Senin, 07 November 2022

Di Detik yang Terakhir

 *dikutip dari Monday Love Letter #178, yang kutulis untuk Sister of Deen


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Saat sedang memulai menulis surat ini, sejujurnya saya sedang tidak ingin menulis. Otak saya masih berusaha mencerna untuk menemukan pesan apa yang sebetulnya ingin Allah sampaikan atas banyak hal yang terjadi sepekan ke belakang. Awal pekan lalu, dalam berbagai refleksi diri di waktu-waktu menjelang akhir tahun 2022 ini, saya menyadari satu hal bahwa di tahun ini Allah banyak mengingatkan saya perihal kematian. Ada banyak berita kematian selama setahun ini dari mulai sahabat, keluarga, sampai orang yang tidak saya kenal namun ada kesan baik atas kematiannya.

Dan dalam satu pekan ke belakang, pendidikan yang sedang Allah berikan untuk saya, mungkin tema besarnya adalah kematian. Di hari Selasa lalu, takdir membawa saya pada sebuah pelatihan pemuliaan jenazah, yang mana saya tidak menjadwalkan untuk berada di forum tersebut, tetapi skenario Allah seakan menggiring untuk saya berada di sana. Selain untuk menjadi supir yang mengantarkan pemateri, saya juga ditunjuk untuk menjadi operator yang mengoperasikan laptop. Saya dengarkan materinya dan saya saksikan proses demi proses simulasi pemuliaan jenazah (yang diperagakan oleh manekin) dari mulai mentalkinkan, memandikan, mengafani, hingga menyolatkan. Dan kau tahu apa yang terjadi setelah itu, sister? Baru saja seluruh materi selesai disampaikan, muncul notifikasi di HP saya yang memberitakan bahwa uwa saya atau kakak ipar dari ibu saya, meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.. Ya Allah, baru aja membicarakan kematian, langsung dapat berita kematian.

Tidak sampai di situ, di hari Sabtu malam, ibu dari sahabat saya juga berpulang ke rahmatullah. Saat saya takziyah ke rumah duka, jenazahnya sedang dimandikan oleh keluarga. Dan saat sudah masuk proses mengkafani, saya dipersilakan masuk ke dalam rumah untuk menyaksikan. Perasaan saya campur aduk ketika itu. Baru Selasa lalu saya menyaksikan manekin dikafani, malam itu saya melihat langsung jenazah yang sedang dikafankan. Ya Allah, betapa kematian itu begitu dekat.. :''''

Dan berita-berita internasional yang viral memberitakan kematian massal di berbagai belahan dunia, yang mungkin kamu juga mengetahuinya. Kita semua seakan sedang diberi pesan yang sama oleh Allah untuk kembali menyadari dan memahami kembali makna innalillahi wa inna ilaihi rajiu'un. Bahwa semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka kematian adalah hal yang pasti datang kepada setiap yang bernyawa.

"Teh, dulu aku denger berita kematian tuh jauh, tapi semakin ke sini, berita kematian datang dari orang-orang yang dekat.." ucap salah seorang sahabat saya saat kemarin kami sedang bertakziyah. Saya sangat amat setuju dengan pernyataannya. Bahkan, kalimat serupa juga disampaikan oleh pemateri yang beberapa hari lalu mengisi pelatihan pemuliaan jenazah. Semakin bertambah usia, berita kematian semakin sering kita dengar. Dari orang-orang dekat, dari keluarga sendiri, dan pasti akan tiba saatnya suatu hari kita juga akan meninggalkan dunia ini.

Bagaimana tidak overthinking? Berita kematian selalu memberi pesan terbaik sekaligus tamparan keras bagi kita (terutama saya) yang masih sering terlena dengan kesenangan dunia. Seiring dengan banyaknya dan seringnya kita mendengar berita kematian, rasanya keterlaluan ya kalau kita masih saja bermalas-malasan untuk beramal sholeh? Jika sudah banyak orang-orang di sekitar kita yang sudah lebih dulu menghadap kepada-Nya, bukankah bisa jadi giliran kita akan tiba sebentar lagi? Maka apa yang sudah kita siapkan untuk menyambut kematian terbaik?

Di satu sisi, saya takut dan amat khawatir. Rasanya, mau berapa kalipun berkaca, amal sebanyak apapun yang diri ini lakukan sepertinya tidak akan pernah cukup untuk bisa membeli surga. Tapi Allah tentu tidak menghendaki kita untuk berputus asa dari rahmat-Nya. Di sisi lain, saya merasa cukup lega dan bersyukur saat mendengar bahwa orang-orang yang saya kenal yang berpulang di tahun ini, mereka meninggal dalam keadaan yang baik.

Mertua dari sahabat saya, meninggal dalam keadaan sedang mengisi ceramah subuh di bulan Ramadhan lalu. Sahabat saya sewaktu kuliah, meninggal dalam keadaan sakit kanker, namun masyaallah, Allah memanggilnya bukan sedang dalam kondisi kritis. Melainkan dalam keadaan tidur, setelah sebelumnya telah menunaikan shalat tahajud terlebih dahulu. Ibu dari sahabat saya, alhamdulillah sempat mengucap laa ilaha illallah saat sedang ditalkinkan. Semoga mereka semua husnul khatimah dan ditempatkan di tempat yang mulia di sisi Allah. Aamiin.

Lalu ada pula berita yang sempat ramai menghiasi social media saya di tahun ini, yaitu meninggalnya salah seorang ustadzah saat sedang memimpin pengajian. Dan juga meninggalnya salah seorang mualaf mantan pastur, yang ternyata kondisi mayatnya saat dimandikan bersih tanpa kotoran, jenazahnya wangi, banyak sekali yang menyolatkan, banyak sekali yang mendoakan.

Saya iriiii sekali pada orang-orang yang 'dijemput' oleh Allah dalam keadaan yang baik, keadaan hidup yang lurus, dalam keadaan membawa segunung 'prestasi' yang membanggakan di hadapan Allah. Berita-berita seperti itu, seperti menumbuhkan harapan untuk saya bahwa husnul khatimah is actually reachable. Selama kita mencita-citakan itu, tulus minta sama Allah dan senantiasa mengupayakannya, insyaallah Allah akan mengabulkannya.


Sejalan dengan sebuah hadits yang pernah saya baca, "Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan tulus (benar), niscaya Allah akan menyampaikannya ke derajat orang-orang yang mati syahid meskipun ia mati di atas tempat tidurnya." -HR Muslim.

Dan itulah yang saya lakukan. Diam-diam, walau sambil menahan malu kepada Allah karena diri ini masih banyak memiliki kehinaan, saya selalu berharap agar kelak saat saya dipanggil pulang oleh-Nya, saya bisa 'dijemput' dalam keadaan yang baik, dalam keadaan hidup yang lurus, dalam keadaan sedang beribadah dan berjuang untuk-Nya. Aamiin.. :")

Semoga saya dan kamu yang membaca surat ini, diberi hadiah terbaik dari Allah di detik-detik terakhir waktu kita di dunia, yakni kematian yang husnul khatimah dan digolongkan bersama orang-orang yang mati syahid. Aamiin yaa Rabbal 'Alamiin..

 

Your sister of Deen,
Husna Hanifah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar