Hidayah itu rezeki. Seperti Nabi Muhammad yang didampingi Jibril dan Mikail saat Isra Mi'raj, ketika kita menghadiri sebuah majelis ilmu untuk berniat memahami ayat-ayat-Nya, Jibril berperan memberikan hidayah dan ilmu Allah itu kepada kita, dan Mikail pun turun memberikan rezeki berupa pemahaman dan keyakinan. Sehingga jelaslah bahwa sejatinya setiap hamba diperjalankan oleh Allah di dalam kehidupannya.
Rangkaian kejadian dalam hidup kita, bertemunya diri dengan ujian-ujian kehidupan, pertemuan demi pertemuan yang mungkin terkesan seperti sebuah 'kebetulan', itu semua adalah bukti keMahaBesaran Allah bahwa Allah adalah pengatur skenario terbaik bagi kehidupan kita, yang dengan itu Dia memberikan berbagai pelajaran hidup dan hikmah pada kita.
Dari yang dulunya tidak tahu apa-apa, Allah ajarkan melalui perantara-Nya. Dari yang dulunya berada dalam keburukan, Allah hantarkan menuju kebaikan. Dari yang dulunya kongkow kongkow tanpa tujuan, Allah tunjukkan teman-teman yang saling mengingatkan dan menguatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Dari yang dulunya jauh dari Allah, kini mendekat kepadaNya adalah sesuatu hal yang sangat dirindukan.
Bukankah indah, ketika menyadari bahwa Allah sudah terlampau baik pada diri kita? Bukankah bersyukur, ketika kita sudah dipilihkan Allah jalan hidup dan wadah terbaik untuk kita menumbuhkan benih-benih fitrah ketauhidan kita?
Maka kepada diri, jemputlah terus hidayah itu, seperti halnya rezeki yang perlu diupayakan.
Kepada orang lain, bagilah keindahan itu, agar keMahaBaikan Allah tidak hanya dirasakan oleh kita seorang.
Dan kepada Allah, berterima kasihlah, dengan sekuatnya mengupayakan syukur.
Selamat mengupayakan syukur terbaikmu hari ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar