Assalamu'alaikum
warahmatullah wabarakatuh. Bagaimana kabarmu, my sister of Deen? Jazakillah
khairan katsiran untuk kamu yang sudah mengikuti mailing list Sisters of Deen
Project, membaca Monday Love Letter setiap Senin, membalasnya, bahkan
mem-forwardnya kepada sahabatmu. Mohon doanya semoga kebermanfaatannya bisa
semakin meluas ya, please~ doakan.. Hehe.
Sebenarnya
saya sudah menyiapkan satu draft tulisan untuk dikirim hari ini, tapi sejak
Sabtu malam kemarin saya mendengar berita tsunami yang menimpa saudara-saudara
kita di sekitar Selat Sunda, saya tidak bisa berhenti memikirkannya. Allah
lagi-lagi mengingatkan kembali tentang satu nikmat yang masih sering saya
lupakan, yaitu nikmat hidup. Alhamdulillah hari ini masih bisa hidup.
Alhamdulillah hari ini masih sehat dan bisa beraktivitas. Alhamdulillah masih
diberi kesempatan untuk beribadah. Alhamdulillah masih diberi waktu untuk
mengumpulkan lagi pundi-pundi amal sholeh sebagai bekal menuju akhirat. Bahkan
doa bangun tidur saja, dimulai dengan alhamdulillah. Ini menunjukkan bahwa bisa
bangun tidur dan masih hidup hingga hari ini, merupakan sebuah nikmat yang
besar yang patut kita syukuri.
Innalillahi
wa innailahi raji'un. Adalah kalimat yang biasa kita dengar atau kita ucapkan
ketika musibah menimpa kita. Tapi maknanya jauh lebih dalam dari itu. Guru saya
pernah berkata, bahwa innalillah adalah tentang kesadaran bahwa kita ini
miliknya Allah. Hidup kita ini bukan milik kita sehingga kita bisa bebas hidup
semau kita. Hidup kita juga bukan milik orangtua kita, pasangan, ataupun anak
kita sehingga semangat hidup kita tergantung pada hadirnya mereka. Hidup kita
ini milik Allah. Allah yang menjadi sumber semangat, Allah yang menjadi tujuan,
Allah yang berhak menerima setiap pengorbanan dan perjuangan terbaik dari diri
kita. Dan paling penting, Allah yang paling berhak atas ketaatan kita.
Konsep
innalillah ini membantu saya untuk lebih tenang dan lebih siap dalam menghadapi
hidup dengan berbagai dinamika dan tantangan didalamnya. Ya karena saya milik
Allah. Allah yang paling tahu yang terbaik tentang apa-apa yang dimiliki-Nya,
jadi terserah Allah mau ngasih skenario seperti apa ke hidup kita. Karena yang
namanya memiliki, sepaket dengan menguasai. Jadi, jika ada ketetapan atau
takdir dari Allah yang dirasa berat, coba untuk tarik nafas, lalu bilang,
"Silakan ya Allah, aku milik-Mu, hidupku juga milik-Mu, langit dan bumi
ini milik-Mu, maka kuterima dengan lapang dada segala ketentuan dari-Mu."
Insya Allah, hati jadi lebih tenang.
Setelah
innalillah, disambung dengan kalimat innailahi raji'un. Semua milik-Nya, akan
kembali kepada-Nya. Konsep kembali kepada Allah mungkin identik dengan
kematian, padahal kembali kepada Allah tidak harus menunggu mati. Sayyid Quthb
mengatakan, "Semua orang akan kembali kepada Allah setelah dia wafat. Akan
tetapi, orang yang bahagia adalah orang yang kembali kepada Allah ketika dia
masih hidup."
Kembali
kepada Allah adalah tentang mengembalikan diri dan kehidupan kita kepada yang
memilikinya, yaitu Allah. Sudahkah kita "kembali" pada-Nya? Sudahkah
sepenuhnya menjadi milik-Nya? Atau jangan-jangan kepemilikan diri kita masih
terbagi-bagi dengan yang lain? Maka jangan heran kalau Allah sesekali
memberikan ujian dan peringatan agar kita kembali ingat kepada Allah. Ujian itu
tanda Allah sayang karena kalau nggak gitu, susah kita ingatnya :')
Alhamdulillah
atas nikmat hidup ini. Alhamdulillah atas kesempatan yang masih Dia beri. Yuk,
segera kembali pada Allah. Kembalikan tujuan kita sepenuhnya kepada Allah.
Kembalikan ketaatan kita sepenuhnya kepada Allah. Kembalikan hidup kita kepada
Allah, sebelum kelak Allah benar-benar memanggil kita untuk kembali kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar