Kamis, 16 September 2021

Kau Tetaplah Seorang Ibu

Sudah lebih dari 5 tahun. Tepatnya, 5 tahun 4 bulan.

Bukan waktu yang sebentar untuk sebuah penantian, namun juga bukan waktu yang lama untuk memutuskan berhenti berikhtiar. Entah berapa "tamu bulanan" telah terlalui, yang perlahan mengajariku bagaimana menata rasa kecewa saat kenyataan belum juga bertemu dengan harapan.

Dalam 5 tahun ini, kualihkan energi untuk fokus menumbuhkan diri. Kucurahkan jiwa keibuanku untuk menumbuhkan orang lain, sampai akhirnya aku jadi curiga..

Jangan-jangan tangki cinta yang aku punya, jauh lebih besar dari yang aku pikir. Jangan-jangan kasih sayangku kepada sesama, memiliki energi besar yang berpotensi meluaaas sekali. Jangan-jangan jiwa keibuan di dalam diriku, terlalu besar untuk hanya mengasuh dan membesarkan 2, 3, atau 4 orang anak. Jangan-jangan kapasitasku jauh lebih besar dari itu.

Mungkin karena potensi yang besar itu, Allah ingin membuatku mencintai dengan bebas. Allah ingin aku merdeka dalam mengekspresikan sayang. Allah ingin aku menyayangi sesama dengan lingkup yang seluas-luasnya, dengan anak-anak ideologis sebanyak-banyaknya, tanpa harus dibatasi bilangan 2, 3, atau lebih anak biologis..

Mungkin, jika saat ini aku diberikan anak biologis, cintaku akan terbatas, menyempit sebatas memikirkan dan mengurusinya saja, tak lagi punya banyak waktu untuk menumbuhkan anak-anak manusia lainnya. Sementara potensiku mengasihi dan mendidik, ternyata lebih besar dari itu.

Mungkin, ada hal-hal yang perlu diselesaikan terlebih dahulu, sebelum Dia menitipkan malaikat kecil-Nya di keluarga kecil kami. Persiapan, pendidikan dan bekal menjadi orangtua yang tak pernah kami tahu, yang menjadi kurikulum-Nya dalam mematangkan kedewasaan kami.

Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya, prasangka-prasangka baik yang berusaha kubangun untuk membesarkan hatiku.

Tulisan ini bukan untuk mengkerdilkan peran ibu-ibu yang memiliki anak-anak biologis tentu saja. Anak adalah sebuah amanah yang besar, dan syurga insya Allah telah menanti untuk mereka para ibu yang berusaha menjaga amanah-Nya dengan baik. Semoga Allah selalu memampukan dan menguatkan para ibu yang sedang berjuang dalam medan juangnya..

Tulisan ini adalah untukku. Hiburan dan penguat untuk diriku sendiri bahwa dalam masa penantian, tetap ada banyak hal yang bisa dilakukan dan dikaryakan untuk-Nya.

Amanah tetaplah amanah. Baik mereka yang lahir melalui rahimmu, maupun mereka yang hadir karena mewarisi buah pikirmu. Pada akhirnya, hamil ataupun tidak, aku tetaplah seorang ibu. Dan pada keduanya, ada pintu kemuliaan yang Dia sediakan untukku.

Walaupun, tak kupungkiri, sering ada perasaan rindu ingin memeluk buah hati dari rahimku sendiri. Ada jiwa keibuan yang tak bisa kutolak yang merindukan kehadiran bayi mungil di dalam keluarga kami. Namun seiring waktu, akhirnya aku mampu berbesar hati.

Tak apa, jika tidak di dunia, semoga kelak aku bisa menjadi ibu bagi anak-anak syurga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar