Suatu malam, suami tiba-tiba ngomong dari balik gorden.
"Neng, mau kopi ngga"
"Mau"
"Grabfud mau?"
"Mau"
"Yaudah sini atuh"
"Hah?" aku ngga mudeng
"Siniii"
"Ngapaiin?" si gue mager karena lagi rebahan sambil main henpon
"Sini pegang kaki aa"
Itu GRAB FOOT woooy -___-
Sabtu, 30 November 2019
Selasa, 19 November 2019
Monday Love Letter - Jeda
|
|
Selasa, 12 November 2019
Sang Maha Romantis yang Senang Disebut Nama-Nya
Malam ini, nggak sengaja buka OneNote di laptop. Disitu ada Page judulnya 'Books to Buy'. Isinya wishlist buku-buku yang aku pengen. Banyak banget, berderet. Ada lebih dari 20 judul buku yang aku tulis disitu.
Deretan judul buku yang ingin aku miliki itu, pertama kali aku tulis di tanggal 16 Desember 2018. Masih inget banget, bikin wishlist itu karena saat itu lagi banyak buku bagus yang aku ingin beli tapi uang aku nggak cukup untuk beli semuanya. Awalnya cuma 4 buku, yang kalau ditotal sekitar 500ribuan. Sayang aja gitu kan, duit segitu keluar buat beli buku sementara keperluan rumah tangga juga kan banyak. Ternyata setelah aku list semua buku yang ingin kubeli, malah nambah totalnya jadi 20-an buku.
Di titik itu, bisa apa lagi aku, selain minta sama Allah. Iseng-iseng, di sebelah deretan wishlist bukuku itu, aku nulis:
Yaa Wahhab yang Maha
Memberi,,
Yaa Razzaq yang Maha
Memberi Rezeki,,
Yaa Fattaah yang
Maha Pembuka,,
Yaa Mujiib yang Maha
Memperkenankan,,
Yaa Barru yang Maha
Dermawan,,
Yaa Ghaniyy yang
Maha Kaya,,
Yaa Mughniiy yang
Maha Mencukupi..
Pengen beli buku ya
Allaaaah :''''')
Pengen gitu kalau
mau beli buku teh nggak usah mikir XD :''')
Berdoa sambil menyelipkan nama-nama Allah yang kira-kira nyambung sama keinginanku untuk dilapangkan hartanya, simply karena ingin bebas buat beli buku tanpa mikir :')
Receh banget emang keinginannya, tapi waktu itu tuh beneran sepengen ituu! XD
Lalu hari ini, hampir setahun setelahnya, aku baru ngeh kalau 6 buku diantaranya udah kebeli.. Dan otw 3 buku lagi juga sudah masuk rencana akan dibeli bulan depan (karena bulan november ini aku udah beli 4 buku, haha).
Jadi, kalau dipikir-pikir, Allah ternyata beneran ngabulin keinginan aku ituuu! Entah bagaimana, pelan tapi pasti, pintu-pintu rezeki tiba-tiba pada kebuka aja gitu satu-satu. Sampai-sampai aku bisa nggak mikir untuk beli minimal 2 buku setiap bulannya. Uang bulanan yang awalnya harus aku irit-irit dan harus bener-bener ngatur cashflow, sekarang jadi sangat lebih dari cukup.
Mungkin, itu salah satu keajaiban Asma'ul Husna. Seorang guru pernah bilang, kalau minta sesuatu itu, "panggil" Allah-nya. Sebut nama-Nya. Kalau ingin diberi rezeki, panggil Allah-nya Yaa Razzaq.. Ingin dipermudah urusan, sebut Yaa Fattaah.. Jadi aku aplikasikan deh.
Manusia aja senang kalau diingat dan disebut namanya. Mungkin Allah juga begitu. Akan lebih ngena kalau kita berdoa sambil menyebut nama-nama Allah. Konon, para Nabi juga ketika berdoa sering menyebut nama Allah didalam doanya.
Malam ini, aku merasa bersyukur sekali karena ternyata diam-diam Ia mengabulkan doaku yang bahkan aku sudah lupa pernah meminta hal itu pada-Nya. Emang Maha Romantis Allah tuuh :')
Malam ini, dengan segala kerendahan hati, aku kembali membuka deretan nama-Nya yang tertulis dalam mushaf Quran milikku. Aku tulis lagi nama-Nya satu per satu. Kali ini bukan tentang buku. Tapi tentang harapanku yang lain, tentang satu doaku yang masih Ia tahan. Berbeda dengan doa-doa yang selama ini kupanjatkan, kali ini, aku meminta dengan menyebut beberapa nama-Nya..
Yaa Rahmaan Yang
Maha Pengasih,,
Yaa Rahiim Yang Maha
Penyayang,,
Yaa Qudduus Yang
Maha Suci,,
Yaa Muhaimin Yang
Maha Memelihara,,
Yaa Jabbaar Yang
Maha Kuasa,,
Yaa Mutakabbir Yang
Maha Memiliki Kebesaran,,
Yaa Khaliiq Yang
Maha Pencipta,,
Yaa Baari' Yang Maha
Mengadakan,,
Yaa Mushawwir Yang
Maha Membuat Bentuk,,
Yaa Samii' Yang Maha
Mendengar,,
Yaa Wahhaab Yang
Maha Pemberi,,
Yaa Mujiib yang Maha
Memperkenankan,,
Yaa Waarits Yang
Maha Mewarisi,,
Ya Allah, izinkan
aku menjadi seorang ibu..
Senin, 11 November 2019
Sakit
Suatu hari, aku sakit flu dan demam.
Aku: Aa, aku sakit nih.
Suami: *pegang dahi dan tangan buat ngecek suhu* ih iya, panas neng badannya..
Aku: *pasang muka tak berdaya*
Suami: Sini sini tangannya ke punggung Aa-in neng, enak anget..
Aku: -____-
Aku: Aa, aku sakit nih.
Suami: *pegang dahi dan tangan buat ngecek suhu* ih iya, panas neng badannya..
Aku: *pasang muka tak berdaya*
Suami: Sini sini tangannya ke punggung Aa-in neng, enak anget..
Aku: -____-
Monday Love Letter #66: Stress-Free, Mungkinkah?
Assalamu’alaikum
warahmatullah wabarakatuh, sister!
Ada candu pada
setiap kesempatan menulis surat untukmu. Candu itu berisi kerinduan, semangat
untuk menceritakan hal-hal baru terkait kehidupan, juga tentunya kesempatan
terbaik untuk terlebih dahulu menasehati diri sendiri sebelum menasehati orang
lain. Jika misalnya suatu hari nanti surat ini terhenti dan berjeda, akankah
kita sama-sama bersedia untuk menukar rindu dengan selaksa doa-doa?
Bagaimana kabar
hatimu hari ini? Kami dengar, katanya kamu sedang merasa seperti berada di
tengah-tengah keriuhan, ya? Mungkin, rasanya seperti seseorang yang berjalan
dengan tenang menyusuri labirin-labirin, namun ternyata bertemu dengan sebuah
pagelaran orkestra yang, alih-alih terdengar syahdu dan memanjakan telinga,
suara-suaranya malah bising dan memekakkan telinga. Atau, seperti tidurmu
terganggu oleh suara-suara petasan dan kembang api pada malam tahun baru. Ah,
riuh sekali! Seperti ingin pulang saja, namun entah kemana. Bukankah begitu?
Sisterku sayang,
bolehkah aku memelukmu dulu sebentar? Dalam pelukan itu, aku ingin membisikkan
sesuatu, bahwa dunia ini memang sedemikian riuhnya. Betapa tidak, bukankah
dunia memang didesain sebagai ruang kelas raksasa dimana kita diuji untuk
membuktikan keimanan kita kepada-Nya? Maka, wajar kiranya jika ia terasa riuh,
sebab, diantara keriuhan itu kita sedang diminta berjuang melewati halangan dan
rintangan, bertahan meski banyak hal terasa menyesakkan, bergantung pada
sebaik-baik sandaran, dan tentunya menjadikan semua keriuhan itu sebagai ladang
subur untuk kita memanen sebaik-baik bekal kepulangan.
“Apakah manusia
mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah
beriman” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang
sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti
mengetahui orang-orang yang dusta.” – QS. Al-Ankabut : 2-3
Mendapat ujian
adalah sebuah keniscayaan, kita jelas tak punya kuasa untuk menangguhkan atau
berlari dari padanya. Apapun bisa terjadi tanpa kita duga, seringnya bahkan
yang tak kita suka, hingga mungkin terbersit di benak kita, “Allah, belum
cukupkah Engkau mengujiku dengan yang sebelum-sebelumnya? Kali ini, benarkah
Engkau memintaku untuk berjuang lagi? Rasanya, energiku bagaikan sudah habis,
aku harus bagaimana lagi?”
Stress! Mungkin
itulah satu kata yang tepat untuk menggambarkan hari-hari kita belakangan ini.
Selayaknya manusia, tak pernah ada yang merasa nyaman dengan kondisi itu.
Inginnya segera terbebas, terlepas, melesat landas pada apa yang kita kira
kebahagiaan. Bukankah begitu? Namun, sayangnya, hidup tanpa masalah itu adalah
sebuah kemustahilan. Stress-free itu tidak mungkin terjadi selama kita masih
hidup di dunia. Baik itu kebahagiaan atau kesedihan, keduanya sama-sama bentuk
ujian yang harus kita menangkan dengan cara menjawabnya dengan sebaik-baik
jawaban.
Kabar baiknya,
stress jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda adalah rahmat bagi kita.
Sebab, tanpa stress kita tidak belajar dan tidak punya ladang subur untuk
mendulang pahala kesabaran. Jika kondisi kita selalu baik-baik saja, bagaimana
kita menumbuhkan harap kepada Allah? Jika kita selalu bahagia, bagaimana rasa
takut kepada Allah bisa hadir di hati kita? Jika semua yang kita inginkan
dengan mudah kita dapatkan, bagaimana kita belajar makna berjuang?
“Dan Kami pasti akan
menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillahi
wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami
kembali).” – QS. Al-Baqarah : 155-156
Ketika stress
datang, semoga kita menerimanya dengan lapang, agar tak lama berpaku tangan dan
langsung bergegas kembali pada satu-satunya sumber harapan: Allah. Semangat,
sister! Semoga Allah memudahkan apapun yang sedang diperjuangkan, melapangkan
apapun yang sedang menyulitkan, dan memberkahimu dengan petunjuk-Nya untuk
selalu kembali “pulang.” Baarakallahu fiik.
Your sister of Deen,
Novie Ocktaviane
Mufti dan Husna Hanifah
Langganan:
Postingan (Atom)