Senin, 22 Februari 2021

Monday Love Letter #115: Mendamba Surga yang Sama

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, Sister!

Kamu sedang apa ketika membaca surat ini? Bagaimana hari Seninmu? Lebih banyak produktifnya atau lebih banyak rebahannya? Hehe.. Masih dalam masa pandemi, bekerja atau belajar dari rumah sepertinya masih akan menjadi "new normal" bagi sebagian besar dari kita hingga beberapa waktu ke depan. Dan kondisi yang serba daring ini terkadang memberi "jebakan" atas waktu luang yang rasanya menjadi semakin banyak, sebab rutinitas berangkat keluar rumah sudah jauh berkurang dari sebelumnya. Semoga dalam setiap waktu yang Allah titipkan, kita selalu bisa mengisinya dengan ibadah dan aktivitas yang bermanfaat, agar Allah menurunkan berkah kepada kita di hari ini dan seterusnya. Aamiin..

Tentu saja, doa itu juga berlaku untuk diri saya sendiri. Karena jujur saja, perihal memanfaatkan waktu saya juga masih jauh dari sempurna. Kalau dipikir-pikir, masih banyak waktu yang saya gunakan untuk istirahat daripada berkarya dan berjuang untuk-Nya. Kalaupun berhasil produktif, saya selalu merasa produktivitas itu harus "dibayar" oleh me time dengan waktu yang sama (tak jarang malah kebablasan) sebagai bentuk apresiasi karena saya telah berhasil melakukan sesuatu yang bermanfaat atau produktif di hari itu. Hmm, sebenarnya tidak ada yang salah dengan me time, hanya saja, jika me time yang dilakukan hanya sebatas untuk memuaskan hawa nafsu kita yang ingin bersenang-senang, apakah kita bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kalau itu adalah bagian dari ibadah kita untuk-Nya?

Ada sebuah kalimat dari seorang guru, yang membuat saya terhenyak saat mendengarnya. Masih sangat fresh karena nasihat ini baru saya dengar 3 hari yang lalu. Beliau bilang, "Kita mendamba surga yang sama dengan Rasulullah dan para sahabatnya, tapi hidup kita dipenuhi dengan kenyamanan, kira-kira bisa sampai ke surga nggak? Kalau mau surga yang sama, ya kerepotannya harus sama dengan mereka.." Haaaaahhh, hati saya menangis ketika mendengarnya. Ketika berkaca kepada diri, rasanya kerepotan saya dalam perjuangan dan ketaatan, tak sampai seujung kuku jika dibandingkan dengan loyalitas dan pengorbanan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.

 


Konon, setelah wahyu pertama turun kepada Rasulullah Muhammad SAW, beliau SAW berkata kepada istrinya, "Waktu tidur dan istirahat sudah tak ada lagi, Khadijah." Dan seperti yang kita semua tahu, setelah hari itu, betul-betul tak ada istirahat bagi beliau SAW dan orang-orang yang berjuang bersamanya. Sejak hari itu, harta dan jiwa dicurahkan siang dan malam untuk Allah dan perjuangan dakwahnya. Seluruh harta habis di jalan dakwah, seluruh tenaga dan pikiran dicurahkan untuk amanah-amanah dari Tuhannya, bahkan ketika nyawa harus dipertaruhkan beliau SAW tak gentar sedikit pun. Masya Allah, tabarakallah yaa Habiballah.. :")

Sebuah hikmah yang sangat berharga bagi kita untuk kembali merenungi, apa yang sebenarnya menjadi tujuan hidup kita? Apa yang selama ini mengisi hati dan pikiran kita? Aktivitas apa saja yang mengisi hari-hari kita? Sudah sejauh apa kita menguswah kepada Rasulullah SAW, apakah kisahnya hanya kita pandang sebagai cerita masa lalu atau sebuah cara hidup benar yang harus kita ikuti?

Saya merasa masih banyak PR, untuk terus memantaskan diri menjadi sebenar-benarnya hamba yang menjadikan Allah sebagai pusat semesta diri. Istiqomah di berada di jalan-Nya, memang tantangan yang sangat berat, dan memang itu yang ingin Allah uji dari kita hamba-Nya. Tak pernah ada jalan pintas menuju surga, bahkan untuk para Rasul-Nya sekalipun. Para nabi, rasul, dan syuhada terdahulu yang Allah jamin surga baginya, adalah mereka yang telah lulus ujian keimanan selama di dunia. Maka jika kita mengharap surga yang sama dengan mereka, bersiaplah untuk ujian keimanan dari-Nya.

Tapi tenang saja, Allah tak pernah memberi ujian di luar batas kemampuan kita. Dan Allah tak pernah menguji kita tanpa memberi rumus jawabannya. Sejak dulu, rumus hidup selamat tak pernah berubah, yaitu dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Selama kita berpegang pada keduanya dan bersabar dalam keteguhan melaksanakannya, insya Allah surga yang kita dambakan bisa terwujud. :)

Bismillah, kita mulai coba kurang-kurangi aktivitas yang kurang bermanfaat, yuk, Sister. Kita ganti dengan kebiasaan-kebiasaan baik yang lebih mengundang manfaat, mengundang ridho-Nya, dan bernilai ibadah di hadapan-Nya. Semoga kita semua dikuatkan Allah dalam sabar, dalam keistiqomahan menjalankan perintah serta amanah-amanah dari-Nya. Semoga atas kesabaran dalam menjalankan perintah Allah itu, Allah hadiahkan surga untuk kita. Aamiin ya Rabbal 'alamiin..

"Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid (syuhada) dan orang-orang shaleh (shalihin). Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui." -QS. An-Nisaa (4) : 69-70

Barakallahu fiik, sister! Tetap semangat, ya! :D

 

Salam sayang,

Your sister of Deen,
Husna Hanifah