Senin, 27 April 2020

Menuju ke Puncak Takwa


Jika puncak gunung itu ibarat gelar takwa yang untuk mencapainya kita harus siap mendaki bukit-bukit, melewati semak belukar, menghadapi tebing terjal dan jurang, melawan binatang buas, bahkan melawan lelah kita sendiri, maukah kita tetap mengupayakannya?

Jalan menuju Allah memang mendaki lagi sukar, namun Allah itu Asy-Syakuur, Maha Mensyukuri. Sedikit saja Ia melihat upaya serius seorang hamba ketika menuju-Nya, berbagai kenikmatan langsung Ia siapkan untuk hamba tersebut. Layaknya sambutan seorang ibu kepada anaknya yang sudah lama tak pulang; didekap rindu, disayang dan dimanja, dipenuhi segala kebutuhannya.

Ketika jalan menuju-Nya mulai terasa berat dan melelahkan, Ia ada, hadir utuh untuk kita, memberi pertolongan, meminjamkan kekuatan, memberi angin segar untuk mengeringkan keringat dan air mata kita. Ah, andaikan kita tahu bahwa Allah menjaga kita dengan penjagaan terbaik melebihi yang kita bayangkan. Sempurna sekali Dia menjaga, sesempurna Dia memberi cinta.

Maka perjuanganmu yang belum seberapa itu, jangan sampai berhenti. Cinta-mu tengah menanti di puncak sana, bersiap menyambutmu dengan sambutan terbaik yang pernah ada; malaikat-malaikat yang mengucap salam, mahkota kemuliaan yang Ia janjikan, istana-istana yang sempurna keindahannya, pertemuan dengan baginda Rasul yang tersenyum lega melihat umatnya pulang dengan selamat, serta pertemuan dengan-Nya yang menjadi nikmat tertinggi dalam sejarah perjalanan hidup dan matimu. Hidup bahagia selamanya di syurga, tanpa rasa khawatir, dendam, lelah dan sedih hati.

Saat itulah, saat semua kenikmatan sempurna itu kau dapatkan, kau akan benar-benar merasakan bahwa perjuanganmu itu amatlah layak untuk dilakukan dan dibalas dengan sangat baik oleh-Nya. Bahkan jika kau harus kembali ke dunia dan mengulang perjuangan yang sama pun, kau akan mengiyakannya tanpa ragu, turun lagi berjuang walau harus mengorbankan darah dan nyawa sekali lagi.

#RamadhanRoadtoTaqwa

Kamis, 23 April 2020

Epilog #MenjemputRamadhan


Alhamdulillah, akhirnya yang dijemput datang juga. Bersyukur tak terkira, Allah masih memberi kesempatan bertemu dengan Tamu Agung-Nya. Semoga kesempatan ini bisa dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Masa persiapan telah selesai, hari ini menjadi permulaan metamorfosis diri. Semoga selepas 'karantina' Ramadhan, kita semua termasuk pemenang-pemenang yang lahir kembali dengan diri yang baru; yang lebih kuat tauhidnya, lebih tangguh dalam sabar menjalankan syariat-Nya, lebih cantik akhlaknya, lebih luas manfaatnya.

Seneng banget serial tulisan #MenjemputRamadhan nya alhamdulillah lancaar. Kadang ada saat-saat bingung mau nulis tentang apa lagi, tapi tiba-tiba Allah kasih aja gitu idenya. Dan memang niatan awalnya bener-bener buat diri sendiri, makanya rata-rata bahasanya galak-galak reflektif gitu XD

Daan mau bilang jazakillah khairan katsiran buat Fikikuuu @fikriarosyida buat desain2 cantiknyaa. Apalah aku tanpa sentuhan kreativitasmu Fik wkwk. Inget banget awal bikin project ini tuh gara-gara jengah dan sedih sama seliweran berita corona yang menggeser awareness orang-orang kalo bentar lagi Ramadhan. Makasih udah menyambut baik ide aku, semoga Allah balas kebaikanmu berlipat-lipat ya Fiik :*

Terima kasih juga untuk temen-temen udah yang ngikutin perjalananku mempersiapkan Ramadhan. Makasih yang udah ngeshare, walaupun tulisannya buat diri sendiri, tapi jadi kebahagiaan tersendiri loh ketika ada yg ngeshare tuuh <3

Selamat menghidupkan Ramadhan di rumah, selamat menikmati pelatihan jiwa yang Allah siapkan untuk kita dan keluarga. Semoga kita semua kembali kepada jiwa yang suci dan mendapatkan medali takwa dari Allah.. 

Mohon maaf lahir batin ya :)

Bagaimana Jika Ini Ramadhan Terakhirku?


Kematian tak pernah gagal memberi nasihat terbaik. Kematian adalah pengingat yang paling mujarab untuk menampar jiwa yang terlalu lekat pada dunia.

Setiap jiwa akan kembali kepada Pemiliknya, dan tidak ada yang bisa menebak kapan giliran kita dipanggil. Tak ada pula seorangpun yang dapat menjamin bahwa kita akan bertemu Ramadhan selanjutnya.

“Jadikan Ramadhanmu deadline. Seolah ini adalah Ramadhan terakhir dalam hidupmu. Mengapa? Agar kita berusaha keras menggapai tangga ketakwaan tertinggi di Ramadhan ini. Karena jika tidak tercapai di Ramadhan ini, kita tidak akan ada waktu lagi. Jika Ramadhan ini terlewat, hilanglah Ramadhan terakhir kita.” Begitu kata Ahmad Rifa’i Rif’an, penulis buku Ramadhan, Maaf, Kami Masih Sibuk.

Di hadapan kematian, bukankah setiap detik menjadi sangat berharga? Bukankah shalat kita akan menjadi shalat terkhusyu’? Bukankah lisan kita akan selalu basah dengan istighfar dan dzikrullah? Bukankah kita akan sibuk berburu amal shalih? Bukankah waktu yang sering kita abaikan tiba-tiba menjadi sangat bernilai? Hingga sama sekali tak ada waktu untuk memikirkan keburukan dan kesia-siaan. Bisakah Ramadhan kita seperti itu?

Seandainya ini Ramadhan terakhir, inilah kesempatan terbaik bagi jiwa-jiwa yang ternoda menjadi kembali pada kesuciannya. Jikapun kelak Allah memang memanggil kita, setidaknya kita berhasil “pulang” dan menghadap kepada-Nya dalam keadaan bersih, selamat, husnul khatimah.

Karena itu, selamat berjuang wahai jiwa yang merindu perjumpaan dengan Rabb-nya. Selamat berbenah diri untuk menjadi hamba yang sejati.

Bukan mati yang seharusnya kau takuti, sebab semua makhluk bernyawa tak ada yang abadi. Takutlah, jika kematianmu tidak dalam keadaan diri yang Dia ridhoi.

___

dari @una_ha2 dan @fikriarosyida
H-1 #MenjemputRamadhan 1441 H   

Senin, 20 April 2020

Siapkan Amal Terbaik


Ramadhan. Setahun sekali ia datang. Kemuliaannya membuat ia begitu spesial. Membawa bermiliar kebaikan, membuka kesempatan beramal besar-besaran sebab menjadi berkali lipat nilainya.

Siapa yang tak tergiur, pahala shalatnya menjadi bertambah-tambah, pahala shaumnya bernilai luar biasa, pahala sedekahnya dibalas berkali-kali lipat. Hanya yang merindu syurga dan ampunan-Nya yang mengerti betapa berharganya kesempatan ini hingga tak rela jika ada satu detik pun berlalu sia-sia. Kapan lagi panen pahala semenguntungkan ini?

Karena itu, Ramadhan seharusnya menjadi waktu dimana kita banyak-banyak memberi, banyak melakukan amal-amal shalih. Mempersembahkan ibadah terbaik kepada Allah, juga mempersiapkan pemberian terbaik kepada sesama manusia.

Banyak, banyak sekali yang bisa kita bagi. Harta kita, ilmu kita, tenaga kita, gagasan kita, dan masih banyak lagi. Lakukanlah apa saja untuk menyebarkan keindahan Islam dan keagungan Ramadhan. Jadilah penyeru-penyeru-Nya, jadilah perantara hidayah bagi sebanyak mungkin orang. Lewat lisanmu, tulisanmu, bahkan doa-doamu.

Sebab apa? Sebab kita ini belum jelas nasibnya di akhirat. Dengan cara apa lagi kita mengemis rahmat dan ampunan-Nya jika bukan dengan amal shalih yang nilainya berlipat-lipat?

Jadi, sudah mempersiapkan amal-amal apa saja untuk dipanen pahalanya di bulan Ramadhan nanti? Sibuklah. Infakkan apa saja yang kau punya untuk mengejar ridha-Nya.

Allahumma ballighna Ramadhan.. Ya Allah sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.. Rasanya diri ini semakin rindu.. :')

___

dari @una_ha2 dan @fikriarosyida
H-3 #MenjemputRamadhan 1441 H

Monday Love Letter #81: Jangan-jangan Janjiku Palsu?

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Dua minggu ternyata lama ya sampai akhirnya saya bisa menulis Love Letter untukmu lagii.. Kangen niih.. Terima kasih ya sudah setia menunggu surat-surat kami, dan selamat datang jika kamu baru saja bergabung dengan mailing list Sister of Deen. Melalui Monday Love Letter yang bergantian ditulis oleh saya dan Novie, kami ingin lebih dekat denganmu sekaligus menjadi teman dalam setiap perjalanan dan perjuanganmu untuk menjadi hamba terbaik-Nya. Bismillah, saling menguatkan, ya :)

Kabarmu baik-baik saja kan? Perlahan tapi pasti, sepertinya banyak dari kita yang mulai terbiasa dengan pola kerja dari rumah dan membatasi diri untuk keluar rumah. Mau tak mau, keadaan memaksa kita untuk adaptif menghadapi situasi sekarang. Tetap sehat lahir dan batin ya! Semoga rumahmu tetap bisa menjadi tempat ternyaman untuk bertumbuh.

Menyambut Ramadhan yang tak lama lagi, ada beberapa persiapan yang saya lakukan salah satunya adalah meningkatkan kualitas ubudiyah, terutama shalat. Terkadang karena kesibukan atau karena hal tersebut sudah menjadi sebuah rutinitas, shalat menjadi sering sekali kehilangan maknanya. Shalat yang seharusnya menjadi obat untuk hati yang gundah, malah terasa sebagai beban karena memikirkan pekerjaan. Shalat yang seharusnya menjauhkan kita dari perbuatan buruk, tak bisa berfungsi sebagai perisai karena kebersamaan dengan Allah Yang Maha Melihat tak dibawa serta di aktivitas yang lainnya.

Dan ketika perlahan saya memaknainya kembali lebih dalam, dari mulai gerakan dan bacaannya, rasanya hati ini tergugu. Betapa malunya diri ini di hadapan Allah, sebab sadar bahwa kualitas dirinya tidaklah seindah kata-kata dan janji-janji yang ia ucapkan dalam shalat.

***

Allahu Akbar. Adalah kalimat pertama yang kuucapkan dalam shalat. Sebuah kalimat pengakuan bahwa Allah Maha Besar, dan diriku amatlah kecil di hadapan-Nya. Tapi nyatanya, diri ini masih saja belum mahir memposisikan diri di hadapan-Nya. Terkadang masih sombong menolak ketetapan-Nya, merasa bahwa rencana dirilah yang paling baik. Terkadang hawa nafsu masih menjadi raja di hati, menggeser Dia yang seharusnya menempati tahta tertinggi. Astaghfirullah..

Di dalam doa iftitah, diri ini berjanji, bahwa sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk-Mu serta tidak akan mempersekutukan-Mu dengan yang lain. Nyatanya, diri ini masih saja lalai dalam menggunakan waktu, dari ribuan menit dalam sehari, mungkin hanya sedikit saja jiwaku terkoneksi dengan-Mu. Nyatanya, masih banyak urusan yang lebih aku pentingkan daripada bersegera menyambut panggilan-Mu. Sungguh sebuah kebohongan yang besar, maafkan diri ini, Ya Allah..

Dalam bacaan Al-Fatihah, diri ini melantunkan; sesungguhnya kepada-Mu kami menyembah, kepada-Mu kami memohon pertolongan. Ah, lagi-lagi aku merasakan malu yang teramat sangat ketika membaca ini. Benarkah ibadahku hanya untukmu semata? Sebab tak jarang ada niat-niat lain yang mengotori niat ikhlasku. Benarkah hanya kepadamu aku memohon pertolongan? Seingatku, dalam ikhtiar yang kulakukan, seringku berkata, "aku bisa, aku pasti bisa" yang tanpa sadar mengesampingkan ada-Mu, tanpa sadar lupa bahwa aku tak bisa apa-apa tanpa pertolongan-Mu. Yaa Illahi,, maafkan diri yang ternyata belum juga lulus menjadikan Engkau satu-satunya Illah.

Dalam duduk takhiyat, diri ini selalu mengulang-ulang janji. Asyhadu allaa ilaaha illallah, waasyahdu anna muhammadarrasulullah. Sebuah janji maha sakral yang menjadi awal dari keislaman seseorang. Maknanya berat dan dalam sekali, tapi entah kenapa rasanya ringan sekali lidahku mengatakannya. Padahal konsekuensi atas kalimat itu sangatlah berat, menuntut pengorbanan seluruh harta dan jiwa, mengambil hati dari segala cinta, meminta seluruh hidup sampai janji tersebut berhasil ditunaikan. Tapi kemana saja aku, membangun cinta kepada-Mu saja masih setengah-setengah, mengenal kekasih-Mu Muhammad SAW dan mengikuti sunnah-nya saja terkadang kalah oleh malas, bagaimana mau diaku umatnya dan diberi syafaat olehnya kelak?

Dan masih banyak lagi ucapan yang masih sekedar basah di bibir namun kering di jiwa. Yang jika kujabarkan dengan berlembar-lembar maaf pun tak akan cukup. Kubilang kau Maha Mendengar, tapi lisanku masih saja tak terjaga. Ku berkali-berkali berdoa agar Kau mengampuniku, agar Kau merahmatiku, agar Kau memberi petunjuk padaku, agar Kau terus menyayangiku, memberi rezeki yang baik kepadaku.. Tapi doa itu hanya sekedar doa yang tak pernah serius aku upayakan. Banyak doa yang kupanjatkan kepada-Mu, tapi jarang sekali aku sungguh-sungguh menghayatinya dan memohonkannya pada-Mu..

Ya Allah.. Jika bukan karena Engkau yang mengatakan untuk jangan berputus asa dari rahmat dan ampunan-Mu, mungkin hari ini aku sudah menyerah untuk menjadi baik sebab terlalu malu dengan dosa-dosa yang menggunung dan janji-janji yang palsu. Tapi diri ini juga berterima kasih sebab ampunan-Mu lebih luas dari lautan dan pintu taubat selalu Kau buka untuk hamba-hamba yang mendzalimi diri mereka sendiri..

Faghfirlii, Ya Rabb.. Aku bisa apa, selain berusaha menyibukkan diri dengan amal sholeh yang mungkin tak seberapa nilainya.. Sebanyak apapun kebaikan yang kulakukan mungkin takkan cukup menutupi borok-borok keburukan.. Dan pada akhirnya hanya bisa berharap kasih sayangMu, semoga amal yang tak seberapa ini sudi Kau terima, Ya Rabb..

Jika memang waktuku telah habis dan kepergianku masih menyisakan banyak keburukan, setidaknya usahaku bisa Kau hargai.. Setidaknya kegigihanku sebelum habis waktu, bisa mengundang kemurahan hati-Mu untuk menghapuskan keburukan yang tersisa..

Semoga keletihan yang terasa, keringat yang mengucur, air mata yang jatuh, dan langkah kaki yang tiada henti, bisa membantu menyelamatkanku dari murkaMu di negeri akhirat nanti..

***

My sister, mari sambut Ramadhan dengan harapan yang tinggi dan ikhtiar yang kuat, semoga Allah berkenan mensucikan jiwa kita, mengangkat derajat kita, dan mengampuni dosa-dosa kita. Aamiin.. Mohon maaf lahir batin ya :)


Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Membangun (lagi) Harapan


*lupa diposting dong, harusnya 2 hari lalu*


"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." -QS. 2:186

Di suatu sharing session bareng sahabat2 @hujansafirid yg saat itu sdg membahas ttg Ramadhan, salah satu dari kami berkata, "Ayat ini tuh (QS. 2:186) unik banget tau. Dari rangkaian ayat2 tentang Ramadhan QS. 2:183-187, ayat ini tiba2 muncul ditengah2 dan bicara ttg doa. Beda sendiri gitu."
ㅤㅤㅤ
Dipikir-pikir iya juga, dari yang awalnya bicara tentang perintah puasa, dilanjut dgn syariat puasa, bahas turunnya Al-Quran, bahas syariat lagi, terus tiba2 ada satu ayat ttg doa, dan ditutup bahas syariat lagi di ayat 187-nya.

Dan memang betul sih, satu dari keutamaan bulan Ramadhan adalah dikabulkannya doa-doa. Ramadhan menjadi waktu dimana Allah buka pintu langit selebar-lebarnya utk menampung doa-doa baik kita.
ㅤㅤㅤ
"Sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku." Sweet banget kalimat ini tuuh, lembut dan ramah bangeet :')
ㅤㅤㅤ
Aku jadi inget, pernah ada guru yang bilang, salah satu persiapan Ramadhan yang bisa kita lakukan adalah persiapan doa. Yuk siapin, sedang mengikhiarkan kebaikan dan butuh ditolong Allah untuk mewujudkannya? Langitkan doa-doa kita kepada-Nya!

Allah tidak akan menyia-nyiakan doa hamba-Nya. Selama ia hidup dlm taat sembari memelihara keimanan, Allah mampu kabulkan dengan segera atau dalam waktu yang sesuai dengan ketentuan-Nya yang Maha Bijaksana.

Barangkali selama ini kita sudah lupa bahwa Allah Maha Mendengar doa, atau mungkin sudah tak pernah sungguh2 berdoa karena tak cukup sabar menunggu semesta bekerja.

Kini saatnya membangun kembali puing2 harapan itu kepada Allah. Saatnya menaruh (lagi) kepercayaan kepada Dia yang menggenggam kehidupan kita.

Mendekatlah pada-Nya dengan doa-doa kita, merendahlah serendah-rendahnya dan menjadilah hamba dengan jiwa yang lebih tenang, sebab percaya penuh pada ketetapan dari Tuhannya.

___

H-5 #MenjemputRamadhan 1441 H

Kamis, 16 April 2020

Menangkan Ramadhan


Semakin dekat kita pada Ramadhan hingga jari tangan kita bisa digunakan untuk menghitung harinya. Saatnya bertanya lebih serius kepada diri, sudahkah persiapanku maksimal optimal untuk menyambutnya?

Jangan-jangan kita masih juga abai karena berbagai kesibukan atau lalai karena terlalu banyak waktu luang. Jangan-jangan kita masih dilanda kebingungan tentang apa yang akan dipersembahkan oleh diri saat Ramadhan menyapa hingga ia pergi nanti.

Tujuh hari itu sebentar, sudah hampir terlambat jika kita baru mulai bersiap hari ini. Sementara Rasulullah SAW dan para sahabat, bahkan memulai persiapan dari bulan Rajab, 2 bulan sebelum Ramadhan. Seserius itu.

Banyak orang menganalogikan Ramadhan seperti olimpiade atau lomba lari marathon. Butuh berlatih dan pemanasan sebelum memulai. Butuh manajemen stamina dan konsentrasi yang panjang saat berproses. Jika tak cukup latihan, akan kewalahan ditengah jalan. Tak cukup stamina dan daya tahan, ucapkanlah selamat tinggal pada kemenangan.

Tak cukupkah pelajaran dari Ramadhan tahun-tahun yang lalu? Seleksi alam akan berlaku bagi mereka yang kurang kuat niatnya, kurang cukup bekalnya, dan kurang fokus dalam prosesnya.

Seperti yang kita tahu, semakin menjelang idul fitri, banyak yang mulai kelelahan, banyak yang mulai termakan distraksi penyambutan hari lebaran. Satu per satu berguguran, meninggalkan target Ramadhan yang berakhir menjadi sekedar angan-angan.

Maka beruntunglah mereka-mereka yang menang, yaitu yang senantiasa terjaga niat dan semangatnya, serta sungguh-sungguh dalam prosesnya.

Sebab hanya mereka yang tersaring dan terseleksi sajalah yang berhak menikmati nikmatnya takbir di malam idul fitri; takbir kemenangan. Semoga kita menjadi salah satunya.

Tak ada pilihan selain bergegas. Waktu kita tak banyak.

___

dari @una_ha2 dan @fikriarosyida
H-7 #MenjemputRamadhan 1441 H

Selasa, 14 April 2020

Surga Sebelum Surga


Ramadhan tahun ini, sangat berbeda bukan? Sepertinya takkan kita temui mereka yang berbondong-bondong penuhi masjid di malam pertama Ramadhan.

Masjid-masjid biasa penuh dengan kajian dan majelis ta’lim, berperan penting menjadi perantara hidayah bagi siapapun yan merindu Rabb-nya. Dinding-dindingnya menjadi saksi air mata mereka yang bertaubat. Tak hanya untuk sholat, tapi juga i’tikaf, shalawat, dzikir dan munajat pada-Nya. Kini, masjid-masjid terpaksa ditutup demi meredam pandemi.

Ramadhan dan lebaran yang sering menjadi ajang silaturahmi, kini membuat banyak manusia saling menahan rindu karena raga tak sanggup bertemu. Bagaimana perasaanmu menghadapi kenyataan ini?

Kita semua pasti sempat sedih. Tapi bukankah Allah tak mungkin memberi takdir yang buruk untuk kita? Kecewa hanyalah bagi mereka yang belum memahami hikmah dibaliknya.

Lihatlah, banyak para ayah yang kembali ke rumah, banyak para ibu yang bersyukur bisa fokus pada tugas utamanya menjadi madrasah bagi anak-anaknya. Banyak anak-anak yang lebih sering tersenyum karena bisa bermain lebih lama bersama orangtuanya. Banyak obrolan hati ke hati yang terjadi diantara anggota keluarga. Kenikmatan yang jarang sekali kita dapatkan, sebab terlalu banyak sibuk dengan kehidupan di luar rumah.

Majelis itu tak pernah jauh, sebab majelis terdekat kita adalah keluarga. Walau tanpa masjid dekat rumah, kita bisa ciptakan “masjid kecil” dalam keluarga kita; tempat kita menjalankan ibadah dan mengisi ruhiyah. Baitii jannatii, sebuah ungkapan indah yang mengandung pesan bahwa surga itu dimulai dari dalam rumah. Dengan harapan, satu keluarga bisa terus bersama hingga ke surga.

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” kata Allah dalam QS. At-Tahrim (66) ayat 6. Seharusnya ini menjadi bahan renungan bagi kita, sudahkah setiap anggota keluarga saling menjaga agar terhindar dari murka-Nya?

Mungkin ini saatnya kita menghidupkan dzikir dari rumah-rumah kita. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mempererat ikatan nasab yang ada, agar juga terikat oleh ikatan iman dan aqidah. Saatnya membangun surga di rumah, mewujudkan surga sebelum surga.

___

dari @una_ha2 dan @fikriarosyida
H-9 #MenjemputRamadhan 1441 H

Minggu, 12 April 2020

Bersegera Menuju-Nya




"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." -QS. 2:183
ㅤㅤㅤ
Apa yang terasa oleh kita ketika membaca ayat itu? Kalau masih belum terasa, coba baca sekali lagi. Bergetarkah hati kita? Terasakah tujuan baik dari Allah kepada kita?
ㅤㅤㅤ
Ayat tersebut dimulai dengan panggilan dari Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman. Yaa ayyuhalladziina aamanu.. Wahai orang-orang yang beriman..
ㅤㅤㅤ
Aku nggak begitu paham bahasa arab, tapi mendengar lafadz 'yaa ayyuhalladziina aamanu' itu rasanya lembuut sekali. Ada kasih sayang Allah disitu, ada kelembutan. Panggilan yang ditujukan bukan kepada telinga kita, tapi kepada apa yang ada di dalam dada (hati). Panggilan yang membuat kita merasakan ada hal baik yang sedang Dia siapkan. Aah, mungkin ini salah satu wujud Rahiim-nya Allah kepada kita. Apakah terasa juga olehmu?
ㅤㅤㅤ
Dilanjutkan dengan perintah puasa. Sebuah perintah yang sebetulnya bukan untuk memaksa apalagi membebani. Suatu perintah yang juga diperintahkan kepada mu'minin-mu'minin kebanggan Allah di masa sebelum kita. Suatu pelatihan jiwa yang sama, yang diberikan kepada seluruh mu'min sepanjang zaman. Yang mana sejarah telah mencatat dan Quran telah mengabarkan bahwa mereka yang lulus membuktikan ketaatan, Allah angkat kepada derajat yang tinggi, mulia di atas makhlukNya yang lain. Tidakkah kita menginginkannya?
ㅤㅤㅤ
Dan derajat itu adalah derajat takwa. Takwa adalah output yang Allah harapkan dari kita selama menjalani pelatihan Ramadhan. La'allakum tattaquun, agar kamu bertakwa, kata Allah di penghujung ayat. Sebuah tingkatan manusia paling mulia di hadapan Allah, dengan syurga sebagai reward-nya.
ㅤㅤㅤ
Maka, penyikapan kita terhadap ayat ini pertama-tama adalah MERASA TERPANGGIL oleh Allah. Menyambut panggilan itu dengan sukacita, bersemangat mencapai takwa, menghantarkan hati dan jiwa yang sudah sangat merindu kepada Pemiliknya.


Sadarkah kita, bahwa Allah sudah jauh lebih dulu menanti taubat dan taat dari hambaNya? Semakin kita bersegera mendekat kepada Allah, semakin bersegera pula Allah mendatangi kita dengan ampunan dan rahmatNya. Yuk, bersegera :)


___

dari @una_ha2 dan @fikriarosyida
H-11 #MenjemputRamadhan 1441 H


Jumat, 10 April 2020

Menghisab Diri


"Siapa yang menegakkan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
ㅤㅤㅤ
Hadits itu bikin aku merenung, iya ya, kita ini mau menghadapi bulan yang suci, ada baiknya kita mulai menghisab diri. Ihtisab namanya, suatu bentuk koreksi terhadap diri yang kemudian melahirkan niat dan kesungguhan untuk melakukan perbaikan yang membawa kepada keridhoanNya.

Siapa yang tak ingin, selepas Ramadhan menjadi hamba yang terampuni. Siapa yang tak mau, selepas Ramadhan menjadi diri dengan kualitas iman yang baru. Yang lebih baik lagi, yang semakin diperhitungkan oleh penduduk langit.

Umar bin Khathab r.a pernah berkata, "Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal."
ㅤㅤㅤ
Cari. Gali sampai ke dalam diri, selami sampai ke palung hati, apa kiranya yang membuat diri ini masih saja sulit melaksanakan aturan-aturanNya tanpa tapi.

Evaluasi. Apa saja hal-hal yang membuat diri ini gagal dalam taat? Apa saja hal-hal yang menghambat kekhusyu'an kita dalam beribadah? Apa saja hal-hal yang membuat kita diam di tempat atau bahkan mundur ke belakang?

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, setidaknya kita jadi tahu, dimana titik start kita ketika memasuki Ramadhan. Lalu azzam-kan kepada diri, buat janji dan komitmen diri kepada Allah tentang hal-hal apa saja yang akan kita tinggalkan, apa saja yang akan kita perbaiki, dan apa saja yang akan kita tingkatkan.

Tak lupa memohon pertolonganNya, agar selalu menuntun dan menguatkan kita dalam prosesnya. Sebab taat bukan karena kita hebat, pertolonganNya-lah yang membuat ibadah kita terasa nikmat.

Semoga kesungguhan kita dalam membuktikan taat, dapat membuka pintu maafNya, pintu rahmatNya, pintu ridhaNya, dan pintu syurgaNya..
ㅤㅤㅤ
__

dari @una_ha2 dan @fikriarosyida
H-13 #MenjemputRamadhan 1441 H

Rabu, 08 April 2020

Siapkah kita, diangkat oleh Allah dari kehinaan kepada kemuliaan?


Suatu hari, Rasulullah SAW hendak berkhutbah. Sembari menaiki tangga mimbar, beliau berucap 'Aamiin' sebanyak 3 kali yg kemudian membuat para sahabat bertanya, 'Mengapa engkau 3 kali berkata 'Aamiin', Ya Rasulullah?'

Ternyata, malaikat Jibril mengatakan 3 hal kepada Rasulullah dan ketiganya Rasulullah aamiin-kan. Salah satu yg di-aamiin-kan oleh beliau SAW adalah "Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah."

Deg. Celaka katanya.

Pertama kali aku denger hadits itu, rasanya takut banget. Takut jadi bagian orang-orang yang celaka itu. Naudzubillah ya Allah :'(

Tapi terus mikir, emang bisa ya dosa-dosaku yg banyak itu Allah ampuni? Nah, itulah keistimewaan Ramadhan! Sepertinya, Ramadhan memang menjadi bulan yg Allah siapkan untuk mensucikan hamba-hambaNya.

Bayangkan, pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka. Syetan-syetan dibelenggu. Allah hujani kita dengan barakah dan rahmatNya, Allah buka pintu taubat selebar-sebarnya, Allah buka akses hidayah seluas-luasnya, Allah turunkan malam yang lebih baik dari seribu bulan. Di sepuluh hari terakhir, Allah janjikan pembebaskan dari api neraka. Dan masih banyak lagi keistimewaan yg Allah suguhkan lewat Ramadhan.

Maasyaa Allah.. Kurang apalagi coba. Maha Penyayang Allah kepada kita, yang telah merancang bermiliar kebaikan kpd kita lewat bulan Ramadhan.

Jika Allah sudah seserius itu menyiapkan program utk pensucian hamba-hambaNya, bagaimana dengan kita? Siapkah kita disucikan olehNya? Siapkah hati kita dibasuh oleh cahaya kebenaran dariNya? Siapkah jiwa kita dipoles oleh hidayahNya sehingga kembali kepada kefitrahannya? Siapkah kita, diangkat oleh Allah dari kehinaan kepada kemuliaan?

Sungguh, ini bukan sekedar pertanyaan. Menjawab pertanyaan semacam ini perlu lebih dari sekedar jawaban lisan. Jika kita memimpikan diri yang kembali fitri, maka butuh kemauan, butuh kesiapan, butuh kesungguhan, butuh keseriusan kita dalam mempersiapkan dan menjalani Ramadhan. Dan tentunya, butuh pengorbanan yg tidak sedikit.

Menjawab siap, berarti siap untuk bersiap. Bersiaplah.

__

dari @una_ha2 dan @fikriarosyida
H-15 #MenjemputRamadhan 1441 H


Ps. Kisah diatas diriwayatkan oleh Bukhari, 3 perkataan Jibril yang di-aamiin-kan oleh Rasulullah SAW adalah: (1) Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah. (2) Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orangtuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk surga. (3) Celaka seseorang yang jika disebut namamu (Rasulullah) namun tidak bershalawat kepadamu. Semoga kita bisa senantiasa menjaga diri dari hal-hal yang membuat kita terhina dihadapanNya. Aamiin..

Senin, 06 April 2020

#MenjemputRamadhan Project


Dulu waktu belum ngerti, waktu ilmunya masih cetek banget, suka heran sama orang-orang kalau mau Ramadhan kok seheboh itu. Serius banget gitu kalau nyiapin Ramadhan, sampai diitung-itung countdown-nya. Kayak yang nungguiiin banget. Terus diri ini juga bertanya-tanya kok bisa sampai ada orang yang nangis-nangis gitu kalau Ramadhannya mau pergi. Sebenarnya sambil diam-diam iri sih, pengen bisa kayak gitu juga. Pengen suatu saat bisa ngerasain spesialnya Ramadhan.

Alhamdulillah momentum itu datang juga. Suatu hari di bulan Rajab, dapet pembekalan Ramadhan dan bertekad Ramadhan tahun itu aku mau sungguh-sungguh. Sampai akhirnya di maghrib terakhir Ramadhan tahun itu netes juga air mataku, sedih karena Ramadhan akhirnya pergi.. Sejak saat itu, aku nggak mau lagi nyia-nyiain Ramadhan. Karena udah ngerasain spesialnya, udah ngerasain betapa di bulan itu kasih sayang Allah itu ngucurnya gila-gilaan. Deres banget kayak hujan :')

Tahun berikutnya, aku bikin project pertamaku, 10 tulisan #RamadhanProject bareng @nvsyadza. Tahun berikutnya, bikin lagi #PersiapkanRamadhanmu di bulan Sya'ban, hasil kolaborasiku sama @novieocktavia. Tahun berikutnya nggak kalah spesial juga karena itu jadi kali pertama @sisterofdeen ngadain kulwap dan aku jadi pematerinya (deg-degan cuy!). Jadinya setiap tahun mikir, aku bikin sesuatu apa ya buat Ramadhan?

Insya Allah untuk tahun ini aku mau bikin project tulisan lagi, kali ini dibantuin @fikriarosyida buat desainnya. Rencananya per 2 hari bakal posting di IG-ku @una_ha2 dan blog ini buat jadi reminder pribadi.

Sejujurnya aku merasa ini agak terlambat, karena sekarang udah pertengahan Sya'ban. Tapi gapapa, tujuanku bikin tulisan ttg Ramadhan sebenarnya buat diri sendiri sih. Biar semakin terpacu dan mantap persiapannya walaupun dengan keadaan yg sedikit berbeda. Maksain diri walaupun bisikan mager saat ini begitu kuat karena #dirumahaja (kamu pasti bisa, Na!).

Bismillah ya. Kalau ternyata tulisannya menyentuh hatimu dan bikin jadi semangat juga, alhamdulillah, Allah berarti menghendaki kebaikan untuk kita semua bertumbuh jadi hamba yang lebih baik lagi. See you!

__

H-17 #MenjemputRamadhan 1441 H

Monday Love Letter #79: The Earth is Healing, What About Us?

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!
Apa kabarnya nih diminggu ke sekian setelah himbauan untuk di rumah aja? Semoga kamu sudah mulai menemukan ritme yang tepat untuk menjalani hari-hari produktifmu, ya! Beberapa tips dari sister kita Novie di Monday Love Letter sebelum ini bisa dipakai supaya kita tidak terlena dengan waktu luang yang panjang. Kalau masih memilih jadi kaum rebahan juga, terlalu deh. Hehe. Yuk segera bangkit! Supaya malaikat Raqib makin sibuk mencatat amal-amal kebaikan kita :)

Tadinya hari ini saya nggak akan bahas-bahas corona karena sudah mulai bosan dimana-mana bahasnya itu. Tapi semalam saya menemukan video-video menarik tentang dampak positif dari wabah ini terhadap bumi kita. Mungkin kamu juga sudah tahu beritanya, bumi kita hari ini sedang membaik. The earth is healing itself :')
Sadar nggak sih, kalau akhir-akhir ini udara yang kita hirup terasa lebih segar? Langit juga lagi cantik-cantiknya, mungkin salah satunya karena produksi polusi yang berkurang drastis. Di beberapa negara juga sangat terasa sekali dampaknya. Di Cina sebelum lockdown, langit yang tertutupi asap tebal adalah hal biasa di kota-kota besarnya, sebab tercemar oleh banyaknya asap pabrik dan kendaraan bermotor. Dua bulan setelah lockdown, gas karbon di Cina mengalami penurunan drastis hingga 40%. Tak hanya di Cina, beberapa negara di Eropa dan Amerika juga mengalami penurunan polusi udara yang signifikan dalam satu bulan terakhir. Saya senang sekaligus bersedih mendengarnya. Senang karena bumi kita membaik, tapi juga sedih karena nyatanya yang berbuat kerusakan adalah manusia-manusia itu sendiri :(
Tidak hanya udara, ternyata kualitas air juga membaik. Beberapa foto yang diambil dari satelit sebelum dan setelah lockdown menunjukkan air laut yang ada di sekitar kota jadi lebih jernih dan bersih. Di Venesia, Italia, Kota Kanal Air yang terkenal dengan wisata gondolanya itu biasa dikunjungi oleh 2 juta turis setiap tahunnya. Kebayang dong, dikunjungi manusia segitu banyak, kualitas airnya seperti apa? Sangat jauh dari jernih. Tapi semenjak diberlakukan lockdown, air sungai menjadi jernih hingga terlihat ikan-ikan kecil berenang disana yang selama ini menjadi pemandangan langka. Maasyaa Allah..
Tentu masih banyak lagi dampak positif bagi lingkungan ditengah pandemi virus corona ini. Produksi sampah menjadi berkurang jauh, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Hewan-hewan juga pasti kebagian senangnya, karena habitatnya kini tak lagi ramai dikunjungi manusia. Hal ini tentu akan berdampak baik pada keseimbangan vegetasi dan ekosistem di alam.
Semua ini membuat saya merenung, kita sebagai manusia yang hanya numpang tinggal di bumi, tidak bisa berlaku sewenang-wenang pada tempat yang ditinggalinya. Ketamakan, ketidakpedulian dan rasa ingin menang sendiri telah membuat dunia ini menjadi tidak baik-baik saja. Banyak orang bilang bahwa jangan-jangan selama ini manusia adalah virusnya, dan corona adalah vaksin bagi bumi. Yaa, mungkin saja. In fact, along with the start of this pandemic, human is forced to stay at home and give the earth a break to heal. Alhamdulillah.
Fenomena ini membawa saya ke sebuah perenungan yang lebih dalam lagi. Jika bumi saat ini sedang menyembuhkan diri, bagaimana dengan manusianya? Semua tidak akan berarti jika manusianya tidak mengubah prilakunya. Kita ini hamba-Nya dan diamanahkan menjadi khalifah di bumi-Nya. Bumi yang sudah tunduk kepada sunatullah, perlu diimbangi dengan manusianya yang tunduk kepada kitabullah. Ya, kita perlu hidup dengan aturan-Nya agar bumi ini terjaga dari kerusakan dan tindak sewenang-wenang. Idealnya untuk seluruh manusia, tapi kita bisa memulai dari diri sendiri. Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan sebagai khalifah-Nya adalah dengan menjaga diri kita agar tidak keluar dari batas-batas aturan yang telah Allah tetapkan, untuk kemudian mengajak orang lain melakukan hal yang sama: istiqomah dalam kebenaran.
Tentu hal ini tidaklah mudah, tapi kita bisa belajar dari bumi kita. Saat ini, bumi sedang melakukan "pengurasan" besar-besaran. Menguras dirinya dari udara kotor, dari gas beracun, dari sampah-sampah, dan dari tangan usil manusia. Segala hal buruk yang selama ini "menyerang" bumi dikurangi dalam jumlah besar secara serentak. Kini saatnya manusia juga melakukan pengurasan besar-besaran! Dari apa? Dari dosa, dari kemaksiatan, dari kebiasaan buruk, dan dari perbuatan yang sia-sia. Jika hal ini kita lakukan bersama-sama secara serentak, bukankah kita telah membuat perbaikan untuk peradaban umat manusia? Menjadi umat manusia yang lebih baik dan lebih taat kepada Rabb-nya. Tidak ada yang lebih indah dan menentramkan dari kembalinya manusia ke jalan Tuhannya dengan berbondong-bondong. Mau join, sister? ;)
Tak hanya itu, Allah sepertinya sudah menghitung waktunya dengan sangat cermat agar manusia, khususnya umat muslim, bisa melakukannya. Yaitu dengan kehadiran Ramadhan yang akan kita jumpai dalam 17 hari lagi, insya Allah. Bukankah Ramadhan adalah waktu yang paling pas dan paling mudah untuk melakukan "pengurasan" dari hal-hal buruk yang ada dalam diri? Dibantu dengan syariat puasa yang tidak hanya menahan kita dari makan dan minum, tapi juga membuat kita mau tidak mau jadi menahan diri dari perbuatan buruk dan perbuatan yang sia-sia. Ah, Allah memang sebaik-baik pembuat rencana dan paling tahu apa yang kita butuhkan. Semoga kita berhasil memanfaatkan momentum berharga ini, mempersiapkan Ramadhan dengan sebaik-baik persiapan hingga menghantarkan kita pada peningkatan ketakwaan. Aamiin..
Be prepared, sister! The earth is healing itself, now it's our turn to heal our soul, clean our heart and strengthen our iman. Saling mendoakan ya, sister. Barakallahu fiik..
"Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya."
(QS. asy-Syams [91]: 7-10).

Your sister of Deen,
Husna Hanifah

__

Monday Love Letter #77: Menggali Hikmah di Balik Ujian

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!
Ditengah pandemi virus covid-19 saat ini, semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat lahir batin ya, sister. Jika dipikir lagi, rasanya sedih sekali memikirkan kondisi dunia saat ini. Berjuta informasi terus diunggah ke internet setiap harinya, memaksa kita untuk senantiasa waspada dan senantiasa berdoa untuk keselamatan mereka yang di rumah maupun yang masih perlu beraktivitas di luar rumah. Jaga kesehatan ya sisterkuu, please!
Kesedihan saya yang kedua adalah ketika penyambutan kita untuk Ramadhan rasanya sangat terdistraksi dengan kehadiran virus ini. Padahal virus-virus itu bergerak tentu atas kehendak Allah, mereka beribadah dan bertasbih kepada Allah dengan caranya sendiri. Saya harap kedatangan para tentara Allah yang tak terlihat itu tidak membuat kita terhambat dalam menghamba kepada-Nya serta tetap bersiap untuk kedatangan Tamu Agung yang akan menyapa kita kurang lebih 30-an hari lagi. Sebentar lagi!
Segala hal boleh ditunda, diliburkan, dan dibuat berjarak. Tapi Ramadhan tidak akan menunda kehadirannya. Ia akan tetap datang tepat pada waktunya, mencari hamba-hamba Allah yang siap menjalani "karantina" untuk akselerasi ketakwaan. Semoga kita termasuk orang-orang terpilih itu ya sister. Tetap jaga ruhiyah, perbanyak ibadah, dan siapkan penyambutan terbaik untuk Ramadhan, yuk! :)
Oke, yang tadi itu hanya intro dan sedikit semangat dariku untuk kita semua. Sebetulnya saya ingin bertanya kabarmu, hehe. Jadi, apa kabar? Ceritakan dong aktivitasmu selama social distancing ini ngapain aja? Teman-teman terdekat saya tahu betul kalau saya ini suka main kesana kemari dan hobi ketemu siapa aja yang bisa diajak hangout berfaedah dan quality time, hihi. Jadi ketika ada himbauan untuk sebisa mungkin stay at home, rasanya bosan dan mati gaya banget! Beberapa teman bahkan mengutarakan hal yang sama. Walaupun tak sedikit juga teman saya yang tetap harus bekerja bahkan menjadi tenaga kesehatan di rumah sakit, semoga Allah senantiasa melindungi mereka semua. Aamiin.
Bagi saya pribadi, social distancing ini membuat saya menjadi fulltime housewife yang berhasil membuat sebuah prestasi, yaitu memasak setiap hari. Hehehe. Ya, ini sebuah prestasi bagi saya yang sangat jarang memasak. Demi menjaga kesehatan, saya tergerak untuk memilih bahan-bahan makanan yang sehat dan memasaknya sendiri. Sesekali saya menyiapkan minuman kesehatan dari rimpang untuk diminum oleh saya dan suami. Saya benar-benar merasa bangga dengan pencapaian yang satu ini, haha. Ditengah kondisi seperti ini, saya yakin mereka-mereka yang stay at home jadi berpikir dan mencari cara untuk tetap produktif dari rumah. Karena seseru apapun gadget kita mainkan untuk menangkal bosan, tetap saja akan jenuh juga, betul atau betul? Bagaimana denganmu? Apakah kamu jadi punya "prestasi" juga selama #dirumahaja? Sharing dengan membalas pesan ini, ya!
Laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha.. Allah tidak akan membebani seseorang diluar batas kemampuannya. Jikapun Allah beri ujian, bersama kesulitan itu pasti ada banyak kemudahan. Bersama gempuran informasi yang membuat kita semakin mengencangkan sabuk kewaspadaan, banyak juga kebaikan-kebaikan yang bertebaran baik di dunia nyata maupun maya. Tak sedikit orang-orang yang mengulurkan tangan untuk saling membantu. Banyak pula yang saling menguatkan lewat pesan-pesan baik di dunia maya. Pada akhirnya, bersama dengan ujian ini, Allah memberikan berbagai hikmah yang sangat berharga untuk kita semua bahwa ternyata kita ini amatlah kecil dihadapan-Nya. Manusia bisa sangat ketar-ketir dengan makhluk yang bahkan tak kasat mata. Mau meminta pertolongan dan perlindungan kepada siapa jika bukan kepada Allah yang Maha Menggenggam seluruh makhluk-Nya?
Hadirnya ujian itu, adalah tanda bahwa Allah masih sayang pada kita. Sebab, jika hanya kenikmatan yang Allah beri, apakah manusia yang bersyukur akan semakin banyak? Kenyataannya tidak. Banyak manusia yang semakin lupa dan jauh dari Allah, tenggelam dalam kebahagiaan semu dan menabrak batas-batas yang telah Allah tetapkan. Hakikat ujian adalah untuk membuat kita kembali pada Allah, sebab tidak ada karunia yang paling berharga selain petunjuk yang membawa kepada jalan-Nya yang lurus dan jiwa yang selamat.
Saatnya kembali kepada hakikat diri yang sebenarnya. Semoga Allah berkenan mengampuni segala dosa dan kekhilafan, mencabut segala penderitaan dan menggantinya dengan jiwa-jiwa yang semakin tangguh dan taat. Baik-baik ya, sister. Stay safe, stay healthy and keep praying. Jika raga belum bisa bertemu, semoga doa-doa baik kita bisa saling bertautan di langit sana.

Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Monday Love Letter #75: Mewaspadai Kesombongan

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Saya senang sekali bisa menyapamu kembali lewat surat ini. Kabarmu, apakah baik-baik saja, sister? Suasana hatimu, sedang cerah atau mendung? Keadaan jiwamu, apakah terasa hampa, ringan, atau berat? Isi pikiranmu, terasa kosong atau terlalu penuh? Isi hatimu, apakah ia tenang, gelisah, atau banyak mengeluh? Semoga kabarmu baik ya, dear.. Jikapun sedang tidak baik-baik saja, tak apa, hal-hal yang membuat nafasmu menjadi berat, dadamu terasa sakit, dan membuat kepalamu serasa mau pecah itu lebih baik kita terima saja lebih dulu. Agar kita bisa mencari bagian mana yang salah dan mulai memperbaikinya. Bukankah begitu? :)

Seseorang bercerita padaku tentang ia yang tak juga merasakan gelora semangat untuk menghadapi Ramadhan. Ini membuatnya gelisah dan bertanya-tanya, mengapa seiring dengan Ramadhan yang semakin dekat, ia tak juga mendapatkan energi untuk menyambutnya? Seseorang yang lain mengeluhkan tentang dirinya yang seperti sedang kehilangan koneksi dengan Tuhannya, entah sudah berapa lama ia tidak lagi merasakan nikmatnya beribadah, padahal ritual ibadah tak pernah absen ia lakukan. Ada pula yang merasa kecewa pada dirinya sendiri, sebab ia tak bisa melawan dirinya sendiri yang terus saja melakukan hal-hal yang ia tahu betul, Tuhannya tidak menyukai perbuatan itu. Namun apa daya, dorongan dan kecenderungan kepada duniawi begitu keras menariknya, mengalahkan ajakan-ajakan kebaikan dari hatinya yang berkata jangan.

Saya akui, hal-hal seperti itu juga beberapa kali menghampiri saya dalam setahun. Kualitas ibadah yang berkurang, hati yang gelisah dan mudah marah, pikiran yang terlalu sibuk memikirkan urusan duniawi, terlalu overthinking beserta gangguan sulit tidur, dan semacamnya. Rasanya sungguh tidak nyaman sama sekali. Seperti kehilangan diri sendiri, seperti merindukan sesuatu yang tak tahu apa. Tapi bersyukurlah orang-orang yang cukup peka untuk merasakan hal-hal yang tidak beres pada dirinya. Sebab, menyadari "ketidakberesan" adalah hal pertama diperlukan untuk membuat segalanya kembali normal, kembali hidup, kembali bersemangat, dan tentunya, kembali kepada jalan yang benar.

"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk." 
(QS. Adh-Dhuha: 7)

Merasa bingung, merasa gelisah, merasa ada yang salah pada diri, insya Allah adalah awal dari hadirnya petunjuk-Nya asalkan kita terus mencari dan membuka hati untuk menerima hikmah dan jawaban dari-Nya. Mungkin kita sudah terlalu lama hidup dengan cara kita sendiri dan mengabaikan rambu-rambu yang Allah tetapkan. Mungkin kita sudah terlalu sering merasa percaya diri dengan segala kelebihan dan sumber daya yang kita punya bahwa kita pasti tidak akan pernah merasa kekurangan dan akan selalu merasa bahagia dalam hidup. Mungkin kita merasa sudah cukup baik dalam beramal sehingga tanpa sadar amalan-amalan itu menjadi sebatas rutinitas yang kehilangan 'nyawa' ketika dilakukan.

Sebetulnya jika kita telaah lagi, akar dari berbelok atau tersesatnya hidup kita adalah karena kita ini tanpa sadar sombong terhadap Allah. Dan sombong bukanlah perkara kita sok pamer, sok kaya, atau sok-sokan lainnya. Sombong adalah merasa bisa tanpa Allah, merasa segala hal baik yang terjadi adalah karena diri, karena keberuntungan, bukan karena Allah. Merasa bahwa khusyuknya kita dalam beribadah adalah karena hebatnya kita dalam mengatur waktu dan mengatur fokus, bukan karena pertolongan Allah. Lebih jauhnya lagi, sombong adalah meniadakan kehadiran Allah. Dan ini sangat mungkin dilakukan oleh orang yang percaya dan iman kepada Allah. Seperti halnya syetan, fir'aun, abu jahal, yang percaya adanya Allah namun merasa lebih baik, merasa dirinya tuhan, merasa percaya diri dengan cara hidup yang dijalaninya. Mereka dilaknat Allah karena tidak menempatkan diri pada tempat yang seharusnya, yaitu sebagai hambanya Allah.

Bagi saya, menyadari bahwa diri ini adalah hambanya Allah, adalah PR seumur hidup. Kita harus bisa memaksa diri kita untuk tunduk serendah-rendahnya di hadapan Allah, kita harus selalu memaksa diri ini untuk selalu ingat bahwa kita ini lemah dan hina jika hidup tanpa-Nya. Maka kiblat kita haruslah Dia, cara kita hidup, cara kita memandang hidup, haruslah berkiblat pada-Nya. Bukan mengandalkan katanya si X, si Y, si Z, apalagi mengandalkan prasangka kita sendiri. Semua harus katanya Allah itu seperti apa. Sebab hari ini, sudah terlalu banyak opini yang bertaburan yang katanya mengajarkan tentang bagaimana caranya hidup. Tapi sudahkah kita serius mempelajari sesuatu yang jelas-jelas disebut sebagai petunjuk oleh Pencipta kita, yang tidak ada keraguan di dalamnya; Al-Qur'an.

Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong, dan menghantarkan kita pada lingkungan dan orang-orang sholeh yang senantiasa mengingatkan kita tentang hakikat hidup yang sebenarnya, mengingatkan kita pada kebenaran, dan membantu kita bersabar dalam taat dan istiqomah di jalan-Nya. Aamiin.

Your sister of Deen,
Husna Hanifah