Senin, 25 Februari 2019

Monday Love Letter #29 - Belajar dari Air

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, my sister of Deen! Bagaimana hari Seninmu, menyenangkan? Bandung hari ini diguyur hujan cukup lama. Dan saya alhamdulillah dapat jatah "libur" setelah sepekan kemarin menjalani aktivitas yang lumayan padat. Alhamdulillah, hari ini dapat jatah quality time sama diri sendiri dan me-recharge lagi energi. Yeaay!

Ngomong-ngomong tentang hujan, tentu sangat erat kaitannya dengan air ya. Dan saya adalah fans beratnya salah satu makhluk Allah yang satu ini, yaitu air. Haha, terdengar aneh memang, tapi ini serius! Sebegitu sukanya saya dengan air sehingga setiap kali hujan turun rasanya saya ingin berlari ke luar rumah dan membuat diri saya basah oleh air hujan. Dulu waktu masih kecil sih sering hujan-hujanan tapi sekarang sih malu karena sudah besar. Hehe. Lihat tempat yang banyak airnya kayak laut, sungai, danau, air terjun juga happy banget! Bahkan ngeliat air di gelas yang bening aja udah happy. Iya, sereceh itu. Sesuka itu saya sama air sampai saya pernah bikin postingan tentang air di instagram saya. Hahaa.. #tolongjangancapsayaaneh

Banyak sifat air yang saya sukai. Fleksibilitasnya, kegigihannya dalam mempertahankan eksistensi, kemampuannya untuk menjadi "aku" di setiap kondisi, bahkan bersamaan dengan sifatnya yang fleksibel, air adalah benda yang juga paling ngotot. Ngotot menuju tujuannya yaitu laut.

Beberapa hari lalu, dalam perjalanan pulang ke rumah, sambil mengendarai motor saya melewati sebuah sungai yang cukup sering saya lewati. Saat itu, aliran sungai terlihat lebih deras dari biasanya akibat hujan deras yang baru saja terjadi. Pemandangan yang saya lihat sore itu kemudian membuat saya belajar sesuatu lagi dari air.

Kamu sadar nggak sih, air itu walaupun fleksibel, tapi ia sangat gigih menuju kepada tujuannya. Coba perhatikan, ketika air mengikuti arus sungai, walaupun di depannya ada batu yang menghalangi, air tidak diam, ia dengan gesit berbelok lalu melanjutkan perjalanannya. Ketika ada sesuatu yang menghalagi jalannya, ia akan mencari cara bagaimana agar ia terus mengalir menuju tujuan akhirnya. Bagi saya, air menjadi contoh dari kesabaran dan keistiqomahan yang tanpa batas. Maka ketika kamu merasa ingin berhenti, belajarlah dari air yang selalu gigih, ngotot, dan tidak pernah menyerah dalam menuju destinasi akhir perjalanannya.

Lalu, kemanakah air-air sungai itu menuju? Ya, mereka semua menuju ke laut. Laut menjadi muara dari banyaknya sungai yang mengalir di atas daratan. Yang menarik adalah, tidak semua sungai yang mengalir ke laut adalah sungai-sungai yang bersih dan bisa digunakan bersuci. Sungai-sungai dengan air yang kotor juga menuju ke laut. Tapi ketika semua sungai itu sampai ke laut, air sungai sekotor apapun menjadi suci. Karena didalam fiqh, air laut termasuk air yang suci dan mensucikan.

Fenomena perjalanan air menuju laut ini rasanya terdengar cukup mirip dengan perjalanan kita menuju satu-satunya tujuan, yaitu Allah. Tentunya, perjalanan menuju-Nya adalah perjalanan yang tidak mudah, penuh dengan rintangan, bahkan mungkin banyak "sampah-sampah" dosa dan maksiat yang ikut didalamnya. Tapi Allah tetap merangkul, mensucikan, dan menerima setiap upaya hamba-Nya untuk menuju-Nya, seperti halnya laut yang juga menerima air dari sungai manapun dan menjadikannya air yang suci.

Mungkin kamu adalah orang yang baru saja berhijrah atau masih struggling dengan proses hijrahmu. Dalam perjalanannya, bisa jadi di tengah jalan akan ada banyak hambatan. Namun, apapun yang terjadi, bersabarlah. Istiqomahlah dalam perjalananmu menuju Allah. Seperti halnya air yang tetap sabar dalam alirannya untuk menuju kepada satu laut yang tidak akan menolaknya. Begitupun perjalanan kita menuju-Nya yang juga perlu kesabaran dan keistiqomahan. Dan kita perlu percaya bahwa Allah tidak akan menolak setiap hamba yang sedang berupaya mensucikan dirinya dengan menuju Allah.

Ah ya, satu lagi yang tak kalah penting. Air yang paling cepat sampai ke laut, dipengaruhi oleh kemiringan sungai, bukan? Semakin menurun sungainya, akan semakin deras airnya, dan semakin cepat air itu sampai ke laut. Mungkin ini yang sering kita lupa. Bahwa untuk menuju Allah, kita harus merendahkan diri kita. Semakin kita merendahkan diri di hadapan-Nya, semakin cepat kita menuju Allah. Sebaliknya, ada sedikiiit saja rasa sombong di hati kita, Allah akan mempersempit hati kita dan mempersulit langkah kita untuk menuju Allah sehingga bukannya semakin dekat, Allah malah terasa semakin jauh. Naudzubillahi min dzalik..

Semoga kita semua tetap sabar dan istiqomah dalam perjalanan kita menuju Allah dan dalam ketaatan kita kepada-Nya. Semoga Allah selalu menjaga hati kita agar senantiasa lurus niatnya. Seperti sebuah doa yang diajarkan oleh baginda Nabi SAW dalam meminta keistiqomahan dan keteguhan hati dalam kebenaran; "Ya muqallibal quluub tsabit qolbi 'ala diniik.. Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.." Aamiin ya Rabbal 'Alamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar