Senin, 25 Maret 2019

Monday Love Letter #34 - Berjalan Bersama-Nya


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh. Bagaimana kabar hatimu, sister? Bagaimana kabar imanmu? Semoga seiring dengan semakin dekatnya kedatangan Ramadhan, hati kita semakin bersih dan iman kita semakin bertambah.

Sepekan kemarin saya sedang dalam proses membaca shirah shahabiyah yang walaupun isinya bercerita tentang keteladanan para sahabat wanita terdahulu, namun cerita tentang bagaimana Rasulullah SAW berjuang untuk mendakwahkan Islam tidak pernah gagal untuk membuat saya takjub dan semakin cinta pada beliau SAW. Jika bukan karena perjuangan beliau yang tanpa henti, tentu iman dan islam ini tidak akan sampai dan terasa oleh hati. Semoga Allah merahmati dan memuliakan Rasulullah dan para shahabat dan shahabiyah yang setia menyertainya. Aamiin..

Masih tentang bulan Rajab, saya sedang dibuat jatuh cinta oleh sebuah ayat yang bercerita tentang suatu peristiwa besar yang terjadi di bulan Rajab. Apakah itu? Ya, peristiwa Isra Mi'raj. Peristiwa dimana Rasulullah diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu naik ke Sidhratul Muntaha dan menerima perintah shalat 5 waktu. Semuanya dilakukan hanya dalam waktu semalam saja.

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." -QS. Al-Israa (17) : 1

Melalui peristiwa Isra Mi'raj, Allah memperlihatkan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Bagaimana tidak, jarak Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lebih dari 1000 km jauhnya dan dengan teknologi saat itu yang masih menggunakan unta untuk bepergian, sangat mustahil perjalanan tersebut dilakukan dalam waktu semalam. Apalagi sampai ke langit ketujuh. Tapi Allah menunjukkan kuasa-Nya bahwa yang mustahil bagi manusia, amat mudah bagi Allah.

Di samping itu, saya menangkap hal yang menyentuh dari ayat tersebut. Dalam kalimat "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya…", menjelaskan bahwa perjalanan Rasulullah adalah perjalanan spiritual yang diperjalankan oleh Allah, yang berarti Rasulullah tidak berjalan sendiri melainkan didampingi, dibimbing, dan berada dalam perlindungan dari Allah. Ditambah lagi, redaksi kata yang digunakan adalah bi'abdihi yang berarti hamba-Nya. Kita juga termasuk hamba-Nya, bukan?

Ternyata jika dikaji lebih dalam, ayat ini bukan hanya sekedar cerita sejarah. Ayat ini sangat berkaitan dengan keadaan kita hari ini. Sadar tidak, bahwa kita juga sebenarnya sedang diperjalankan oleh Allah? Terasa tidak, bahwa Allah menghadirkan kejadian demi kejadian yang Dia rencanakan dengan cermat sehingga kita bisa merasakan hidayah dari-Nya? Terasa tidak, bahwa Allah punya berbagai cara untuk membuat kita senantiasa istiqomah di jalan-Nya?

Ayat ini begitu menyentuh bagi saya karena tiba-tiba saja saya merasa disayang oleh Allah. Jika bukan karena pendampingan dari Allah, mungkin saat ini saya masih terjebak dalam lumpur kejahiliyahan. Namun rangkaian skenario-Nya membuat saya sedikit demi sedikit terangkat dari kebodohan dan ketidaktahuan akan ilmu-Nya.

Jika bukan karena bimbingan dari Allah, kita tidak akan bisa memahami petunjuk-Nya, tidak akan bisa merasakan nikmatnya beriman dan berislam. Jika bukan karena perlindungan dari Allah, kita tidak akan sanggup menahan diri dari berbuat dosa dan melakukan maksiat. Sadarkah kita bahwa itu adalah bukti kasih sayang dan bukti kebesaran-Nya?

"Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman).." -QS. Al-Baqarah (2) : 257

Maka, bukti kebesaran Allah sebenarnya tidak jauh. Bukti kebesaran Allah salah satunya adalah diri kita yang diperjalankan oleh-Nya. Diri kita yang dikeluarkan Allah dari kegelapan menuju cahaya. Diri kita yang diselamatkan Allah dari jurang neraka menuju jalan menuju syurga (Insya Allah).

Setiap orang pasti punya ceritanya masing-masing bagaimana Allah memperjalankan dirinya dari keadaan gelap menuju cahaya. Apapun ceritanya, semoga kita bisa bersyukur atas nikmat yang paling besar ini dengan senantiasa istiqomah dalam ketaatan dan kesiapan yang penuh untuk meniti jalan menuju-Nya. Selamat melanjutkan perjalanan!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar