Senin, 15 Juni 2020

Monday Love Letter #87: Mau Mempertanyakan atau Mempercayakan?

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!


Alhamdulillah, masih dalam nuansa Syawal yang semoga masih tetap membuat kita semangat dalam mewujudkan syukur bersamaan dengan banyaknya nikmat yang Allah limpahkan. Sepanjang bulan Syawal ini, ada saja kejutan dari Allah yang terus membuat saya mengucap syukur, kucuran nikmat-Nya betul-betul tak terbendung, deras sekali hingga memenuhi tangki bahagia di hati saya. Di tengah segala keterbatasan dan cerita-cerita sedih selama pandemi, ternyata Allah mempergilirkan tawa dan tangis dengan sangat adil.

Beberapa hari lalu, saya membaca sebuah ayat yang masya Allah JLEB di hati, tapi juga menyejukkan. Sampai-sampai saya buat postingan pendeknya di Instagram. Mungkin kamu sudah membacanya, tapi izinkan saya untuk sharing lebih banyak di surat kali ini.

Dalam ayat tersebut, Allah berfirman:
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.

Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"
(QS. Al-Hadid (57) : 22-23)

Seperti yang kita tahu, tahun 2020 merupakan tahun yang cukup berat bagi banyak manusia di bumi. Dalam pandemi, banyak dari kita memutar otak untuk menghadapi kenyataan, dari mulai mencari pundi-pundi rezeki untuk menyambung hidup hingga melawan kebosanan selama di rumah saja. Belum lagi, banyak urusan perasaan yang harus dibereskan, mengingat kadar kecemasan dan kekhawatiran mungkin makin meningkat seiring bergantinya hari. Tentang rencana-rencana yang harus tertunda atau bahkan dibatalkan sama sekali. Mungkin, banyak dari kita yang belum juga bisa berdamai dengan keadaan ini.

Coba deh, resapi kembali ayat di atas. Ayat itu tuh bikin lega karena statement Allah di ayat tersebut harusnya bikin kita kalem-kalem aja ngejalanin hidup, ya nggak sih? Sebab semuanya sudah Allah tulis di Lauh Mahfudz mengenai apa-apa aja yang akan terjadi di bumi dan pada diri kita sendiri. Nikmat dan bencana, kegembiraan dan kesedihan, semuanya sudah tercatat bahkan sebelum Allah ciptakan bumi ini. Sudah ada tuh catatannya di Allah, kapan kita dikasih kenikmatan, kapan kita dikasih kesulitan, kapan kita dikasih sedih, kapan kita dikasih gembira. Semuanya Allah pergilirkan dengan cermat kepada setiap manusia, bahkan kepada para Nabi dan Rasul sekalipun.

Iya, bukankah para Rasul juga mengalami pasang dan surut di setiap perjuangannya? Rasulullah SAW saja, manusia paling mulia dan dijamin syurga, kemudahan dan kesulitan hidupnya Allah pergilirkan juga kok. Ada kalanya Rasulullah SAW dan umatnya dihimpit berbagai kesulitan, tapi ada pula masa-masa dimana Allah beri pertolongan dan kemenangan. Maka untuk setiap scene yang telah Allah tetapkan atas hidup kita, ya itulah yang terjadi. Itulah ketetapan Allah atas hidup kita. Semoga kita bisa dengan ikhlas menerima setiap ketetapan Allah yang terjadi di kehidupan kita.

"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu." Kalimat ini tuh harusnya bikin kita tenang. Bersedih secukupnya, karena nanti juga Allah bikin kita tertawa lagi. Bergembira secukupnya, siapa yang tahu besok-besok ternyata dikasih banjir air mata. Tidak ada yang lebih baik antara kesedihan dan kegembiraan, sebab keduanya sama-sama bisa membuat derajat kita meningkat, tapi juga bisa menjerumuskan kita jika kita terlalu terlarut dalam perasaan tersebut.

Maha suci Allah yang sudah merancang semuanya. Biar kita nggak terlalu depresi, juga nggak terlalu melambung tinggi sampai lupa diri. Allah keep the balance for us, supaya kita tetap bisa mengharap pelangi saat diterjang badai, dan tetap bisa menjaga kewarasan ketika gembira berlebihan. Saya rasa ini adalah salah satu bentuk keadilan dan penjagaan Allah atas diri kita.

Nikmat dan tenang banget kayaknya ya, kalau kita mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Allah. Tak melulu mempertanyakan takdir sebab kita percaya bahwa setiap episode kehidupan kita beserta lika-liku perasaan didalamnya adalah yang terbaik untuk kita. Lagi pula mau dipertanyakan pun, semuanya itu sudah menjadi ketetapan-Nya, tak ada yang bisa kita ubah lagi. Tugas kita adalah memastikan bahwa dalam setiap episode kehidupan itu, kita selalu berada dalam keselamatan dan selalu berada dalam ridha-Nya.

Kira-kira.. sudah belum ya, kita memberi kepercayaan SEPENUHNYA kepada Allah untuk menyetir kehidupan kita?

Semoga kita tidak termasuk orang yang sombong, yang terlalu percaya diri bahwa skenario hidup yang terbaik adalah yang ada dalam bayangan imajinasi kita. Big NO... :(


Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Kamis, 04 Juni 2020

Hidup Tuh Harusnya Kalem Aja..

"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.

Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"ㅤㅤ
(QS. Al-Hadid (57) : 22-23)


Kalem aja berarti yah, sedih dan gembira pasti Allah pergilirkan. Udah ada catetannya tuh di Allah, kapan kita dikasih sedih, kapan kita dikasih gembira.

Harusnya dengan tau ini, hati kita jadinya ya tenang-tenang aja, ya nggak? Sedih secukupnya, karena nanti juga Allah bikin kita ketawa lagi. Gembira juga ya secukupnya, siapa yang tau besok-besok dikasih banjir air mata.

Maha suci Allah yang sudah merancang semuanya. Biar kita nggak terlalu depresi, juga nggak terlalu melambung tinggi sampai lupa diri. Allah keep the balance for us, supaya kita tetap bisa mengharap pelangi saat diterjang badai, dan tetap bisa menjaga kewarasan ketika gembira berlebihan.

Nikmat dan tenang banget kayaknya ya, kalau kita mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Allah. Tinggal fokus ikhtiar dan fokus berproses jadi hamba yang diridhoi aja sebenarnya kita tuh.

Kira-kira.. sudah belum ya, kita memberi kepercayaan SEPENUHNYA kepada Allah untuk menyetir kehidupan kita?

Semoga kita tidak termasuk orang yang sombong, yang terlalu percaya diri bahwa skenario hidup yang terbaik adalah yang ada dalam bayangan imajinasi kita. Big NO... :(