Rabu, 03 November 2021

Pantaskah Aku Disebut Muslim?

 *dikutip dari Monday Love Letter #144, yang kutulis untuk Sister of Deen 


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Kenapa ya rasanya kok waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin bulan berganti dari September ke Oktober, lalu sekarang sudah tanggal 11 saja, subhanallah.. Semoga seiring berjalannya waktu, bertambah pula amal sholeh kita dan semakin cukup bekal kita untuk menghadapi perjalanan menuju kampung akhirat. Aamiin Ya Rabb..

Belakangan ini, saya kembali belajar dan berusaha memaknai ulang tentang bagaimana seharusnya seorang muslim menjalani kehidupannya. Ternyata, Islam menjelaskan semuanya, lengkap. Dari mulai cara berpikir hingga pola tindak, dari bangun tidur hingga tidur lagi, dari interaksi dengan diri sendiri hingga interaksi dengan masyarakat, bagaimana menjalani peran yang ada, dan seterusnya. Semakin saya belajar, semakin ciut hati saya karena masih banyak sekali PR yang harus dikerjakan untuk bisa menjadi pribadi muslim yang ideal menurut Allah dan Rasul-Nya.

Seorang muslim adalah etalasenya Islam. Kalimat itu selalu terngiang di kepala saya. Saya yakin, kamu juga pasti pernah mendengarnya dari ceramah-ceramah di masjid atau di kajian-kajian keislaman. Dengan menjadi seorang muslim/muslimah, sadar maupun tak sadar, kita sebetulnya sedang mencitrakan Islam. Dan orang lain di luar sana, yang mungkin sedang belajar Islam, atau bahkan tidak mengenal Islam sama sekali, akan "melihat" Islam dari orang-orang muslim yang mereka lihat. Jika akhlak kita baik, maka indahlah Islam di mata mereka. Sebaliknya, jika kita menampilkan akhlak yang buruk, maka bisa jadi dapat tercoreng pula Islam di mata mereka.

So, it's time to reflect, sister. Apakah selama ini kita mencitrakan kebaikan atau keburukan terhadap agama kita sendiri? Semua dilihat dari bagaimana kita menjalani kehidupan kita sehari-hari. Apakah life style kita adalah life style-nya seorang muslim? Atau jangan-jangan kita malah terbawa arus tren dari Barat atau hype-nya Korea? Hmm..

Terlebih lagi, kita adalah seorang perempuan. Hijab yang kita kenakan adalah identitas keislaman yang semua orang bisa lihat dan kenali. Sadarkah bahwa sebagai perempuan yang diperintahkan Allah untuk berhijab, kita sedang diberikan peran penting oleh Allah untuk menampilkan citra Islam di mata dunia? Maka cara kita bertutur, cara kita bersikap, cara kita merespon sesuatu, cara kita menyelesaikan masalah, bahkan cara kita berpendapat, seharusnya sesuai dengan bagaimana Islam mengatur semuanya.

Menyadari hal tersebut, jujur pundak saya menjadi terasa agak berat. Rasanya seperti sedang dibebankan peran maha penting di pundak (hehehe sok penting banget ceunah), ditambah lagi ketika saya berkaca pada diri sendiri, duhhh rasanya jauh sekali dari profil muslim yang seharusnya. Ya masih belum sempurna ibadahnya, sholat kadang masih dientar-entar (ditunda-tunda maksudnya), masih banyak kekurangan menjalani peran sebagai istri-anak-menantu-kakak-kakak ipar-tetangga-dst, masih belum profesional kalo bermuamalah dengan orang lain, daaan lain-lainnyaa.. Takutnya malah makin mencoreng nama Islam ya kaaaan, hikss.

Tapi, inilah indahnya Islam. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk senantiasa menyeimbangkan antara rasa takut (khauf) dan rasa penuh harap (roja'). Jika kita terus minderan sebagai seorang muslim, lalu mau kapan mulai memperbaiki diri? Jika kita terus merasa tak pantas untuk mendapat surga, lalu mau kapan memulai mengumpulkan amal shalih untuk menutupi dosa-dosa yang telah lalu? Jika kita terus menerus merasa terbebani sebagai duta Islam, bagaimana Islam akan menyinari dunia jika para muslim dan muslimahnya tak percaya diri dalam menampilkan citra Islam?

Semoga kita semua dapat menyadari dan merasakan bahwa menjadi seorang muslim/muslimah adalah anugerah. Tidak semua orang Allah berikan hidayah dan diberikan nikmat iman dan islam. Di luaran sana, ada banyak orang yang masih terjebak dalam kejahiliyahan, kehilangan makna dan tujuan hidup, bahkan sama sekali tidak mengenal Islam and maybe they're suffering to find the truth, to find peace.

Bersyukurlah karena saat ini kita dikelilingi oleh informasi-informasi keislaman, begitu mudahnya mengakses kajian, dan diberikan kebebasan untuk beribadah. Hanya satu yang kita perlukan: KEMAUAN. Mau untuk belajar, mau untuk melangkahkan kaki ke majelis ilmu, dan yang paling penting mau mulai mengamalkan ilmu yang kita tahu. Menjalankan perintah-Nya tanpa kecuali, tanpa tapi, tanpa pilih-pilih.


Kita sama-sama ya, sister. Menjadi muslimah yang ideal memang akan membutuhkan waktu seumur hidup kita. Tapi Maha Baiknya Allah adalah Allah tidak pernah melihat hasil. Allah selalu melihat upaya kita, kesungguhan kita, dan kesabaran kita dalam menapaki jalan kebenaran ini. Semoga Allah mampukan kita untuk istiqomah. Aamiin.. :')

 

So, are you proud to be a muslimah?

Yes, I am.

 

Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar