Senin, 25 Mei 2020

Anugerah di Tengah Pandemi

Awalnya aku sempat bertanya-tanya, di tengah pandemi seperti ini, bagaimana kami harus menyambutmu wahai Ramadhan? Tak bisa kami kunjungi masjid-masjid, akses silaturahim menjadi sangat terbatas, bahkan Idul Fitri tahun ini kami rayakan di rumah saja.

Tapi belakangan kusadari, ternyata hadirmu di tengah pandemi adalah anugerah. Di saat waktu luang kami ada banyak sekali, engkau hadir menyalakan semangat kami, menciptakan suasana yang kondusif untuk menghidupkan ibadah dari rumah-rumah kami, mensucikan jiwa kami dan mengembalikan fokus kami kepada-Nya.

Mungkin jika tanpa Ramadhan, hati kami akan terus gelisah memikirkan masa depan yang rasanya semakin tak pasti. Mungkin jika tanpa Ramadhan, kecemasan itu tak juga hilang sebab jiwa ini tak diajak untuk kembali bergantung pada-Nya. Mungkin jika tanpa Ramadhan, kami akan semakin kebingungan bagaimana mengisi waktu-waktu luang ini sehingga deretan kesia-siaan rasanya semakin bertambah panjang saja setiap harinya.

Maka bagiku, hadirmu adalah anugerah. Kehadiranmu membuat kami mampu menjaga hati, jiwa, pikiran, serta aktivitas harian kami agar dapat kami curahkan untuk-Nya. Hadirmu membuat kesadaran kami terjaga bahwa kami adalah hamba-Nya. Alhamdulillah.


Semoga aku sedang tidak salah menerka, tapi kurasa di tahun ini Ramadhan ingin mengajariku tentang menjaga istiqomah. Bahwa taat tetaplah harus dilakukan walau dalam keadaan ringan maupun berat. Di satu waktu, menjalani hari dengan ibadah dan aktivitas positif, terasa sangatlah mudah. Tak disangka, di waktu yang lain tiba-tiba menjadi sangat menantang. Disinilah istiqomah diuji, apakah kewajiban dan target Ramadhan tetap dapat tertunaikan dengan baik?

Walau dengan tertatih, aku berusaha kerahkan yang kubisa untuk tetap menghidupkan jiwa di hari-hari terakhirku bersama Ramadhan. Menyalakan harapan semoga jiwaku dapat kembali suci, sembari mengemis ampunan dari-Nya yang selalu berbenturan dengan ketidakpercayaan diri bahwa.....akankah diri ini Dia ampuni?

Ternyata, perjuangan membuktikan taat dan upaya pensucian jiwa memang tidak akan ada akhirnya. Pun kemenangan yang kita rayakan di Hari Raya ini bukanlah euforia sesaat, melainkan tentang membawa mental juara di bulan-bulan selanjutnya untuk mendapatkan kemuliaan yang lebih tinggi lagi.

Selamat jalan Ramadhan, kuambil pelajaran darimu, kusimpan semangatmu untuk kugunakan di 11 bulan selanjutnya, hingga kita (semoga bisa) bertemu kembali di kesempatan yang lain. Salam rindu <3

Senin, 18 Mei 2020

Monday Love Letter #85: Hadiah Terbaik dari Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Alhamdulillah masih bisa menulis dan menyapamu di surat kali ini. Setelah pertemuan kita di kelas online kemarin, saya semakin merasa bersyukur bisa diberi kesempatan oleh Allah untuk mengasuh dan membersamai sisterhood ini. Apakah kamu termasuk sister yang baru saja bergabung selepas Deep Talk with Sister of Deen pekan lalu? Kalau iya, selamat datang yaa.. Big hug for youu, sister! :)

Sejujurnya, saat ini saya sedang merasa aneh. Entahlah, sepertinya setiap mendekati perpisahan dengan Ramadhan, hati saya mulai tidak karuan. Ada perasaan berat saat harus melepas Ramadhan kembali pergi. Sedih, tentu saja. Tapi suami saya bilang, seharusnya kita bahagia, karena sebentar lagi akan menyambut hari kemenangan. Huhu aamiin, semoga saya memang layak atas kemenangan itu. Ya Allah, semoga Engkau izinkan kemenangan itu menjadi milik kami semua.. Aamiin.. :')

Di tahun ini, walaupun datang dengan kondisi yang berbeda, Ramadhan kali ini menyimpan kesan tersendiri di hati saya. Ketika keadaan 'memaksa' saya untuk sebisa mungkin melakukan segala sesuatu dari rumah, waktu luang otomatis terasa lebih panjang dari biasanya. Awalnya saya sempat mati gaya, tapi ternyata lewat ini semua, Allah ingin mengajak saya untuk menyelami diri lebih dalam lagi tentang apa-apa saja yang masih perlu diperbaiki.

Ternyata, saya masih kurang disini dan disitu, dimana-mana! Namun saya terima semua ini sebagai bentuk kasih sayang Allah karena jika Dia menampakkan berbagai kekurangan di berbagai lini, tandanya Allah ingin saya berbenah diri. Pas sekali dengan momen Ramadhan kali ini.

Allah teramat baik, di saat diri ini terlalu sibuk dengan berbagai amanah yang ada, Dia memberi kesempatan untuk mengembalikan fokus pada-Nya, memperbaiki koneksi dan kedekatan dengan-Nya yang mungkin tanpa sadar mulai merenggang.
 

 
Hadiah terbaik dari Ramadhan untuk saya di tahun ini adalah kemudahan dalam beribadah. Khusyu'nya shalat, ringannya tilawah dan dzikir, nikmatnya berdoa, hadirnya pertolongan Allah di saat-saat saya harus berbagi, adalah harta paling mahal yang saya dapatkan selama Ramadhan ini. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dimana saya perlu mendorong diri sendiri untuk berlari mengejar berbagai target yang sudah diniatkan untuk Ramadhan. Maka berbagai kemudahan beribadah di tahun ini adalah suatu hal yang sangat sangat saya syukuri. Alhamdulillah.

Ah, jika saya jabarkan rasa syukur saya yang lain, surat ini pasti takkan cukup untuk menampungnya. Bagaimana denganmu sister? Apa pembelajaran terbaikmu dari Ramadhan kali ini? Apa hadiah terindah yang Ramadhan berikan untukmu di tahun ini? Saya yakin, hadiah untukmu pasti tak kalah hebat dari yang saya dapatkan. Boleh kok, kalau mau deep talk part 2 dengan membalas surat ini. Hihi..

Di hari-hari terakhir bersama Ramadhan, pastikan kita memberikan yang terbaik yang kita bisa. Bukankah cara terbaik untuk berpisah adalah dengan memberi kesan yang paling baik? Maka pastikan Ramadhan meninggalkan kita dengan senyum, sebab saat-saat kita bersamanya dan berbagai program 'karantina' darinya, berhasil membuat jiwa kita bersih kembali dan menjadi hamba yang terampuni. Semoga.

Selamat menikmati waktu-waktu terbaik bersama Ramadhan!

Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Pijit (2)

"Ih Aa udah lama ya nggak pijitin Neng, sini Aa pijitin," si suamiku ini kadang suka tiba-tiba baik hati, tiba-tiba aja gitu menawarkan diri buat pijitin aku.
Ya tentu saja tak akan kutolak!
Tapi suamiku ini juga adalah orang yang sama yang kalau mijit cuma bentar doang, baru juga aku ngerasain enaknya dipijit doi, tiba-tiba doi berhenti.
"Kok udahaan? Bentar amaat.." protesku.
"Itu tadi tuh trial. Kalo mau lama, beli serial numbernya"
Whaaat?!?!?! -___-

Jumat, 15 Mei 2020

Untuk Diriku Tahun 2012


"Do something today that you will thank yourself in the future."

So nostalgic, nemu notes ini ditempel di loker lamaku yang ada di rumah orangtua. Sampe senyum sendiri bacanya. Ooh jadi gini rasanya, berterima kasih sama diriku di masa lalu. So proud of her. ❤

ㅤㅤㅤ

***

ㅤㅤㅤ
Dear Husna di tahun 2012, aku sudah lupa apa yang terjadi padamu di tahun itu. Tapi.. terima kasih ya, karena sudah berjuang dan tidak menyerah di saat itu. Terima kasih sudah menyikapi setiap takdir-Nya dengan amat bijaksana dan mewariskan kebiasaan syukur itu kepadaku hari ini.

Dari semua support system yang kupunya, ternyata kamulah yang terbaik. Semoga aku di hari ini, juga bisa sehebat kamu ya, bahkan lebih hebat lagi.

Doakan aku, supaya aku juga bisa mewariskan pola pikir, pola sikap, pola tindak, dan kebiasaan-kebiasaan yang baik untuk diriku di masa depan.

Semoga diriku di masa depan juga bisa berterima kasih kepadaku, seperti aku yang berterima kasih kepadamu hari ini.

Love you, and so proud of you!

-dari Husna di tahun 2020

Selasa, 05 Mei 2020

Refleksi 28 Tahun

Ulangtahunku udah lewat beberapa hari lalu. Biasanya tiap ultah aku pasti nulis refleksi di diari. Tapi akhir-akhir ini lagi males nulis buku harian, jadi langsung nulis di blog sajalah.

Ulangtahunku tahun ini menarik. Nggak banyak orang yang ingat. Seperti biasa, satu-satunya orang yang nggak pernah lupa ngucapin adalah ambu, ibuku.

Ulangtaun paling flat pokoknya kemarin tuh karena minim ucapan banget. Tapi aku nggak masalah sama sekali sih. Karena makin kesini makin ngerasa nggak ada yang spesial dari ulangtaun. Justru itu aku jadiin momen aku dan diriku sendiri aja. Untuk evaluasi dan muhasabah diri. Nggak perlu perayaan-perayaan atau selamet-selametan.

Ulangtahun yang ke-28 ini, yang ada di pikiranku cuma 2;
Pertama, 28 tahun ini bukan waktu yang sebentar men untuk hidup di dunia. 28 tahun tuh cukup lama, apalagi bentar lagi mau 30. Udah banyak kesempatan waktu yang Allah kasih untuk aku hidup di dunia ini. Membuatku bertanya kepada diriku sendiri tentang satu pertanyaan besar: kamu udah ngapain, Na? Udah sebermanfaat apa di hidup yang udah 28 tahun ini?

Kedua, karena 28 adalah waktu yang cukup lama untuk hidup di dunia, aku jadi mikir, sisa waktuku berapa lagi ya? Sampe umur 30-ankah? 40 kah? 50? berapa? Nggak ketebak sama sekali. Bahkan bisa jadi sisa waktuku cuma beberapa bulan lagi, atau beberapa hari lagi? Who knows? Dan ini bikin aku jadi mulai berpikir tentang kematian.

Beberapa minggu lalu menjelang Ramadhan, ada seorang saudara yang meninggal. Dan aku ikut nganter ke makam dan melihat prosesi pemakamannya. Dari mulai parkir, terus menyusuri jalan sampai akhirnya nyampe ke depan liang lahat, saat itu tuh aku berasa kayak lagi simulasi kematian. Nih Na, kalau nanti meninggal, nanti kamu kayak gini.. Aku ngingetin diriku sendiri.

Terus pas mayatnya dimasukin ke kuburan kan dia diadzanin dulu ya. Disitu aku mikir, Ya Allah.. Hidup tuh singkat banget ya, cuma dari adzan ke adzan.. :"

***

Hari ini, rasanya udah nggak pantes buat ngurusin perkara dunia doang.

Hari ini.. saatnya lebih fokus menebarkan manfaat dan menebarkan cahaya untuk orang lain, biar dapet banyak amal jariyah pas udah masuk kubur nanti.

Hari ini.. saatnya lebih serius mengerjakan proyek-proyek untuk akhirat dan nggak itungan buat ngorbanin apa yang dipunya selama dipakenya untuk tabungan akhirat.

Hari ini.. saatnya lebih fokus untuk bekal mati.

Senin, 04 Mei 2020

Ulangtahun

Hari itu, tanggal 25 April. Tiba-tiba suami nyamperin, terus bilang, "Neng, bentar lagi ada yang ulang taun tau."
"Iya gitu?" jawabku sambil ketawa.
"Neng, Aa lupa siah ulang taun neng tanggal berapa. Hahaha."
"Hahaha, parah sih parah.. Masa ulangtaun istrinya ngga inget?"
"Iya abisnya banyak yang ulangtaunnya tanggal 20-an, lupa ih.. Pokoknya ulangtaun neng tuh kalau nggak tanggal 23, tanggal 25, atau 27"
Aku cuma bisa ketawa. Nggak sebel sama sekali, karena sebetulnya ini tuh bodor hahaha. Orang ultah aku tanggal 29, dan tanggal itu nggak disebut sama doi. wkwkwk!
"Tanggal 23 da yey, udah lewat tau," kata aku, bercanda.
"Udah lewat ya, masa sih?" Asli mukanya polos banget, beneran lupa lah ni orang hahaha.
"Hahaha, tanya ambu gih sana, ambu  tuh satu-satunya orang yang nggak pernah lupa ngucapin selamat ulangtaun ke aku."
"Oh iya bener.." sedetik doi menyangka itu ide bagus, tapi sedetik kemudian dia sadar, "Ah nggak mau! Nanti Aa diomelin lagi sama ambu, masa lupa sama tanggal ulangtaun istri?!" 
Hahaha, kena deh! Tau aja doi apa yang ada di pikiran aku.
Akhirnya setelah beberapa menit minta clue, doi kembali kerja ke depan komputer. Percakapan kami berakhir, dan aku cuma bisa ngikik2 dalam hati. Kapan lagi jailin suami cobaaa hahaha..

Malam hari, aku lagi main hape di kasur. Tiba-tiba doi dateng, "Neng, liat mata Aa, Aa bakal nebak ulangtaun Neng." 
Buahahahaha ngakak langsung aku! Ternyata doi masih penasaran tanggal ulangtaun aku.
"Cepet ih! Liat mata Aa...!" kata dia sambil ketawa-tawa juga.
"Mau ngapaiiiin?" Aku masih belum berhenti ketawa.
"Pokonya liat mata Aa ya.. Aa bakal perhatiin mata Neng" katanya mulai serius. Akhirnya aku nurut sambil nahan ketawa.
"Tanggal ulangtaun neng tanggal 26 ya..?"
Hening.
"27..28..29..30.." dia sebutin semua tanggal sambil ngeliat mata aku. "Aaah Aa tau! Ulangtaun Neng tanggal 29 yaaaaa??" kata dia sambil ketawa lebar, yakin kalo tebakannya bener.
Aku cuma bisa diem dan nggak nyalahin jawaban doi karena emang bener. wkwk.
"Tadi soalnya pas disebut 29 mata Neng gerak dikit. Hohoho." kata dia sambil ketawa puas.
Dalam hati aku ngebatin, belajar dari mana coba teknik macam gitu. Kalau aku jadi dia, aku bakal cari data laah, liat KTP aku atau liat KK gitu buat liat tanggal ultah aku. Ini malah sok-sokan kayak magician. wkwkwk..

Lalu ketika tiba tanggal 29..
"Neng neng, hari ini ada yang ulangtaun!" doi bilang gitu hampir sepanjang hari sambil ketawa jail.

Haaah~ suamiku emang unik. wkwkwk
*tapi sayang kok #eh

Sabtu, 02 Mei 2020

Ngomelin Pasangan Tanpa Konflik

Kita kembali lagi ke tema married life, hehe. Bicara tentang pernikahan, komunikasi antar pasangan jadi sebuah tantangan sendiri sebenarnya. Kan kita nggak mau ya jadi orang yang tanpa sengaja menyakiti hati pasangan kita baik dengan perbuatan maupun dengan kata-kata.

Aku dan suami sebenarnya sama-sama tipe yang agak sulit mengungkapkan apa yang dirasakan. Aku lebih parah lagi, kalau lagi marah, bukannya ngomel-ngomel, yang ada aku nangis tanpa bisa menjelaskan apa-apa. Hahaha.

Aku juga tipenya adalah orang yang sangat menghindari konflik. Sebisa mungkin jangan sampe ada suara-suara dengan nada tinggi yang terdengar di rumah. Jadi sekesel apapun, aku tuh gak bisa marah-marah.

Tapi namanya manusia, makhluk emosi, ya marah dan kesel mah ada aja. Biasanya kalau ada tindakan atau ucapan suami yang bikin kesel, aku menahan emosi di saat itu. Pokonya diem aja dulu. Setelah tenang, aku bilang ke doi, "Aa tau nggak, tadi ada yang marah-marah tau ke aku. Sebel aku tadi tuuh.." Jadi cara menyampaikannya tuh aku nggak langsung "nyemprot" dia. Aku menyampaikan perasaanku secara tidak langsung dengan menceritakan hal yang sudah berlalu. Cara ini cukup berhasil, karena pertama, cara ini nggak bikin doi sakit hati atau merasa disemprot, dan kedua, tidak memancing konflik baru karena dikemas dengan bentuk cerita. Jadinya ngomel yang tersirat gitu.

Contoh lain, misalnya suami bilang mau buang sampah. Eeh taunya gak dilakuin juga sampe berjam-jam. Daripada ngomel "Aa katanya mau buang sampah?? Manaa??" yang beresiko ngebuat doi kesel karena ngerasa disuruh-suruh plus disalahin, aku lebih memilih bisikin doi terus bilang, "Aa tau nggak, tadi ada yang mau buang sampah tapi nggak jadi-jadi tau." Jatohnya jadi bercanda, padahal mah ya nyuruh-nyuruh juga wkwkwk.

Pokoknya hampir di semua hal deh, yang sifatnya menyuruh dan kesel-kesel aku sampeinnya dengan cara ini.
"Aa perasaan tadi ada yang bilang mau mandi deh, tapi sampe sekarang belum mandi juga.."
"Aa tau nggak, kemaren ada yang marah-marah seharian gara-gara kalah main game. Terus aku juga kena semprot ikut dimarah-marahin juga. Ngeselin banget emang tuh orang" lalu dia cerita "iyaa Aa tuh kesel banget kemariin soalnya blablabla.." dan berujung minta maaf.
"Aa tadi ada yang ngabisin cemilan aku dooong. Pas aku mau ngemil terus buka laci, taunya snacknya ga ada!" iya, sampe yang receh kayak gini juga aku nyampeinnya pake metode itu wkwkwk.

Daan hal ini juga ditiru sama suami buat nasehatin aku. Hahahaa..
"Neng, tau nggak? Tadi ada yang tidur kebluk banget, dibangunin nggak bangun-bangun," kalo aku kesiangan bangun. Lalu aku jawab, "ih iya yaampun parah banget emang, maapin ya Aa, haha.."
"Neng tadi teh asa ada yang mau ngambilin makan tapi kok makanannya nggak dateng-dateng yaa?" kalo aku kelupaan ngambilin makan. "Ih iya lupaaa" lalu aku buru-buru ngambilin makan.
"Neng, tau nggak. Kemaren ada yang kesel-kesel terus nangis.." kalo aku nangis karena badmood. "Ih iya tau, kemarin tuh aku kesel gara-gara......(lalu cerita)" dan aku minta maaf.

Ya begitulah, jadi seruu, yang ada malah ketawa-ketawa kitanya. Sesuatu yang bisa berujung konflik jadi bisa teredam dengan komunikasi macam begini. Win-win solution juga buat masing-masing pasangan karena tidak merasa dituduh dan tersudutkan, dan jadi punya kesempatan untuk menjelaskan kenapa tadi tuh dia marah, kenapa tadi tuh dia nangis, kenapa tadi pagi susah bangun, dll.

Mungkin bisa dicoba di keluarga anda? Walaupun saya juga tidak tahu apakah cara ini bisa berhasil di setiap pasangan atau tidak. Whehehe..

Yaa,, walaupun nggak semua hal bisa dikomunikasikan dengan cara begini. Kalo ngobrolnya agak serius ya serius.. Hohoho