Senin, 13 Agustus 2018

Monday Love Letter #4 - Hidup kayak Air Mengalir? Bisa sih, tapi...


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.. Alhamdulillah bertemu lagi dengan hari Senin setelah melewati satu pekan yang -bagi saya sih- sepekan kemarin berjalan cepat sekali. Apakah kamu merasakannya juga? :)

Anyway, sudah 2 bulan ini saya sedang membiasakan diri lagi untuk membuat buku jurnal harian, yaitu sebuah buku khusus yang berisi aktivitas sehari-hari beserta serangkaian to do list-nya. Tujuannya agar saya bisa "melihat" sudah sejauh apa perkembangan diri saya selama sepekan, sebulan, bahkan setahun. Memiliki jurnal harian membuatku bisa mengukur produktivitas selama sepekan; sudah melakukan apa, sudah bisa apa saja, target mana yang sudah tercapai, besok harus melakukan apa, dsb. Dan tentu saja, dengan cara ini  akan lebih mudah mengevaluasi diri di setiap minggunya karena progresnya terlihat dan bisa diukur.

Memiliki jurnal harian juga menjadi sarana pribadiku untuk lebih bersyukur. Begitu terasa Ke-MahaBaik-an Allah karena masih memberikan kesempatan untuk bertumbuh dan beramal shaleh. Selain itu, saya juga jadi lebih menghargai waktu. Bukankah dari setiap tanggal di kalender yang bergerak maju, menunjukkan bahwa setiap hari jatah hidup kita berkurang? Setiap kali kita bernafas, bukankah kita baru saja menggunakan jatah sedetik waktu kita, tanpa kita tahu berapa detik waktu lagi yang menjadi jatah kita. Ya, setiap orang diberi jatah waktu oleh Allah, sudah bijakkah kita menggunakannya?

"Kenapa sih kok kayaknya hidup harus seribet itu? Harus susah-susah bikin target, harus repot-repot evaluasi, kayaknya menjalani hidup seperti biasa pun hidup saya fine-fine aja tuh. Kayak air mengalir ajalah hidup mah.." Hehe, adakah yang berpikiran begitu? Memang sih, kita bisa saja hidup walau tanpa tujuan. Sekolah, kuliah, lalu lulus. Mencari uang lalu menghabiskannya. Bekerja, menikah lalu menikmati hidup hingga tua. Bisa saja. Tapi apakah hidup kita jadi bermakna?

Hal itu sama saja seperti kita mengendarai mobil, tapi langsung jalan tanpa tujuan. Bodo amat mau kemana deh, yang penting jalan. Bisa jalan mobilnya? Bisa sih, tapi nggak jelas kemananya. Yang ada malah ngabisin energi dan ngabisin bensin. Bisa juga malah nyasar. Kan sayang energinya, sayang waktunya, sayang bensinnya. Dipakai, habis, tapi tidak membawa kemana-mana.

Hidup pun begitu. Tanpa tujuan, kita hanya akan menghabiskan energi kita, waktu kita, materi kita, untuk sesuatu yang tidak membawa kita kemana-mana dan tidak menjadi siapa-siapa. Merasa sudah berjalan jauh padahal kaki kita masih berada dibelakang garis start. Rugi atau rugi banget?

So, penting ya ternyata untuk menentukan tujuan? Jika kita naik mobil dengan tujuan jadinya akan terukur, berapa kilo sih jaraknya? Butuh bensin berapa liter ya? Harus ke rest area atau nggak? Perlu siapin uang berapa? Semuanya akan jadi efektif dan efisien karena kita menghabiskan uang, waktu, dan tenaga untuk sesuatu yang jelas. Hidup pun begitu, kawan. Kita tidak bisa sekedar menggunakan jatah waktu kita tanpa kita tahu kita mau kemana, hidup kita untuk apa, mau mencapai apa.

"Baiklah, mulai saat ini saya akan membuat tujuan hidup saya! Saya akan jadi orang sukses, jadi orang kaya, jadi terkenal, keliling dunia, dan sebagainya." Eits, tunggu dulu. Menentukan tujuan memang penting, tapi jangan asal. Mulailah dari bertanya mengapa kita hidup. Bukankah Allah menciptakan kita dengan tujuan? Maka selaraskanlah tujuan kita dengan tujuan Dia yang menciptakan. Allah Yang Menghidupkan dan Mematikan kita, masa' kita hidup semau kita sih? Da kita mah apa atuh, ibarat debu yang dibelah triliyunan kali. Cuma seorang hamba, lemah pula. Ga akan bisa hidup kalo nggak diatur sama Allah!

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku" 
(QS. Adz-Dzariyat (51) : 56))

Nah, ketika kita sudah menemukan tujuan Allah menciptakan kita, maka hiduplah dengan tujuan itu. Dengan memegang tujuan bahwa hidup kita adalah untuk beribadah, akan mudah bagi kita untuk mengukur diri. Sudah belum aktivitas kita ditujukan untuk dan kepada Allah? Kita nggak akan rungsing sama distraksi dari lingkungan. Diajak ini hayu, diajak itu hayu. Nggak akan pusing sama pencapaian orang. Orang punya ini, mau. Orang punya itu, pengen. Orang bisa ini itu, galau. Jelas lah, karena kita nggak fokus sama apa yang menjadi tujuan kita. Malah sibuk sama perjalanan orang lain dan mengabaikan perjalanan hidup kita sendiri.

Ingat, ladies. Waktu kita terbatas. Jangan habiskan waktu kita dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan kita. Itu sama saja seperti menghabiskan bensin ke tempat yang bukan menjadi destinasi kita. Lebar ih da bensin teh sekarang mahal.. Hehe bercanda. Intinya, gunakanlah jatah waktu kita dengan bijak, efektif dan efisien sesuai dengan tujuan Allah menciptakan kita. Jangan tergiur dengan pencapaian orang lain karena kita tidak sedang berkompetisi dengan orang lain, tapi dengan diri kita sendiri. Dan jangan lupa kumpulkan bekal untuk kembali "pulang". Kita di dunia cuma transit, sist.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar