Di
sela-sela jadwal UAS(yang semoga hasilnya diberikan yang terbaik), ijinkan saya
untuk sedikit berbagi.. saat ini saya sedang membaca sebuah buku judulnya Man
Shabara Zhafira yang ditulis Ahmad Rifa’i Rif’an. Walaupun buku pinjeman (hehe)
tapi isinya bagus banget.. dan entah kenapa, ketika pertama kali memegang buku
itu, yang pertama kali kubaca adalah 2 halaman terakhirnya yang judulnya “indahnya
kematian”. Bikin jleb juga sih..
Izin
share yaaa,,cuma sedikit kok.. :)
“Hadiah berharga untuk orang
mukmin adalah kematian.”
-HR. Ibnu Abiddunya, Thabrani,
dan Hakim-
Petuah
klasik mengajarkan, ketika engkau lahir, semua orang tersenyum bahagia
melihatmu menagis. Ketika engkau meninggal, buatlah mereka bersedih karena
ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai, sementara engkau menghadapi ajalmu
dengan bahagia. Kita menyadari bahwa kematian bukanlah akhir ‘hidup’ kita.
kematian hanyalah garis transisi antara dunia dan alam barzakh. Bagi orang yang
selama hidup di dunia telah menunaikan tugas dan amanah Tuhan dengan baik,
kematian adalah permulaan untuk menjemput kehidupan yang jauh lebih indah
ketimbang hidupnya di dunia. Kematian adalah pintu gerbang untuk memasuki
istana megah yang dipersiapkan oleh Allah bagi hamba-Nya yang mengisi hidupnya
dengan kesalehan.
Ibarat
anak sekolahan, kematian bagaikan momentum kenaikan kelas. Setelah seorang
siswa belajar dengan keras, masuk sekolah dengan rajin, mematuhi peraturan
sekolah, disiplin mengerjakan tugas, serta mengikuti ujian dengan baik,
momentum akhir semester adalah momentum yang indah. Saat itu ia bisa
menyaksikan hasil usaha dan kerja kerasnya selama ini. Tentu berbeda dengan
siswa yang sering bolos, malas belajar, mengabaikan tugas, serta sering
melanggar peraturan sekolah, akhir semester adalah hari yang buruk baginya. Saat
itu ia merasakan akibat dari kemalasannya selama ini.
Begitulah
kehidupan manusia. Bagi orang yang mengisi hidupnya dengan benar, kematian
adalah momentum yang sangat di nanti. Saat itulah amal-amal kebaikan
ditampakkan. Bahkan balasannya sudah bisa dinikmati semenjak masih berada di
alam kubur. Sambil menanti hari kebangkitan, dia alam barzakh ia dikaruniai
nikmat yang belum pernah ia rasakan saat di dunia. Amal kebaikannya berubah
menjadi teman dengan rupa menawan yang senantiasa menemaninya hingga kiamat
tiba.
Ya,
bagi seorang muslim, kematian adalah
masa yang dirindukan. Kematian menjadi masa peristirahatan yang nikmat setelah
sekian tahun ‘bekerja’ di dunia. Ia tak perlu lagi bersusah-susah
mengerjakan sholat, zakat, puasa, haji. Ia tak perlu lagi berpayah-payah
mengendalikan nafsunya. Ia tak usah lagi berjuang melawan setan yang merayunya
setiap saat. Kematian adalah masa
pembebasan dari penjara dunia.
---
Hanya
mengingatkan (untuk diri sendiri juga), jika sampai saat ini kita masih ragu
untuk berjuang dan berkorban, masih takut dari hal-hal yang seharusnya tidak
perlu ditakutkan, masih tersendat dengan seribu alasan dan belenggu pikiran
yang kita buat sendiri, satu
kesimpulannya:berarti kita tidak yakin dengan pembalasan yang indah itu, yang
telah Allah siapkan bagi orang-orang yang memang bersungguh-sungguh mengabdikan
diri hanya kepada-Nya. Dan surga SAMA SEKALI TIDAK LAYAK bagi mereka yang menjalani
hidupnya dengan leha-leha dan bermalas-malasan tanpa memperjuangkannya. Karena surga dibayar MAHAL oleh perjuangan, pengorbanan,
loyalitas, dan totalitas.
Bahkan
jika besok adalah hari kiamat dan di tangan kita ada sebutir biji yg akan kita
tanam, tanam lah (hadits nabi). Karena ukuran nilai diri kita di sisi Allah
bukan pada buah yang kita hasilkan. Namun bagaimana waktu yang Allah berikan pada
kita kita gunakan sebaik-baiknya dalam ibadah pada Allah, husnudzan pada Allah,
dan menebar sebanyak-banyak kemanfaatan bagi sesama.
Hidup
kita seperti permainan sepakbola. Kita tidak tau, apakah kita akan dimainkan
sampai peluit akhir pertandingan. Namun ketika kita sedang dimainkan, berlagalah
sebaik-baiknya laksana ksatria yang tengah berlaga. Pantang menyerah, bermain
sebaik mungkin dan terus berlari.. niscaya kita akan mendapat bayaran yg
tinggi, walau kita keluar lapangan sebelum peluit akhir berbunyi.