Senin, 24 Februari 2020

Monday Love Letter #73: Tok Tok! Sudah Siapkah Menyambutku?

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Hari ini, saya kembali melihat kalender hijriyah di aplikasi Qur'an yang saya miliki. Ternyata, mulai maghrib ini kita sudah masuk ke bulan Rajab. Masya Allah, rasanya baru kemarin Ramadhan bertamu dan kini ia akan hadir kembali dalam 2 bulan, insya Allah. Allahumma balighna Ramadhan.. Ya Allah, sampaikanlah kami pada Ramadhan.. Refleks, doa itu langsung saya pintakan kepada Allah. Bagaimana denganmu, tentu kamu juga merindukan hadirnya bulan Ramadhan bukan? Kita siapkan sejak sekarang yuk! :)

Entah kenapa, bagi saya persiapan Ramadhan kali ini terasa agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya saya merasa sangat excited, semangat, dan sangat menunggu-nunggu kehadirannya, kali ini, ada rasa yang lain yang juga saya rasakan, yaitu takut. Takut tidak cukup siap dan tidak cukup baik dalam menyambutnya. Bukan tanpa alasan, perasaan itu hadir sepertinya karena akhir-akhir ini saya merasa.. well.. sepertinya "kelelahan".

Rasanya, berbagai rutinitas mulai kehilangan maknanya tanpa saya sadari. Pekerjaan yang harus dikerjakan, amanah yang harus ditunaikan, masalah yang harus diselesaikan, tanpa sadar mulai memenuhi pikiran. Menghasilkan lelah yang tak terlihat, sebab bukan fisik yang lelah, tapi hati yang putus nyambung koneksinya dengan Allah karena kehilangan fokus. Kemudian bulan Rajab datang menyapa, mengingatkan bahwa Tamu Agung itu sebentar lagi hadir. Saya merasa senang, tapi masih terlalu sibuk dengan urusan yang ada. Apakah kamu pernah tahu rasanya kedatangan tamu penting di saat rumah atau kosanmu sedang berantakan? Pasti panik, bukan? Kurang lebih itu yang sedang saya rasakan saat ini.

"Ramadhan, maaf, kami masih sibuk dengan aktivitas kami. Kedatanganmu sering kali hanya kami jadikan ritual tahunan yang minim makna, kecuali mengubah jam makan, jam kerja, dan istirahat kami." adalah sebuah kalimat menohok yang ditulis oleh Ahmad Rifa'i Rif'an dalam bukunya Ramadhan, Maaf, Kami Masih Sibuk (bahkan judulnya saja sudah menohok). Untungnya, tamu itu bukan datang besok, tapi 2 bulan lagi. Semoga masih ada waktu untuk kita bersiap; menyuburkan kembali ibadah-ibadah ritual yang mungkin sudah lama kita tinggalkan, membuka kembali Al-Quran yang mungkin sudah lupa kapan terakhir kali kita membacanya, mengurangi distraksi yang kiranya membuat kita hilang fokus pada tugas utama kita, serta menjadwalkan diri untuk bermuhasabah --mengevaluasi bagaimana selama ini kinerja kita sebagai hambanya Allah.

"Latih otot-otot ibadah kita untuk menyambut Ramadhan," ucap guru saya beberapa hari lalu. Mengingat ibadah di bulan Ramadhan itu seperti marathon, nasihat itu ada benarnya juga. Maka ada baiknya jika dari sekarang kita mulai memangkas aktivitas yang tidak bermanfaat dan menambah slot-slot waktu untuk kita beribadah, belajar, menjemput ilmu, dan berbagai kegiatan bermanfaat yang lainnya.

Semoga kita semua dikuatkan agar bisa memimpin diri ini untuk senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah. Dan semoga Allah senantiasa membimbing dan menuntun kita menuju ketakwaan kepada-Nya.

Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'bana, wa balighna ramadhan.. Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.. Aamiin ya Rabbal 'Alamiin..


Yang juga sedang bersiap,
Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Monday Love Letter #71 - Sudah Lembar Keberapa?

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Apa kabar jiwamu? Apa kabar imanmu? Apa kabar hatimu? Semoga senantiasa dalam keadaan baik dan terpaut pada-Nya. Alhamdulillah, hari-hari terus berlalu dan kita masih diberi nikmat oleh Allah untuk menyapa matahari pagi tadi, masih diberi kesempatan untuk mengumpulkan lagi amal-amal shalih, dan masih diberi karunia berupa kebaikan-kebaikan dari-Nya yang mengalir tanpa henti. Semoga setiap nikmat yang kita terima dari Allah, bisa kita sadari dan rasakan, serta kita syukuri dengan ketaatan yang semakin bertambah setiap harinya.

Beberapa hari yang lalu mertua saya memperlihatkan kepada saya sebuah buku, "Teh, sudah baca buku ini belum? Bagus deh, ini Bunda punya dari tahun 2013 lho," katanya. Saya pun membuka buku itu, dan benar saja, di halaman pertamanya tertulis tanda tangan beliau dan angka 2013 di bawahnya. Buku tersebut adalah sejenis buku motivasi islami yang terdiri dari beberapa kumpulan tulisan pendek ditiap babnya. Sayangnya, saya lupa judulnya, jadi plis jangan tanya ya judulnya apa, hehe.

Judul-judul tulisan dalam buku itu sebetulnya menarik, tapi karena hari itu saya cukup lelah selepas menyetir seharian, saya tidak begitu bersemangat membacanya. Saya hanya sempat membaca satu tulisan saja dari buku itu. Siapa sangka, satu tulisan yang saya baca itu membuat saya kepikiran sampai besok-besoknya.

"Sudah Lembar Keberapa Hari Ini?" Tulisan paling pertamanya diawali dengan pertanyaan tersebut, kalau saya tidak salah. Awalnya saya kira penulisnya akan membicarakan tentang semangat membaca lembar demi lembar Al-Quran. Ternyata saya salah, lembar yang dimaksud oleh penulis bukanlah lembaran Al-Quran, lebih dalam dari itu, sang penulis sedang membicarakan lembaran hidup. Bagaimana maksudnya?

Sister, sadar nggak sih, jika hidup kita ini ibarat sebuah buku, setiap lembarnya adalah hari-hari yang kita lalui. Setiap kita bertemu dengan hari baru, maka terbukalah lembar yang baru. Lalu saat kita menutup mata untuk tidur di malam hari, tertutuplah lembarannya. Esoknya, lembaran yang baru terbuka lagi, tertutup, terbuka lagi, dan seterusnya sampai akhirnya kita sampai pada lembaran terakhir dan buku itupun ditutup. Lembarannya telah habis dan selesailah hidup kita.

Kira-kira, hari ini, saya sudah sampai di lembar ke berapa ya? Adalah sebuah kalimat tanya yang mau tidak mau jadi membuat saya kepikiran. Pasalnya, tidak sedikit orang-orang yang saya kenal, yang sudah sampai pada 'lembar terakhir'nya. Cepat atau lambat, saya juga akan menyusul mereka. Suka tidak suka, saya juga akan sampai pada 'lembar terakhir' saya. Saya (dan kita semua) tidak bisa mengelak dari takdir-Nya yang satu itu; kematian. Lalu mau kau isi dengan apa lembaran-lembaran hidupmu, wahai Husna?

Sementara itu, banyak manusia yang terlalu sibuk 'membaca' lembar demi lembar yang telah berlalu sehingga dia terjebak pada masa lalunya. Tak sedikit pula yang sibuk menerka lembaran-lembaran berikutnya sehingga membuatnya tenggelam dalam imajinasi masa depan. Bukan tidak boleh, tapi jika yang telah berlalu dan yang akan datang membuat kita lupa bahwa kita memiliki hari ini, bukankah itu sama saja dengan membiarkan 'lembaran hari ini' berlalu sia-sia?

Bagaimanapun, kita ini adalah hamba-Nya yang diberi jatah hidup di dunia untuk membuktikan keimanan dan mempertanggungjawabkan tugas kehambaan kita di hadapan-Nya. Pilihan ada di tangan kita, apakah kita akan mengisi hari-hari kita dengan hal-hal yang disukai-Nya atau tidak disukai-Nya. Pena itu ada di tangan kita, maukah kita isi lembaran hidup kita dengan kebaikan dan prestasi-prestasi yang kelak bisa dibanggakan di hadapan-Nya?

Dimulai dari lembar hari ini.


Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Selasa, 04 Februari 2020

Masak


Bahan-bahan capcay, sudah aku aku beli dan siap diolah.
Tapi ditengah menyiapkan bahan, tiba-tiba aku tergerak untuk bertanya, "Aa, mending bikin capcay atau sayur sop?"
"Emang bisa bikin capcay?"
"Ya,, bisa sih.. Tapi pasti nggak bakal seenak mamang-mamang gerobak. Haha"
"...." eh, kok doi diem aja ya..
"Jadi mending bikin sayur sop aja?" tanyaku lagi.
"Iya sop aja."
Diiihhh nggak percayaan banget sama akuuuuu wkwkwkwk

***

"Neng, ayamnya enak, sayur sopnya juga enak. Jazakallah ya.." katanya setelah makan.
Hihiiw gapapa tadi sempat diragukan, kalo endingnya dipuji gitu, senang sayah. Hahaha..

Makan

Suatu hari, suami pulang ke rumah. 
"Aa mau makan?" tanyaku sambil siap-siap nyalain kompor, mau goreng ayam.
"Yaudah boleh gorengin aja dulu ayamnya."

Setelah ayam digoreng, aku tanya lagi, "Aa mau makan sekarang?"
"Nggak, nanti." Doi stand by depan komputer, kerja.
"Oke."
Lalu akupun rebahan di kasur sambil nonton TROS. btw, sedih deh favorit aku Naeun sama Gunhoo hiatus dulu dari TROS hikss

5..4..3..2..1
Baru aja rebahan 5 detik, tiba-tiba suami bilang,"Neng, mau makan."
Kenapa siiiihh,,, nggak bisa liat istrinya santai dikit emang yaaa 😂