Senin, 08 April 2019

Monday Love Letter #36 - Mengejar Berkah, Mengikis Sombong

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister! Sudah tahu belum, Sister of Deen Project sekarang punya website loh.. Masih sederhana banget sih, tapi seiring berjalannya waktu insya Allah akan semakin dikembangkan. Mohon doanya ya! Untukmu yang baru bergabung dan penasaran dengan isi surat-surat sebelumnya, bisa juga membacanya melalui website. Yuk berkunjung ke "rumah" kami di:  bit.ly/sisterofdeenproject :)

Anyway, beberapa hari lalu saya membaca inbox di email Sister of Deen sambil mencicil membalas beberapa pesan yang belum terbalas, lalu ada satu email yang pertanyaannya cukup menarik. Pertanyaannya adalah, "Teh, bagaimana cara agar kita terhindar dari merasa lebih baik dari orang lain?" Saya tersenyum membacanya. Setidaknya, pertanyaan seperti ini juga pernah menggelisahkan saya ketika saya merasa lebih tahu atau merasa lebih baik dari orang lain.

Ketika kita melihat orang yang baru saja berhijrah misalnya, pernahkah terbersit perasaan bahwa diri ini lebih baik dari orang itu? Atau ketika kita baru saja mempelajari suatu ilmu, lalu kita tinggi hati dan merasa paling pandai dengan ilmu yang kita miliki. Atau ketika kita memiliki jabatan yang lebih tinggi, kita berlagak senior dan merasa lebih hebat daripada junior kita. Banyak sekali celah untuk kita merasa lebih baik dari orang lain padahal bisa jadi kesombongan-kesombongan kitalah yang jutstru membuat diri kita buruk di mata Allah. Na'udzubillah..

Kamu pernah dengar tidak, bahwa ilmu itu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, ia akan sombong. Jika ia memasuki tahapan kedua, ia akan tawadhu'. Dan jika ia memasuki tahapan ketiga, ia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya.

Adanya rasa sombong, justru menandakan bahwa ilmu yang kita miliki masih sangat dangkal. Akibat dangkalnya ilmu yang dimiliki, muncullah perasaan lebih mulia, lebih hebat, lebih pintar, bahkan memandang rendah orang lain yang belum berilmu seperti dirinya. Semoga kita terhindar dari sifat sombong ini ya, sister.

Lalu ditahap kedua, seorang yang terus menuntut ilmu akan menjadi orang yang tawadhu', yaitu merasa rendah hati. Seperti padi, semakin berisi, semakin merunduk. Dan seiring dengan bertambahnya ilmu yang dipelajari, semakin ia akan menyadari bahwa masih banyaaak sekali ilmu yang belum ia ketahui. Semakin ia sadar bahwa ilmu Allah itu amat luas, semakin ia merasa haus ilmu dan terus merasa kurang akan ilmu. Maka ia akan terus mencari, mencari, dan menambah khazanah keilmuannya.

Imam Syafi'I pernah berkata, "Setiap aku mendapat pelajaran dari masa, setiap itu pula aku tahu segala kekurangan akalku. Setiap ilmuku bertambah, setiap itu pula bertambah pengetahuanku akan kebodohanku."

Sekaliber ulama besar seperti Imam Syafi'I saja berkata seperti itu. Tidak akan sempat merasa sombong, ia yang terus menambah ilmunya, sebab sadar bahwa ilmu yang ia pelajari hanyalah setitik dibandingkan ilmu Allah yang luasnya melebihi langit dan bumi. Ini yang perlu kita sadari; bahwa kita ini kecil, lemah dan bodoh jika dihadapan Allah. Apa yang bisa disombongkan? Jika ada satu yang boleh sombong, ya hanya Allah.

Tapi bicara tentang ilmu, ada hal penting yang perlu diperhatikan. Bukan tinggi atau banyaknya ilmu yang kita kejar, tapi keberkahannya. Rasulullah SAW tidak hanya meminta ilmu yang banyak, tapi juga ilmu yang berkah. Seperti apa ilmu yang berkah itu? 

Ilmu yang berkah adalah ilmu yang diamalkan, ilmu yang memunculkan keinginan beribadah kepada-Nya, ilmu yang menumbuhkan ketakwaan. Karena percuma jika kita mempelajari banyak ilmu, tapi ilmu tersebut tidak kita amalkan dan tidak menjadikan kita menjadi hamba yang semakin taat kepada-Nya.

Di sebuah kajian diskusi, seorang sahabat pernah berkata kepada saya, "Yang dinilai Allah kan amal sholeh, bukan ilmu sholeh." Kalimat itu langsung mengena ke dalam hati dan selalu terngiang hingga sekarang sebagai reminder bahwa yang Allah lihat adalah sejauh mana kita bisa mengamalkan ilmu yang kita miliki. Untuk bisa beramal, kita butuh ilmu. Maka menuntut ilmu haruslah berdampak kepada bertambahnya amal sholeh kita.

Nah, coba pikir deh. Bukankah tenteram, jika kita berfokus kepada pengamalan atas ilmu yang kita miliki? Kayaknya nggak akan ada tuh ceritanya nyinyir sama orang lain, merendahkan orang lain, merasa benar dan lebih baik dari orang lain, karena kita berfokus kepada peningkatan kualitas iman dan amal kita dihadapan Allah. Jika ingin membanding-bandingkan diri, bukan dengan orang lain, melainkan dengan diri kita yang kemarin. Sudahkah diri kita lebih baik, lebih taat, lebih shalehah?

Lalu apakah kita tidak usah menyampaikan ilmu kepada orang lain atau mengingatkan orang lain? Tentu saja tidak. Kejar saja dulu keberkahannya dan rasakan manfaat ilmu itu untuk diri kita sendiri. Nanti jika kita sudah merasakan manfaat atas ilmu yang kita miliki, kita akan dengan sendirinya menyampaikan kepada orang lain agar orang lain juga mendapat manfaat dari ilmu yang pernah kita pelajari. Insya Allah.

Selamat meraih keberkahan ilmu, sister! Semoga setiap ilmu yang kita pelajari dan kita amalkan, membawa kita kepada kualitas diri yang lebih baik dihadapan Allah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar