"Coba bagaimana Ramadhan tahun lalu?" tanya seseorang padaku.
Lalu aku menjawab, "Ramadhan tahun lalu adalah Ramadhan yang paling berkesan, karena untuk pertama kalinya, di maghrib terakhir aku menamatkan puasa terakhirku saat itu, aku menangis. Karena merasa sedih Ramadhannya berakhir." Dan ketika mengatakannya, tak terasa mataku berkaca-kaca. Sebegitu berkesannya ternyata Ramadhan tahun lalu, yang bahkan ketika satu tahun sudah terlewati, aku masih saja ingin menangis ketika mengatakannya.
Masih teringat jelas di maghrib terakhir itu, ketika aku mendengar adzan berbuka yang terakhir kali, rasanya kok sediiih gitu. Di dalam hati bilang, "Yah,, berarti Ramadhannya udahan dong," lalu tanpa sadar air mata mengalir, makin lama makin deras. Perasaan campur aduk karena merasa bersyukur sekaligus sedih dan takut kalau-kalau tahun depan nggak bisa ketemu lagi.
Itu adalah momen mengharukan sekaligus momen terindah karena untuk pertama kalinya aku betul-betul merasakan Ramadhan yang sangat produktif. (Kemana aja baru ngerasain sekarang. Hiks)
Alhamdulillah ternyata tahun ini masih dipertemukan dengan Ramadhan. Penyambutan tahun ini jujur aja kurang, padahal tahun lalu udah bersiap dari Rajab, sementara tahun ini agak terlambat persiapannya dan agak keteteran. Ternyata persiapan itu penting.
Tapi Allah selalu memberikan pelajaran terbaik-Nya. Tahun ini banyak skenario yang luar biasa dari-Nya. Yang harus disikapi dengan banyak-banyak rasa sabar dan syukur, serta mengencangkan iman kepada-Nya.
Sudah akan sampai di 10 hari terakhir. Semoga waktu yang tersisa bisa dioptimalkan.