Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!
Bagaimana kabarmu? Lama tak berkirim surat, rasanya kami rinduuu sekali. Sebelumnya kami mohon maaf jika jeda kemarin terasa begitu tiba-tiba untukmu. Ada beberapa hal yang harus kami tata ulang dan kami maknai kembali. Alhamdulillah, Allah membelajarkan banyak hal melalui proses jeda tersebut and here we are, kembali menyapamu dengan surat-surat cinta di setiap Senin, dengan sedikit penyesuaian. Jika sebelumnya setiap suratnya kami tulis berdua, mulai hari ini kami akan menulis bergantian di setiap pekannya.
Dan surat hari ini akan dimulai oleh saya, Husna. :)
***
Sedikit bercerita tentang kontemplasi saya di akhir tahun lalu, ternyata ada banyak sekali pembelajaran yang Allah berikan kepada saya di tahun 2019. Tahun 2019 menjadi tahun yang cukup banyak tekanan, namun di awal tahun ini saya baru menyadari bahwa berbagai macam tekanan itu Allah berikan bukan untuk membebani saya, tapi justru sebagai media Allah dalam menyiapkan saya menjadi pribadi yang lebih tangguh dan dewasa.
Tahun 2019 kemarin, saya membuat resolusi berdasarkan peran-peran yang saya miliki. Alih-alih berisi rentetan bucket list atau impian-impian yang ingin dicapai, saya lebih memilih untuk berusaha lebih optimal pada peran-peran yang saya miliki. Hal ini tentu saja bukan tanpa sebab. Jika kamu mengikuti Monday Love Letter dari awal tahun lalu, saya pernah menulis surat judulnya "Jika Tahun 2019 Menjadi Tahun Terakhirku" yang membuat target-target saya berubah drastis, dari yang asalnya ingin ini dan itu menjadi fokus pada perbaikan-perbaikan diri.
Jika membayangkan kematian ada di depan saya, saya jadi merenung panjang bahwa kita tidak akan ditanya tentang apa-apa yang belum kita miliki, tapi kita akan ditanya tentang apa-apa yang telah Dia beri. Sudah dipakai apa, sudah berbuat apa, dan sudahkah kita bersyukur akan itu.
Kelak di akhirat nanti, Allah tidak akan bertanya tentang pencapaian dunia kita. Allah tidak akan bertanya mengapa kita lebih tertinggal dari orang lain dalam banyaknya harta. Allah tidak akan bertanya mengapa kita tidak seterkenal orang lain. Bahkan ngerinya, bisa jadi apa-apa yang kita upayakan belum tentu bernilai di hadapan Allah. Kan sedih, udah capek-capek mengorbankan banyak hal, tapi di mata Allah tidak ada nilanya. :(
Dan bicara tentang peran, sebelum peran yang lain tersemat pada diri, peran yang paling pertama dan utama adalah peran kita sebagai hamba Allah. Maka sebetulnya yang PALING PERTAMA berhak atas resolusi dan target kita adalah Allah. Coba tengok lagi, adakah Allah dalam resolusi kita? Apakah kita sudah menjadi hamba yang lebih baik dari tahun lalu, atau justru kita dan Allah semakin jauh? Adakah rencana untuk mendekatkan koneksi kita dengan Allah dalam target-target kita?
Setelah itu, baru kita bicara tentang peran yang lain yg beririsan dengan manusia. Sudahkah kita menjalani peran sebagai anak dengan baik, sebagai kakak, sebagai adik, sebagai istri, sebagai ibu, sebagai tetangga, sebagai anggota masyarakat, sebagai profesi yg kita jalani, dan lain-lain. Sudahkah kita menjalani peran-peran itu dengan baik? Atau justru kita menjadi beban di keluarga, masyarakat, atau lingkungan pertemanan kita. Bukankah selain habluminallah juga ada habluminannas? Keduanya perlu seimbang dan profesional; sebagai hamba, juga sebagai khalifah-Nya.
Jangan sampai resolusi kita hanya tentang pencapaian-pencapaian dunia yang tujuannya untuk memuaskan diri kita sendiri. Tidak ada hubungannya dengan peran kehambaan kita, pun kekhalifahan kita. Semoga Allah melindungi kita agar tidak menjadikan hawa nafsu sebagai raja di hati.
Jika Allah menakdirkan kita meninggal di tahun ini, apakah pencapaian-pencapaian dunia itu yang akan Allah tanya? Tidak. Allah akan bertanya tentang amalmu, tentang waktumu, tentang seberapa baik engkau menjalani tugas kehambaanmu. Allah tidak akan bertanya tentang mengapa kamu belum punya rumah, belum punya mobil, belum menikah, belum naik jabatan, dan sebagainya.
Karenanya,, coba tengok lagi resolusimu. Semoga isinya adalah tentang bagaimana agar diri menjadi hamba yang lebih taat dan pribadi yang lebih bermanfaat. Jika ternyata tidak, masih belum terlambat kok untuk merevisinya :)
Semoga kita bisa menjadi hamba yang profesional, yang optimal di setiap peran, dan optimal menjalani tugas kehambaan. Barakallahu fiik..
Bagaimana denganmu? Apa saja resolusi atau targetmu di tahun ini? Apa saja hikmah yang kau dapatkan selama tahun 2019? Jika ingin berbagi, balas pesan ini ya. I would love to hear your story ;)
Your sister of Deen,
Husna Hanifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar