Minggu, 06 Oktober 2013

bersama Tuhan

Ditengah kesibukan orang-orang, aku menyendiri dalam ruangan. Menumpahkan emosi dan pikiran ke dalam untaian kata yang kurangkai dalam tulisan. Hatiku berkata, ada ‘sesuatu’ hari ini. Tapi entah apa. Ada pembelajaran berarti hari ini. Tapi aku belum menyadari itu apa.

Ya Allah, sampai kapan akan begini, gelisah dalam belenggu yang kubuat sendiri..
Sampai kapan akan begini, pura-pura sedang dalam masa pencarian jati diri, namun di waktu yang sama menutup pintu hati saat Kau ketuk..
Sampai kapan akan begini, berbangga akan mimpi-mimpi, tapi membuat alasan-alasan dalam hati..
Sampai kapan?

Ada perasaan marah, pada diri yang tak mau diajak berkompromi.
Ada perasaan iba, pada diri yang terkungkung dengan alasan-alasan yang dibuatnya sendiri.
Ada perasaan kecewa, ketika semangat menggebu meraih mimpi namun tubuh menolak diajak beraksi.
Ada perasaan sedih, ketika pada suatu waktu semangat itu datang, kemudian esoknya berselimut lagi.
Dan perasaan lelah yang tak ada habisnya karena semua ini tak juga berakhir.

Hingga muncul pertanyaan teruntuk hati yang meringkuk, buta, menolak melihat kenyataan, “sebenarnya apa yang kau cari?”
Untuk sekian lama aku termenung meresapi pertanyaan itu. Mencoba mentransferkannya pada pikiranku, tapi pikiran itu diam. Kemudian mencari-cari jawabannya seperti mencari dokumen yang hilang namun tak juga tertemukan. Aku pernah menjawabnya, dan aku bisa menjawab itu, tapi seakan jawaban itu terkubur tanpa bisa kutemukan lagi.

Seketika hatiku menangis. Sudah berapa dalam aku jatuh?  Hingga rasanya segelap ini.. sehampa ini.. sesendiri ini..
Dan sudah berapa lama aku berada dalam lubang yang gelap ini? Tak mencobakah aku untuk keluar? Atau jangan-jangan merasa nyaman dalam kegelapan ini? Dalam keadaan dimana tak ada setitikpun cahaya sehingga kau tak lagi tahu dirimu siapa. Yakin merasa nyaman dengan kondisi seperti itu?

Hati ini lalu menangis lagi. Lalu aku harus kemana? Disini gelap sehingga aku tak temukan jalan keluar. Setitik cahaya itu, ada dimana?
Hatiku tiba-tiba bertanya, “Tunggu dulu. Memang siapa aku ini? Dan mengapa aku ada di tempat ini? Untuk apa aku disini?” Tak ada jawaban. Hening..
Entah sudah berapa lama aku melalui keheningan ini. Mataku terasa buta karena tak ada yang dapat kulihat. Telingaku terasa tuli karena tak ada sedikitpun suara yang dapat kudengar. Mulutku rasanya bisu, tak tahu harus bicara apa, tak tahu harus bicara pada siapa.
Ingin menangispun tak bisa. Rasanya air mataku tak dapat keluar sekalipun aku memaksanya untuk keluar. Hanya bisa merintih dalam hati, “keluarkan aku dari kegelapan ini..”

Dalam kelelahan hati yang sangat, aku melamun lagi dalam pikiranku yang kosong. Bahkan dalam pikiranku pun rasanya gelap, sama dengan sekelilingku yang gelap ini.
Dalam lamunan itu, tiba-tiba aku terperanjat. Ada sebuah suara. Suara yang lembut dan menenangkan..

Seketika hatiku merasakan ada harapan. Kutajamkan telingaku, mencoba mendengarnya lagi. Suara itu muncul lagi, kali ini terdengar lebih jelas. Sebuah kalimat yang membuatku merasa tenang luar biasa, “ada Aku disini..”
Tiga kata itu, rasanya membuat sensor kulitku menjadi peka karena merasa dipeluk, direngkuh, dijaga.. Perasaan apa ini? Ini adalah perasaan ternyaman semenjak aku berada dalam kegelapan ini..
Dengan hati-hati kuberanikan hatiku bertanya, “siapa...?” 
“Aku? Aku Tuhanmu..” begitu jawabnya. Keningku mengernyit. Tuhan?

Bersamaan dengan pertanyaanku, muncul setitik cahaya di kejauhan. Aku kemudian berdiri, berjalan mendekati cahaya itu.
Ternyata saat kudekati, cahaya itu makin besar, makin terang. Mataku bersinar memantulkan cahaya yang indah itu. Semakin aku mendekati cahaya itu, semakin tubuhku bermandikan cahaya. Hatiku serasa disiram air yang sangat segar. Aku tak pernah merasakan sensasi seperti ini sebelumnya..

Aku terus berjalan, meninggalkan kegelapan yang mengurungku sekian lama.
Ketika gelap itu lenyap, bibirku refleks menyunggingkan senyum. Menyadari sesuatu.
Ternyata Tuhan jawabannya..
Senyumku semakin lebar, lalu aku berlari. Meninggalkan kegelapan itu sejauh mungkin. Tak berniat untuk kembali ke sana.
Kini.. aku hanya ingin tinggal dalam cahaya ini.. bersama Tuhan..


*sebuah luapan perasaan ketika suatu waktu diri ini menghilang 
hingga sang hati berbisik, "ada Allah.." lalu aku menemukannya lagi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar