***
Pernahkah kamu merasakan "haahhh today I don't feel like doing anything" di awal harimu? Susah beranjak dari kasur, leyeh-leyeh main gadget sementara banyak pekerjaan yang menanti untuk diselesaikan. Ah, kurasa semua orang pasti pernah begitu. Jika mengawali hari dengan bermalas-malasan seperti itu, yang biasanya terjadi adalah kemungkinan besar kamu memang tidak akan melakukan apa-apa hari itu, say bye to productive day. Bahkan terkadang kita membuat pemakluman kepada diri sendiri, "biarlah sekali-kali malas-malasan seharian, pekerjaan hari ini akan kukerjakan besok". Nyatanya, besok pekerjaan malah menumpuk dan kita jadi keburu malas mengerjakan serangkaian to do list yang bejibun. Hayooo siapa yang pernah begituu? Tenang, saja juga pernah kok. Hehe.
Tapi apakah jika manusia memang punya sifat malas, lantas kita memakluminya? Apakah setelah kita tahu betapa merugi orang yang menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna, kita tetap membiarkan 24 jam kita yang berharga berlalu begitu saja?
Pagi
tadi, untuk menghalau rasa malas saya bergegas wudhu dan melakukan shalat
Dhuha. Lalu sebuah ayat yang sangat saya hafal terlintas di kepala; wa minannaasi may-yasyrii nafsahubthighooa
mardhotillah, wallahu raufum bil 'ibaad.. Surat Al-Baqarah ayat 207 yang
artinya, "Dan diantara manusia ada yang
mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan Allah. Dan Allah Maha Penyantun
kepada hamba-hamba-Nya." Ayat ini tentu saja bukan sekedar kalimat
berita yang hanya perlu ditanggapi dengan "oohh begitu.." lalu
selesai, bukankah seharusnya kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah
saya yang termasuk kepada "diantara manusia" yang Allah sebutkan?
Jika redaksi katanya adalah minannaas,
maka berarti tidak semua manusia begitu, pada nyatanya hanya sebagian kecil
saja. Masukkah saya pada yang sebagian kecil itu?
Sebetulnya
semua manusia itu berkorban, bedanya adalah kepada apa dia berkorban. Ada yang
berkorban untuk Allah dan ada yang berkorban kepada selain Allah. Kita kuliah,
pasti banyak yang dikorbankan. Kita menikah, menjadi ibu, menggapai cita-cita,
berkarir, akan ada banyak sekali hal yang dikorbankan oleh manusia demi
tujuannya masing-masing. Pertanyaannya, itu semua untuk siapa? Jangan-jangan
itu semua kita lakukan hanya sekedar memenuhi ambisi atau keinginan pribadi
kita saja tanpa disambungkan kepada Allah atau kepada cita-cita akhirat kita.
Kita bekerja siang malam, demi mewujudkan hal-hal yang mungkin hanya sampai
pada sebatas tujuan duniawi saja. Jika untuk hal yang bersifat duniawi kita
bisa mengorbankan banyak hal, apakah untuk Allah usaha kita juga sebesar itu?
Hmm..
Jadi kalau dipikir-pikir, sebetulnya orang malas itu tidak ada, ya? Semua orang
pasti sibuk beraktivitas, menghabiskan 24 jam yang sama, yang membedakan adalah
apakah aktivitasmu itu untuk Allah atau selain Allah? Jika kita bisa
menghabiskan malam untuk mengerjakan tugas dari dosen, seharusnya kita juga
bisa bangun di malam hari untuk shalat tahajud. Jika kita punya waktu untuk
menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling di sosial media, seharusnya kita
juga bisa menyediakan waktu untuk membaca quran. Jika kita sampai rela menabung
berbulan-bulan untuk bisa membeli gadget baru, kita juga seharusnya bisa
menabung untuk berinfak atau berqurban. Hanya kita yang bisa menilai diri kita
sendiri, sebenarnya selama ini saya sibuk menghabiskan waktu saya, untuk
(si)apa?
Tulisan
ini juga untuk diri saya sendiri. Saya pun sedang berlatih sedikit demi sedikit
untuk memindahkan orientasi dunia saya kepada orientasi akhirat sepenuhnya.
Tidak mudah memang, karena kita cenderung dibiasakan oleh lingkungan dan oleh
stereotype yang berlaku di masyarakat bahwa punya harta banyak, punya jabatan
tinggi, bisa menikah muda, atau menjadi terkenal itu keren. Seakan ridhonya Allah tidak lebih berharga dari itu semua.
Hati-hati ah, kalau sudah begini, bisa-bisa kita tanpa sadar mengecilkan nilai
dari keridhoan Allah itu sendiri sehingga merasa berat untuk berkorban dan
merasa tidak worth it untuk kita jadikan
tujuan. Ngeri.
Lho, kok
dari malas jadi nyambung ke berkorban untuk Allah ya? Saya juga sempat heran
kenapa ayat itu yang terpikir ketika saya sedang malas pagi tadi. Ternyata
memang nyambung kok. Ingat, malas itu tidak ada.
Jika saya merasa malas, sebenarnya saya bukan sedang malas, tapi kesibukan saya
sedang bukan kepada Allah. Astagfirullah.
Alhamdulillah.
Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca surat yang sebetulnya
lebih tepat untuk ditujukan kepada diri sendiri ini. Selamat menjalani sisa
hari Seninmu dan hari-hari berikutnya dengan lebih produktif, semoga kita
termasuk satu dari sebagian manusia yang mengorbankan diri untuk keridhoan
Allah. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar