Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister! Saya menebak, surat ini akan sampai di emailmu mendekati tengah malam, hiks. Maafkan ya, saya baru sampai rumah jam 9 malam dan baru menulis sesampainya di rumah. Tapi diam-diam saya merasa bersyukur bisa Allah mampukan untuk menulis surat di setiap Senin, karenanya saya jadi dituntut untuk lebih peka dalam menangkap hikmah, alhamdulillah. Terima kasih ya sister, sudah menjadi pembaca setia Monday Love Letter. Jika kamu merasa surat-surat dari kami bermanfaat, silakan forward dan beri tahu teman-temanmu, ya! :)
Di perjalanan pulang tadi, tiba-tiba saya teringat pada sebuah potongan ayat dari QS. 17:11 yaitu "Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa" yang kemudian menjadi inspirasi judul Monday Love Letter hari ini. Hmm, tapi memang benar kan? Kita ini sering sekali inginnya serba cepat. Apalagi jika sedang memiliki keinginan, pasti maunya terwujud secepatnya, saat itu juga.
"Kenapa sih kok skripsiku nggak beres-beres, aku kan ingin cepet luluuus..!"
Di perjalanan pulang tadi, tiba-tiba saya teringat pada sebuah potongan ayat dari QS. 17:11 yaitu "Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa" yang kemudian menjadi inspirasi judul Monday Love Letter hari ini. Hmm, tapi memang benar kan? Kita ini sering sekali inginnya serba cepat. Apalagi jika sedang memiliki keinginan, pasti maunya terwujud secepatnya, saat itu juga.
"Kenapa sih kok skripsiku nggak beres-beres, aku kan ingin cepet luluuus..!"
"Udah lamar pekerjaan sana sini tapi ditolak mulu, aku tuh ingin cepet kerjaaa"
"Kapan sih aku bisa naik gaji, aku kan pengen cepet kaya."
"Kok jodohku belum datang juga ya, aku kan udah mau nikaaaaahh!"
"Ya Allah, aku udah ikhtiar ini itu biar punya anak tapi kok belum dikasih juga.."
"Mulut aku tuh udah sampe berbusa tau ngingetin dan nasehatin dia, kok dia nggak berubah juga sih!"
"Astagfirullah.. Kok gagal lagi gagal lagiiii?? Kapan berhasilnyaaa??!"
Merasa familiar dengan monolog di atas? Hehe. Ngeri juga ya manusia kalau sifat tergesa-gesanya sedang keluar. Kayaknya rungsing gitu ya hidupnya, sibuk mikirin hasil yang lama-kelamaan bisa berdampak pada kestabilan emosi dan jiwanya. Padahal mungkin kita sudah paham bahwa semua butuh proses. Tapi ya gitu deh, tetep aja inginnya segera terwujud. Huft~
Satu hal yang saya pelajari dari sabar adalah tentang ketundukan kita pada Allah. Dengan memberi penundaan dan memperpanjang waktu kita untuk bersabar, sebetulnya Allah sedang mengajarkan kita agar tunduk setunduk-tunduknya kepada Allah. Sadar nggak sih, ketika kita tidak sabar, tanpa sadar kita sedang menuhankan ikhtiar kita? Tidak sabarnya kita adalah bukti bahwa sebetulnya diri ini belum sepenuhnya ikhlas dalam upaya atau perjuangan kita sehingga meminta hasilnya diberikan saat itu juga.
Mungkin Allah memang sengaja mengulur waktu lebih lama agar kita pertama-tama tunduk pada ketetapan-Nya. Mungkin Allah memang sengaja menyuruh kita untuk berupaya sedikit lebih keras agar terasa oleh kita bahwa kita ini lemah dan amat butuh pertolongan-Nya. Bukankah kita sudah banyak mendengar kisah tentang mereka yang Allah beri pertolongan, justru ketika ia merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Allah?
Nabi Ayyub a.s diuji dengan kehilangan harta dan keluarga, juga diberi penyakit yang membuatnya harus terusir dari tempat tinggalnya. Namun berkat kesabarannya dalam ujian yang Allah beri, Allah sembuhkan penyakitnya dan Allah ganti harta dan anak-anaknya lebih banyak lagi.
Nabi Yunus a.s diuji dengan kaumnya yang tak juga menerima dakwahnya hingga ia meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Namun Allah tegur dengan kejadian demi kejadian hingga ia terdampar dalam perut ikan paus yang gelap hingga menjadikannya tunduk dalam taubat dan kembali pada Allah. Setelah Allah selamatkan, ia pun kembali kepada kaumnya dan mendapati kaumnya telah berubah dan menerima dakwahnya.
Tentunya masih banyak lagi kisah pada Nabi dan para sahabat yang Allah uji dalam sabarnya. Semua ujian kesabaran itu Allah hadirkan tidak lain untuk mensucikan hati dan jiwa agar hanya ada Allah saja didalamnya.
Jika sabarmu tak Allah uji, mampukah hatimu bersih dari niat-niat selain Allah? Jika sabarmu tak Allah uji, mampukah jiwamu tunduk dan merendah pada Allah? Maka bergembiralah dengan ujian sabar yang sedang Allah hadirkan, itu berarti Allah masih sayang kepada kita karena sedang memberi kesempatan untuk kita membersihkan jiwa dari selain-Nya dan meluruskan orientasi pikir hanya kepada-Nya.
Jangan lelah dilatih Allah untuk sabar ya :)
"Kapan sih aku bisa naik gaji, aku kan pengen cepet kaya."
"Kok jodohku belum datang juga ya, aku kan udah mau nikaaaaahh!"
"Ya Allah, aku udah ikhtiar ini itu biar punya anak tapi kok belum dikasih juga.."
"Mulut aku tuh udah sampe berbusa tau ngingetin dan nasehatin dia, kok dia nggak berubah juga sih!"
"Astagfirullah.. Kok gagal lagi gagal lagiiii?? Kapan berhasilnyaaa??!"
Merasa familiar dengan monolog di atas? Hehe. Ngeri juga ya manusia kalau sifat tergesa-gesanya sedang keluar. Kayaknya rungsing gitu ya hidupnya, sibuk mikirin hasil yang lama-kelamaan bisa berdampak pada kestabilan emosi dan jiwanya. Padahal mungkin kita sudah paham bahwa semua butuh proses. Tapi ya gitu deh, tetep aja inginnya segera terwujud. Huft~
Satu hal yang saya pelajari dari sabar adalah tentang ketundukan kita pada Allah. Dengan memberi penundaan dan memperpanjang waktu kita untuk bersabar, sebetulnya Allah sedang mengajarkan kita agar tunduk setunduk-tunduknya kepada Allah. Sadar nggak sih, ketika kita tidak sabar, tanpa sadar kita sedang menuhankan ikhtiar kita? Tidak sabarnya kita adalah bukti bahwa sebetulnya diri ini belum sepenuhnya ikhlas dalam upaya atau perjuangan kita sehingga meminta hasilnya diberikan saat itu juga.
Mungkin Allah memang sengaja mengulur waktu lebih lama agar kita pertama-tama tunduk pada ketetapan-Nya. Mungkin Allah memang sengaja menyuruh kita untuk berupaya sedikit lebih keras agar terasa oleh kita bahwa kita ini lemah dan amat butuh pertolongan-Nya. Bukankah kita sudah banyak mendengar kisah tentang mereka yang Allah beri pertolongan, justru ketika ia merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Allah?
Nabi Ayyub a.s diuji dengan kehilangan harta dan keluarga, juga diberi penyakit yang membuatnya harus terusir dari tempat tinggalnya. Namun berkat kesabarannya dalam ujian yang Allah beri, Allah sembuhkan penyakitnya dan Allah ganti harta dan anak-anaknya lebih banyak lagi.
Nabi Yunus a.s diuji dengan kaumnya yang tak juga menerima dakwahnya hingga ia meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Namun Allah tegur dengan kejadian demi kejadian hingga ia terdampar dalam perut ikan paus yang gelap hingga menjadikannya tunduk dalam taubat dan kembali pada Allah. Setelah Allah selamatkan, ia pun kembali kepada kaumnya dan mendapati kaumnya telah berubah dan menerima dakwahnya.
Tentunya masih banyak lagi kisah pada Nabi dan para sahabat yang Allah uji dalam sabarnya. Semua ujian kesabaran itu Allah hadirkan tidak lain untuk mensucikan hati dan jiwa agar hanya ada Allah saja didalamnya.
Jika sabarmu tak Allah uji, mampukah hatimu bersih dari niat-niat selain Allah? Jika sabarmu tak Allah uji, mampukah jiwamu tunduk dan merendah pada Allah? Maka bergembiralah dengan ujian sabar yang sedang Allah hadirkan, itu berarti Allah masih sayang kepada kita karena sedang memberi kesempatan untuk kita membersihkan jiwa dari selain-Nya dan meluruskan orientasi pikir hanya kepada-Nya.
Jangan lelah dilatih Allah untuk sabar ya :)
Sabar dalam apa? Dalam ketaatan kepada-Nya dan dalam berjuang di jalan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar