Senin, 11 Maret 2019

Monday Love Letter #32 - Hidupmu dalam Genggaman-Nya

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, my sister of Deen! Terima kasih ya sudah selalu setia membaca, bahkan menunggu hadirnya Monday Love Letter ke inbox-mu, semoga surat-surat kami bisa menjadi teman untukmu merenungi kehidupan dan menangkap hikmah-hikmah dibaliknya.

Pekan lalu banyak kejadian yang lumayan membuat saya kaget, salah satunya adalah suatu kejadian yang terjadi hari ahad kemarin. Iya, kemarin banget. Siang itu saya sedang mengendarai motor bersama adik, hendak mengantarkan adik kembali ke rumah. Perjalanan kami tidak jauh, hanya berjarak sekitar 10 menit saja tanpa harus melalui jalan raya.

Saat itu saya melalui sebuah pertigaan yang cukup padat oleh kendaraan kemudian belok ke kiri. Sekitar 2 meter setelah belok, tiba-tiba saja muncul dua anak kecil dari arah kanan jalan, menyebrang dengan berlari, tanpa melihat kanan kiri terlebih dahulu. Alhasil, saya yang terlambat mengerem akhirnya menabrak mereka berdua. Mereka jatuh tertabrak, saya dan adik sayapun jatuh dari motor. Melihat kedua anak kecil itu tertimpa motor, saya langsung bangkit dan panik. Untungnya, ada beberapa bapak-bapak yang sigap menolong dan menggendong 2 anak itu ke klinik terdekat. Tapi ternyata 1 anak harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami patah tulang bahu.

Alhamdulillah saya dan adik saya tidak apa-apa, hanya lecet sedikit dan memar di lutut dan bahu. Tapi kejadian itu cukup membuat saya shock dan terus melamun seharian itu, bahkan malamnya sampai susah tidur karena bayangan kejadian siang itu terus terputar di otak saya; detik-detik saya menabrak 2 anak yang usianya sekitar 6-7 tahun, teriakan dan tangisan mereka setelah tertabrak, juga rasa bersalah karena salah satu dari mereka harus mengalami patah tulang. Kejadiannya terjadi cepat sekali dan tanpa firasat apapun. Sedang mengendarai motor, lalu ada 2 anak kecil menyebrang, sedetik kemudian tabrakan terjadi, dan kami berempat jatuh ke aspal. Subhanallah, biidznillah.

Hari ini, saya sudah cukup tenang setelah tadi siang menjenguk anak yang patah tulangnya, alhamdulillah dia sudah dalam proses pengobatan. Bahkan hari ini saya sudah mengendarai motor lagi walaupun dengan badan yang masih sakit-sakit (hehe)  dan tentu saja, berusaha menyetir dengan lebih hati-hati. Sepanjang hari ini saya berusaha menggali hikmah dari apa yang baru-baru saja terjadi belakangan ini.

Saya belajar (lagi) tentang qudroh dan irodah-Nya. Kejadian apapun, bisa terjadi karena Allah yang mengizinkannya untuk terjadi. Kenapa saya harus melalui jalan itu di jam segitu, dan kenapa di saat yang sama 2 anak kecil itu berlari menyebrang, semuanya sudah kehendak dan kuasa-Nya. Apa yang terjadi bukanlah untuk dipertanyakan apalagi diratapi, melainkan diterima dan dicari hikmahnya. Karena saya percaya, everything happens for a reason.

Di samping itu, ada hikmah lain yang cukup menohok bagi saya; bahwa Allah betul-betul berkuasa atas diri kita, dan kita sama sekali tidak berdaya didalam kekuasaan-Nya. Saya masih ingat betul, sebelum tabrakan itu terjadi saya masih mengobrol dengan adik saya sambil tersenyum. Bahkan sepersekian detik sebelum saya menabrak 2 anak itu, saya masih melihat mereka berlari sambil tertawa. Namun sepersekian detik kemudian, tawa dan senyum itu kemudian berubah menjadi tangis dan teriakan kesakitan. Secepat itu Allah berkuasa mengubah tawa menjadi tangis, secepat itu pula Allah berkuasa mengubah keadaan yang awalnya sehat dan kuat menjadi sakit dan lemah.

Dalam hidup, berapa banyak kejadian semacam itu terjadi di diri kita? Pagi kita sehat, siang menjadi sakit. Siang bahagia menerima gaji, sorenya dompet kita hilang dan uang kita raib. Sore masih mengobrol dengan orang lain, malamnya orang tersebut meninggal. Baru saja tertawa-tawa bersama teman-teman, 5 menit kemudian meringis kesakitan karena kaki tersandung meja. Sadarkah, bahwa kita benar-benar tidak berdaya didalam kekuasaan-Nya? Karena ketika Allah bilang kun!, maka terjadilah --saat itu juga. Kita tidak memiliki kuasa apapun bahkan atas diri kita sendiri.

Sehari sebelum kejadian tabrakan itu, saya juga mendengar kabar bahwa salah satu guru saya masuk ruang ICU karena tiba-tiba pingsan dan kejang, padahal sebelumnya beliau sehat. Bahkan hari ini pun Allah memperlihatkan lagi kuasa-Nya. Tadi siang saya berangkat pergi, suami saya masih sehat di rumah. Malamnya ketika saya pulang, suami sakit demam dan meriang. Saya seperti sedang diajak ngobrol sama Allah, "Na, Aku memang seberkuasa itu atas hidupmu. Detik ini juga, Aku bisa membuatmu tertawa atau menangis. Detik ini juga, Aku bisa memberimu harta atau bahkan menghilangkan semua hartamu. Detik ini juga, aku bisa membiarkanmu hidup atau bahkan mematikanmu. Hidup dan matimu ada di tangan-Ku, Na. Maka pantaskah kau merasa sombong walau setitik? Pantaskah menyia-nyiakan hidup walau sedetik?" #JLEBJLEBJLEB

Kita ini, sebagai manusia, harus sadar diri.
Allah Maha Mulia, sedangkan kita hina jika tidak dimuliakan oleh-Nya.
Allah Maha Kaya, sedangkan kita tidak punya apa-apa jika tanpa pemberian-Nya.
Allah Maha Berkuasa, kita tidak berdaya jika tanpa pertolongan-Nya.
Allah Maha Kuat, kita ini lemah jika tidak dipinjami kekuatan oleh-Nya.
Allah Maha Besar, kita bahkan lebih kecil dari sebutir debu jika dihadapan-Nya.

Kita perlu sadar diri, bahwa kita ini tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya tanpa Allah. Sadar diri, bahwa sebenarnya kita ini amat sangat bergantung pada Allah. Sadar diri, bahwa tidak ada hal lain yang kita butuhkan selain Allah. Sadar, bahwa kita tidak patut sombong dan merasa bisa sendiri tanpa Allah. Sadar, bahwa kita tidak patut berpaling kepada selain Allah. Sadar, bahwa kita ini sudah sepatutnya menyerahkan diri kita kepada Allah; mentaati-Nya, mencintai-Nya, berkorban untuk-Nya.

Semoga masih cukup waktu kita, untuk menyadari hakikat diri kita di hadapan-Nya. Semoga masih masih cukup waktu kita, untuk memperbaiki diri dan menebus segala khilaf. Semoga masih cukup waktu kita, untuk kembali kepada Allah dengan kondisi jiwa yang tetap terjaga dalam fitrah pengabdian kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar