Senin, 24 Februari 2020

Monday Love Letter #71 - Sudah Lembar Keberapa?

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Apa kabar jiwamu? Apa kabar imanmu? Apa kabar hatimu? Semoga senantiasa dalam keadaan baik dan terpaut pada-Nya. Alhamdulillah, hari-hari terus berlalu dan kita masih diberi nikmat oleh Allah untuk menyapa matahari pagi tadi, masih diberi kesempatan untuk mengumpulkan lagi amal-amal shalih, dan masih diberi karunia berupa kebaikan-kebaikan dari-Nya yang mengalir tanpa henti. Semoga setiap nikmat yang kita terima dari Allah, bisa kita sadari dan rasakan, serta kita syukuri dengan ketaatan yang semakin bertambah setiap harinya.

Beberapa hari yang lalu mertua saya memperlihatkan kepada saya sebuah buku, "Teh, sudah baca buku ini belum? Bagus deh, ini Bunda punya dari tahun 2013 lho," katanya. Saya pun membuka buku itu, dan benar saja, di halaman pertamanya tertulis tanda tangan beliau dan angka 2013 di bawahnya. Buku tersebut adalah sejenis buku motivasi islami yang terdiri dari beberapa kumpulan tulisan pendek ditiap babnya. Sayangnya, saya lupa judulnya, jadi plis jangan tanya ya judulnya apa, hehe.

Judul-judul tulisan dalam buku itu sebetulnya menarik, tapi karena hari itu saya cukup lelah selepas menyetir seharian, saya tidak begitu bersemangat membacanya. Saya hanya sempat membaca satu tulisan saja dari buku itu. Siapa sangka, satu tulisan yang saya baca itu membuat saya kepikiran sampai besok-besoknya.

"Sudah Lembar Keberapa Hari Ini?" Tulisan paling pertamanya diawali dengan pertanyaan tersebut, kalau saya tidak salah. Awalnya saya kira penulisnya akan membicarakan tentang semangat membaca lembar demi lembar Al-Quran. Ternyata saya salah, lembar yang dimaksud oleh penulis bukanlah lembaran Al-Quran, lebih dalam dari itu, sang penulis sedang membicarakan lembaran hidup. Bagaimana maksudnya?

Sister, sadar nggak sih, jika hidup kita ini ibarat sebuah buku, setiap lembarnya adalah hari-hari yang kita lalui. Setiap kita bertemu dengan hari baru, maka terbukalah lembar yang baru. Lalu saat kita menutup mata untuk tidur di malam hari, tertutuplah lembarannya. Esoknya, lembaran yang baru terbuka lagi, tertutup, terbuka lagi, dan seterusnya sampai akhirnya kita sampai pada lembaran terakhir dan buku itupun ditutup. Lembarannya telah habis dan selesailah hidup kita.

Kira-kira, hari ini, saya sudah sampai di lembar ke berapa ya? Adalah sebuah kalimat tanya yang mau tidak mau jadi membuat saya kepikiran. Pasalnya, tidak sedikit orang-orang yang saya kenal, yang sudah sampai pada 'lembar terakhir'nya. Cepat atau lambat, saya juga akan menyusul mereka. Suka tidak suka, saya juga akan sampai pada 'lembar terakhir' saya. Saya (dan kita semua) tidak bisa mengelak dari takdir-Nya yang satu itu; kematian. Lalu mau kau isi dengan apa lembaran-lembaran hidupmu, wahai Husna?

Sementara itu, banyak manusia yang terlalu sibuk 'membaca' lembar demi lembar yang telah berlalu sehingga dia terjebak pada masa lalunya. Tak sedikit pula yang sibuk menerka lembaran-lembaran berikutnya sehingga membuatnya tenggelam dalam imajinasi masa depan. Bukan tidak boleh, tapi jika yang telah berlalu dan yang akan datang membuat kita lupa bahwa kita memiliki hari ini, bukankah itu sama saja dengan membiarkan 'lembaran hari ini' berlalu sia-sia?

Bagaimanapun, kita ini adalah hamba-Nya yang diberi jatah hidup di dunia untuk membuktikan keimanan dan mempertanggungjawabkan tugas kehambaan kita di hadapan-Nya. Pilihan ada di tangan kita, apakah kita akan mengisi hari-hari kita dengan hal-hal yang disukai-Nya atau tidak disukai-Nya. Pena itu ada di tangan kita, maukah kita isi lembaran hidup kita dengan kebaikan dan prestasi-prestasi yang kelak bisa dibanggakan di hadapan-Nya?

Dimulai dari lembar hari ini.


Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar