Senin, 06 Agustus 2018

Monday Love Letter #3 - Why You Should Be Grateful

Assalamu'alaikum sisters fillah :)

Kamu mungkin masih ingat, minggu lalu saya menulis tentang produktivitas, lalu terjadilah satu minggu yang tiba-tiba penuh dengan agenda. Seakan Allah ingin memvalidasi pernyataan saya Senin lalu. Nah lho, dengan agenda sebanyak ini, bisa nggak ngatur waktunya? Bisa nggak lawan malasnya? Hehe. Alhamdulillah semuanya terlewati dengan lancar, tentunya tidak lepas dari pertolongan Allah juga :)

Setiap kali saya berhasil melakukan sesuatu atau ketika sedang merenungi tentang apa saja yang sudah saya lakukan hari itu, saya selalu merasa bahwa Allah sangat baik. Terlalu baik malah, sampai-sampai saya sering bertanya-tanya, pantaskah saya menerima begitu banyak kebaikan dari Allah ini. Ketika saya meminta sesuatu, lalu Allah kabulkan. Ketika doa saya belum diperkenankan oleh-Nya, ternyata saya mendapat sesuatu yang lebih baik dari apa yang saya pintakan itu. Ketika saya berusaha dengan ikhtiar yang seadanya, Allah beri hasil yang banyak sekali, lengkap dengan bonusnya! Banyak sekali kejadian-kejadian dalam hidup yang membuatku semakin membenarkan bahwa Allah memang Maha Baik, seperti bunyi ayat pertama dalam surat pembuka dalam al-Quran, bahwa Allah itu; Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Kamu mungkin pernah bertemu banyak orang baik di dunia ini. Entah itu keluargamu, sahabatmu, bahkan sekedar orang asing yang tak sengaja bertemu denganmu di jalan. Di dunia ini memang selalu saja ada orang-orang baik dengan hati yang tulus, tak segan memberi dan tak berharap dibalas. Bayangkan jika setiap hari kita didatangi orang seperti itu, mencurahkan kebaikan yang tanpa henti kepada kita, apa rasanya? Awal-awal mungkin kita sangat berterima kasih, lama-lama jadi merasa nggak enak karena dia terlalu baik. Hehe, lucu ya manusia, bisa merasa nggak enakan sama orang yang terlalu baik.

Biasanya hal ini terjadi jika kita ada di posisi "sering menerima" sehingga muncullah perasaan tidak enak karena kita merasa kurang cukup membalas kebaikannya. Begitu pula dengan menerima terlalu banyak. Bayangkan saja jika kita melakukan pekerjaan yang upahnya hanya setara dengan dengan seratus ribu rupiah, tapi kita dibayar dengan uang satu juta, bukankan respon normal orang kebanyakan adalah tercengang dan menolak terlebih dulu? Kenapa? Karena kita sadar bahwa pekerjaan kita tidak layak untuk dibayar sebesar itu.

Nah! Allah jauuuuh lebih baik daripada orang baik yang ada di belahan bumi manapun! Tentu kalian setuju bahwa Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang sangaaat banyak. Tidak usah jauh-jauh melihat harta benda yang kita miliki. Kita sedang diam seperti saat inipun, sudah banyak sekali nikmat Allah yang bisa kita sebutkan. Pernahkah kita meminta oksigen kepada Allah agar kita bisa bernafas? Pernahkah kita memantau setiap degup jantung dan aliran darah di tubuh kita? Pernahkah kita membayangkan seandainya mata kita tidak bisa berkedip, atau sistem percernaan kita terganggu, atau kulit kita tidak memiliki kemampuan menutup luka dengan sendirinya? Begitulah Maha Baiknya Allah, nikmatnya senantiasa tercurah tanpa henti, baik yang kita minta, maupun yang tidak kita minta. Sadarkah kita?

"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." -QS. An-Nahl (16) : 18

Coba pikirkan, bagaimana jika kita diharuskan membalas semua kebaikan dari Allah, sanggupkah? Bagaimana jika kita harus membayar nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita, mampukah? Menghitungnya saja tidak mampu, apalagi membalasnya. Lantas, adakah sedikitnya rasa malu kita terhadap Allah? Pernahkah kita merasa "nggak enak" kepada Allah sementara kita sudah begitu banyak menikmati berbagai rezeki dan fasilitas yang Allah berikan. Kita telah menerima banyak, tapi hanya bisa membalas sedikit, bahkan lebih parah dari itu-- kita selalu saja merasa kurang.

Meningkatkan syukur adalah PR besar kita. Syukur yang tidak sekedar ucapan hamdallah, tapi menjelma dalam langkah. Syukur yang bukan sebatas di hati, melainkan sampai menjadi amal dan ketaatan. Bukankah Allah tidak meminta banyak dari kita selain agar kita hidup dalam taat dan mau diatur dengan aturan-Nya.. Maka tidak bisakah kita menjadi seorang hamba yang taat sebagai wujud syukur dan terima kasih kita kepada-Nya?

Dan yang lebih luar biasa lagi adalah, ketika kita berpegang teguh pada ketaatan kepada-Nya, Allah kelak akan hadiahkan surga untuk kita. Wujud syukur yang kita niatkan untuk membalas kebaikan Allah, malah Allah balas lagi dengan nikmat yang tak terhitung besarnya. Lihatlah, betapa Allah Maha Pengasih dan Penyayang! :')

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" -QS. Ibrahim (14): 7

Mari kita sama-sama mengupayakan syukur terbaik kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar