Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!
Hari ini, saya kembali melihat kalender hijriyah di aplikasi Qur'an yang saya miliki. Ternyata, mulai maghrib ini kita sudah masuk ke bulan Rajab. Masya Allah, rasanya baru kemarin Ramadhan bertamu dan kini ia akan hadir kembali dalam 2 bulan, insya Allah. Allahumma balighna Ramadhan.. Ya Allah, sampaikanlah kami pada Ramadhan.. Refleks, doa itu langsung saya pintakan kepada Allah. Bagaimana denganmu, tentu kamu juga merindukan hadirnya bulan Ramadhan bukan? Kita siapkan sejak sekarang yuk! :)
Entah kenapa, bagi saya persiapan Ramadhan kali ini terasa agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya saya merasa sangat excited, semangat, dan sangat menunggu-nunggu kehadirannya, kali ini, ada rasa yang lain yang juga saya rasakan, yaitu takut. Takut tidak cukup siap dan tidak cukup baik dalam menyambutnya. Bukan tanpa alasan, perasaan itu hadir sepertinya karena akhir-akhir ini saya merasa.. well.. sepertinya "kelelahan".
Rasanya, berbagai rutinitas mulai kehilangan maknanya tanpa saya sadari. Pekerjaan yang harus dikerjakan, amanah yang harus ditunaikan, masalah yang harus diselesaikan, tanpa sadar mulai memenuhi pikiran. Menghasilkan lelah yang tak terlihat, sebab bukan fisik yang lelah, tapi hati yang putus nyambung koneksinya dengan Allah karena kehilangan fokus. Kemudian bulan Rajab datang menyapa, mengingatkan bahwa Tamu Agung itu sebentar lagi hadir. Saya merasa senang, tapi masih terlalu sibuk dengan urusan yang ada. Apakah kamu pernah tahu rasanya kedatangan tamu penting di saat rumah atau kosanmu sedang berantakan? Pasti panik, bukan? Kurang lebih itu yang sedang saya rasakan saat ini.
"Ramadhan, maaf, kami masih sibuk dengan aktivitas kami. Kedatanganmu sering kali hanya kami jadikan ritual tahunan yang minim makna, kecuali mengubah jam makan, jam kerja, dan istirahat kami." adalah sebuah kalimat menohok yang ditulis oleh Ahmad Rifa'i Rif'an dalam bukunya Ramadhan, Maaf, Kami Masih Sibuk (bahkan judulnya saja sudah menohok). Untungnya, tamu itu bukan datang besok, tapi 2 bulan lagi. Semoga masih ada waktu untuk kita bersiap; menyuburkan kembali ibadah-ibadah ritual yang mungkin sudah lama kita tinggalkan, membuka kembali Al-Quran yang mungkin sudah lupa kapan terakhir kali kita membacanya, mengurangi distraksi yang kiranya membuat kita hilang fokus pada tugas utama kita, serta menjadwalkan diri untuk bermuhasabah --mengevaluasi bagaimana selama ini kinerja kita sebagai hambanya Allah.
"Latih otot-otot ibadah kita untuk menyambut Ramadhan," ucap guru saya beberapa hari lalu. Mengingat ibadah di bulan Ramadhan itu seperti marathon, nasihat itu ada benarnya juga. Maka ada baiknya jika dari sekarang kita mulai memangkas aktivitas yang tidak bermanfaat dan menambah slot-slot waktu untuk kita beribadah, belajar, menjemput ilmu, dan berbagai kegiatan bermanfaat yang lainnya.
Semoga kita semua dikuatkan agar bisa memimpin diri ini untuk senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah. Dan semoga Allah senantiasa membimbing dan menuntun kita menuju ketakwaan kepada-Nya.
Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'bana, wa balighna ramadhan.. Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.. Aamiin ya Rabbal 'Alamiin..
Yang juga sedang bersiap,
Your sister of Deen,
Husna Hanifah