Senin, 15 Juli 2019

Monday Love Letter #50 - Aku Boleh Gagal, Tapi...

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Alhamdulillah akhirnya Allah mengizinkan kita untuk kembali bertemu hari Senin dengan Love Letter yang berbeda. Sudah baca e-mail dari kami Jum’at lalu, kan? Hadirnya satu lagi hari Senin untuk kita seolah memberi kita sebuah pembelajaran bahwa jika satu hari baru datang berarti kesempatan kita untuk beramal dan berjuang diperpanjang. Besok? Entahlah apakah waktu dan kesempatan masih menjadi milik kita atau tidak. Satu hal yang terpenting, hari ini harus lebih baik dari kemarin, meski segagal apapun hari-hari yang sudah kita lewati.

Bicara tentang gagal, sepertinya hal ini sedang menjadi perbincangan menarik di kalangan teman-teman yang saat ini sedang berjuang untuk kuliah (lagi). Beberapa adik-adik kami bahkan bercerita bahwa pengumuman kelulusan, entah itu dari ujian masuk perguruan tinggi ataupun kelulusan menjadi penerima beasiswa, membuat pacuan adrenalin menjadi tinggi, terutama saat mendekati waktu pengumuman itu tiba. Masalahnya satu: takut gagal, takut perjuangan yang selama ini dilakukan tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Apakah kamu sedang sama ketar-ketirnya seperti adik-adik kami?

Kalau kita melihat hidup dalam perspektif yang lebih luas, sebenarnya masalah gagal ini tak hanya melulu tentang sekolah atau pendidikan. Banyak sekali kegagalan yang pernah menjadi episode tertentu dalam hidup kita, yang beberapa diantaranya meninggalkan luka yang masih kita rawat sampai sekarang. Ada yang berjuang melamar sebuah perusahaan besar dan sudah sampai pada tahap wawancara, ternyata gagal. Ada yang sudah belajar dan berjuang mati-matian untuk membangun bisnis, ternyata tak sesuai kebutuhan pasar, akhirnya gagal. Ada yang sudah mengincar seseorang untuk dijadikannya pendamping hidup, ternyata tak sampai harapannya karena ia menikah dengan orang lain, katanya itu juga namanya gagal. Ada yang dengan penuh semangat membuat masakan untuk anggota keluarga, eh tapi lupa menanak nasi saat waktu masak tiba, gagal juga.

Hmm, coba deh kita absen kegagalan-kegagalan lain yang mungkin pernah kita atau orang di sekitar kita alami, pasti banyak, kan? Banyak sekali! Tak hanya itu, perasaan gagal ini juga ternyata bisa muncul di berbagai lini peran yang kita emban. Ada yang merasa gagal sebagai anak, isteri, ibu, nenek, guru, kakak, dan seterusnya. Sebab, tak semua standar yang kata kebanyakan orang baik bisa kita penuhi, bukan?

Sebelum kita lanjutkan lagi, coba deh kamu pikir-pikir, kegagalan apa yang pernah terjadi dalam hidupmu yang kamu persepsikan sebagai suatu kegagalan terbesar? Bagaimana kegagalan itu membentukmu menjadi dirimu yang lebih baik di hari ini?
 

Kalau kita pikir lagi, siapa sih manusia yang tidak pernah gagal dalam hidup ini? Gagal itu sebenarnya adalah hal yang biasa dalam hidup. Bertumbuhnya kita hari ini, suksesnya kita hari ini, pasti ada andil kegagalan didalamnya. Kaki yang bisa berlari hari ini, dulu pernah jatuh berkali-kali saat kita masih belajar berjalan. Tangan yang lihai memasak, pasti pernah teriris pisau atau terkena panas api dalam proses belajarnya. Kegagalan merupakan suatu proses alamiah yang akan senantiasa menemani setiap proses kita menuju keberhasilan.

Unfortunately, some people can’t deal with their failure. Bahasa milenialnya, banyak yang susahmove on dari kegagalan-kegagalan mereka. Ketika gagal, dunia seakan runtuh dan membuatnya takut untuk mencoba lagi. Ketika gagal, impiannya ikut jatuh bersama dengan kepercayaan dirinya. Kamu pernah begitu juga? Bagaimana caramu mengatasinya?

Eh tapi, tunggu deh, jika semua hal perlu didefiniskan berdasarkan apa kata Allah, apakah kegagalan yang kita alami itu adalah sebenar-benar kegagalan? Apakah dalam kamus Allah ada kata gagal? Jangan-jangan apa yang sedang kita ratapi saat ini hanya perkara kecil saja di mata Allah. Hemm..
 
“.. Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat. Ingatlah! Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”
–QS. Az-Zumar (39) : 15
 
Di mata Allah, kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita tidak mampu menuntun dan memimpin diri kita hingga ke syurga. Kerugian yang paling besar adalah ketika kita melakukan hal-hal yang dimurkai Allah sehingga menyebabkan kita jatuh ke jurang neraka. Malapetaka yang paling berbahaya adalah ketika kita mendustakan hari pertemuan dengan Allah dan lupa akan Hari Pertanggungjawaban. Sungguh, tidak ada kemalangan yang lebih besar dibanding semua itu.

Maka, jika kegagalan kecilmu hari ini membawamu kembali kepada Allah, membuatmu menyadari kebutuhanmu bergantung kepada Allah, dan menjadikan dirimu semakin taat dan mendekat kepada Allah, itu bukan merupakan suatu kegagalan. Justru itu adalah suatu keberhasilan yang besar! Berbahagialah dengan semua ujian kegagalan yang Allah berikan jika karenanya kamu bisa menemukan kembali jalan menuju Allah dan mengokohkan iman. Rayakanlah cintamu bersama-Nya sebab berkat kegagalan-kegagalan kecil itulah Allah menjaga imanmu dan mengajarkan makna sabar dan syukur yang kita sering lupa.

Yuk bangkit! Sebab ada kesuksesan hakiki yang perlu kita kejar, yaitu syurga dan keridhaan-Nya..

Your sister of Deen,
Novie dan Husna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar