu Allah cabut, baru saya merasakan betapa repotnya pergi ke kamar mandi dalam keadaan kaki saya tidak kuat berjalan. Huhuhu, saat nikmat-Nya sedang Dia tahan, kita bisa apa..? T_T
 
Padahal, setiap kali kita melangkah, ada banyak otot, sendi, tulang, urat, dan syaraf yang bekerja sehingga tubuh kita kuat dan mampu untuk berjalan. Ternyata, saat Allah bikin terkilir satu saja pergelangan kaki ini, kemampuan untuk berjalan bisa hilang seketika. Subhanallah.. Betapa kita ini kecil dan selemah itu di hadapan Allah..
 
Ini baru ngebahas satu nikmat lho, kebayang ada berapa kebaikan dan karunia dari Allah yang selama ini kita nikmati, tapi tidak benar-benar kita syukuri?? Kemampuan kita untuk melihat, mendengar, meraba, mengecap, mengunyah, menelan, berkedip, bersin, dan masih banyak lagi yang mungkin selama ini kita kira bahwa itu adalah mekanisme normal dari tubuh kita yang sudah seharusnya bekerja. Padahal, di balik itu ada Allah yang mengatur setiap detil dari pergerakkan kita, sekecil apapun gerak yang kita lakukan. Dan jika Allah berkehendak untuk mengambil nikmat itu dari kita, sangat amat mudah bagi-Nya dan bisa dilakukan-Nya hanya dalam waktu sepersekian detik saja.
 
Saya jadi ingat salah seorang tetangga yang suatu hari tiba-tiba lumpuh setengah badannya. Kemudian saat dibawa ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa beliau terserang stroke. Subhanallah. Ya, setiba-tiba itu Allah mampu membuat tubuh kita lumpuh seketika. Setidakberdaya itulah kita di hadapan Allah. Maka apa yang patut kita sombongkan?
 
Tidak ada nikmat Allah yang kecil. Semua nikmatnya begitu mahal dan berharga. Semoga kita bisa senantiasa bersyukur atas setiap nikmat yang Allah berikan, baik yang kita sadari maupun yang tidak, baik yang kita minta ataupun yang tidak kita minta. Semoga, sebelum Allah ambil kembali nikmat yang selama ini Dia berikan, kita mampu menggunakan berbagai nikmat itu dengan baik dan menjadikannya media dan sarana untuk beribadah dan lebih taat kepada-Nya.

 
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?" -QS. Ar-Rahman
 
 
Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Jeda, Hikmah, dan Harapan

*dikutip dari Monday Love Letter #148, yang kutulis untuk Sister of Deen


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Akhirnyaa setelah sekian lama akhirnya saya bisa menulis Monday Love Letter lagii, yeaay alhamdulillah. Bagaimana nih kabarmu, sister? Semoga selalu dalam keadaan keimanan yang baik, ya! Selama kurang lebih 2 bulan saya mengambil jeda dari Sister of Deen, saya bisa bilang kalau itu adalah sebuah jeda yang cukup baik untuk saya maupun untuk kehidupan saya. Sebenarnya, dalam 2 bulan itu, saya mengambil jeda bukan hanya dalam urusan Sister of Deen, tapi juga saya berusaha untuk melambatkan laju di banyak hal. Bukan untuk lari, tapi untuk kembali memaknai segala hal dalam hidup dan mengembalikan kesadaran dalam menjalaninya.

Kamu sering nggak sih, merasa waktu cepat sekali berlalu? Tiba-tiba sudah sore lagi, tiba-tiba sudah Senin lagi, tiba-tiba sudah berganti bulan atau tahun, tanpa benar-benar memaknai setiap jam dan menit yang kita lalui. Itu yang sedang saya rasakan selama beberapa bulan terakhir. Tentu saja semua itu tidak terjadi tiba-tiba, ada beberapa faktor yang seringkali membuat saya kehilangan fokus dalam menjalani hidup. Seperti rutinitas, masalah hidup, stres, hingga interaksi dengan gadget. Jujur, yang terakhir sepertinya penyumbang terbesar dari hilangnya fokus deh, hehehe.

Setelah  pengumuman jeda dari Sister of Deen diumumkan, malam itu juga saya membuat list mengenai apa-apa saja yang akan saya "benahi" dalam 2 bulan itu, salah satunya adalah mengurangi interaksi dengan gadget dan sosial media. Tidak selalu berhasil, tapi cukup untuk setidaknya banyak mengurangi screen time dan menambah aktivitas bermanfaat di luar dunia maya. Hehe.


Saya ingat, bulan November lalu, untuk pertama kalinya saya berhasil menulis Jurnal Syukur selama 30 hari. Saking bangganya dengan diri sendiri, saya bahkan membuat rekapnya di excel. Ternyata dalam 30 hari itu saya berhasil menulis 18.210 kata dengan total waktu 13 jam selama 30 hari menulis Jurnal Syukur. Alhamdulillah, setelah berkali-kali gagal akhirnya berhasil juga :')

Di bulan Desember, Allah memberikan waktu yang lebih banyak untuk saya berinteraksi bersama orang-orang terdekat, terutama keluarga. Qadarullah, nenek saya yang tinggal satu-satunya, masuk rumah sakit selama sekitar seminggu yang pada akhirnya wafat di hari terakhir tahun 2021. Di malam tahun baru, saya sama sekali tidak sempat memikirkan tentang resolusi dan sebagainya. Saya hanya banyak merenung, mengingat bahwa selama tahun 2021 Allah telah mengambil kakek, om, dan nenek saya di tahun yang sama. Mungkin pesan tersirat dari-Nya adalah supaya saya lebih menghargai kehadiran keluarga dan bersyukur atas kehadiran mereka. Selama mereka masih ada, dan selama saya juga masih ada umur, semoga kehadiran keluarga selalu menjadi sesuatu yang saya syukuri.

Alhamdulillah, di tahun ini, Allah masih memberi umur. Banyak hal mulai kembali ditata, dari hal yang kecil seperti pengelolaan emosi hingga hal-hal penting terkait berbagai amanah dan tanggungjawab. Lalu, bagaimanakah Sister of Deen akan berlanjut di tahun inii??

Naah ada kabar gembira untukmu nih, sister! Alhamdulillah beberapa hari lalu tim Sister of Deen sudah mengadakan meeting perdana dan merencanakan program-program yang insya Allah akan dijalankan di tahun ini. Yay! Semoga dengan bekerja sebagai tim, manfaat yang bisa diberikan bisa semakin meluas dan semakin banyak pula perempuan yang terbantu dengan adanya Sister of Deen Project ini. Mohon doanya ya, sister!

Saya punya harapan, semoga di tahun ini saya bisa hidup dengan lebih "sadar" sehingga kesia-siaan bisa diminimalisir bahkan dihilangkan. Menjaga agar setiap detik penuh dengan ibadah, manfaat, dan amal shaleh, tentu tidaklah mudah. Tapi ketika kita sudah berniat, kita akan setidaknya mencoba dan menjaga agar tindakan kita sesuai dengan apa yang kita niatkan. Dan semoga Allah memberi pahala untuk setiap jatuh bangun yang kita hadapi.

Kalau kamu, punya harapan apa di tahun ini? ;)

 

Your sister of Deen,
Husna Hanifah