Setiap orang diberi jatah waktu. Yang namanya makhluk ya
begitu, akan ada saatnya ketika ia kembali tiada, karena yang kekal hanya
Penciptanya. Beberapa hari yang lalu, teman seangkatanku dipanggil oleh-Nya,
batas waktunya hidup di dunia telah habis. Kejadian ini membawaku ke dalam
renungan tentang kematian (lagi). Bahwa ternyata hidup bisa saja sesingkat itu.
Belum sempat mencari pekerjaan, belum sempat menikah, belum sempat meraih
mimpi-mimpi, bahkan usia pun belum sampai pada seperempat abad. Padahal yang
kebanyakan orang pikirkan saat ini mungkin hal-hal seperti itu. Pusing karena
belum dapat panggilan dari perusahaan yang dilamar, galau karena keinginan
menikah yang membuncah sementara belum dipertemukan dengan jodohnya, ada pula
yang sedang jatuh bangun mati-matian mewujudkan impian dan cita-citanya. Semua orang
sibuk dengan rencana masa depan mereka.
Terkadang aku pun terlalu sombong dengan menganggap bahwa
hidupku akan lama, terlalu percaya diri bahwa aku akan sempat melakukan banyak
hal yang aku inginkan. Padahal faktanya, bisa jadi kematian yang lebih dahulu
menjemput, dan rencana-rencana tersebut tidak sempat diwujudkan.
Bagaimana dengan rencana pulang ke kampung akhirat? Seserius apa kita merancangnya? Kita semua sedang menunggu giliran kematian kita. Sempatkah
terpikir, di giliran keberapa kita akan dipanggil oleh-Nya? Hari ini mungkin
giliran orang lain, tapi besok? Yakinkah bahwa besok jatah waktu kita masih
ada? Jangankan besok, detik setelah ini kita masih hidup pun tidak ada yang
bisa menjamin.
Mari, sama-sama menyiapkan diri menghadapinya. Karena bisa
jadi, tau-tau sudah tidak ada hari esok untuk kita..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar