Assalamu'alaikum
warahmatullah wabarakatuh, sister! Alhamdulillah, senang sekali masih bisa
bertegur sapa denganmu lewat Monday Love Letter. Dan rasanya kali ini lebih
spesial karena ini Ramadhan pertama kita bersama Sister of Deen Project, ya
kaaaan? Hehe. #ciee
Saya bersyukur luar
biasa bisa bertemu lagi dengan Ramadhan tahun ini. Setiap kali sedang melakukan
sesuatu dan tersadar bahwa hari ini sudah bulan Ramadhan, saya merasa bahagia
dan bersyukur. Sepertinya baru kali ini saya se-happy itu ketemu Ramadhan dan
nunggu-nungguin banget dari bulan Rajab kemarin. Alhamdulillah kerinduan saya
pada Ramadhan tidak bertepuk sebelah tangan dan Allah masih mengizinkan saya
dan kita semua untuk bertemu dengan bulan yang penuh kemuliaan ini. Saya yakin
kamupun sedang merasakan kebahagiaan dan kebersyukuran yang sama, bahkan
mungkin lebih dari yang saya rasakan. Selamat menikmati
"sajian-sajian" Ramadhan ya sister, semoga Allah senantiasa
membimbing dan menjaga sampai jiwa kita terhantarkan menuju takwa. Aamiin..
Sister, apakah kamu
pernah mendengar istilah tazkiyatun nafs? Tazkiyatun nafs terdiri dari 2 kata
yaitu at-tazkiyah dan an-nafs. At-tazkiyah bermakna pensucian atau pembersihan.
Masih satu akar kata dengan zakat yang mana tujuan dari syariat zakat adalah
untuk mensucikan harta dan jiwa kita. Adapun kata an-nafs berarti jiwa atau
nafsu. Jadi secara bahasa tazkiyatun nafs berarti pensucian jiwa dari segala
yang mengotorinya.
Saya bukan pakar
bahasa arab, tapi entah kenapa kalimat tazkiyatun nafs terdengar begitu cantik
di telinga saya. Jika kita kaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sebenarnya
perihal pembersihan bukanlah hal yang asing. Bersih-bersih termasuk hal yang
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap hari kita mandi untuk
membersihkan badan, kita juga punya jadwal untuk membersihkan kamar atau kosan
kita, ditingkat RT para warga biasanya mengadakan kerja bakti rutinan untuk
membersihkan lingkungan sekitar. Dari lingkup terkecil yaitu diri sendiri
sampai lingkup yang lebih besar, butuh pembersihan. Bahkan Allahpun melakukan
"pembersihan" terhadap bumi dengan diturunkannya hujan.
Mengapa kita perlu
melakukan bersih-bersih secara berkala? Ya, karena debu dan kotoran ada
dimana-mana. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus bersih-bersih rumah,
saya kadang suka bergumam, "Ini kok debu ada aja sih, heran." Haha,
padahal ya itu hal yang biasa. Akan ada saat dimana kita harus membersihkan
debu dan kotoran yang terlihat di sekitar kita.
Nah, begitu pula
dengan jiwa kita. Sadar tidak sadar, sengaja atau tidak, jiwa kita juga pasti
sering terkotori oleh hal-hal yang mengotorinya. Apa sajakah itu? Yang paling
fatal adalah ketika kita tidak sadar sedang menduakan (bahkan mentigakan,
mengempatkan, menglimakan) Allah. Allah
yang seharusnya menjadi satu-satunya yang dicintai, diibadahi dan dituju,
secara perlahan mulai dikesampingkan oleh harta kita, pekerjaan kita, karir,
bisnis, pasangan, anak, cita-cita, dan sebagainya yang membuat kita tak lagi
menomorsatukan Allah dalam kehidupan kita. Ini harus dibersihkan, karena jika
dibiarkan berarti kita sedang menanam potensi syirik di hati kita.
Naudzubillahi min dzalik.
Kotoran jiwa lainnya
adalah dosa; pelanggaran syariat atas perintah dan larangan yang telah Allah
tetapkan dalam al-Quran. Ini jelas harus dibersihkan dengan taubat. Belum lagi
"debu-debu" yang terkadang tidak kita sadari seperti berprasangka buruk
terhadap orang lain, membicarakan kejelekan orang lain, menyimpan dendam
terhadap orang lain, atau niat yang tidak lurus dalam beribadah. Dikarenakan
jiwa ini sangat rentan terhadap hal-hal yang mengotorinya, maka diperlukan
tazkiyatun nafs secara berkala. Ramadhan, adalah salah satu waktu yang
dikhususkan untuk itu.
Ramadhan menjadi
kesempatan sekaligus jalan bagi siapapun yang ingin membersihkan jiwanya.
Dengan adanya syariat shaum, kita diperintahkan untuk menahan. Tidak hanya
menahan lapar dan haus, tapi juga menahan nafsu dan menahan dari hal-hal yang
bisa merusak amal shaum kita.
Ramadhan juga
memfasilitasi siapapun hamba Allah yang rindu dan ingin kembali kepada Allah
dengan disuburkannya majelis-majelis ilmu, dzikir dan lantunan ayat suci
al-Quran bertebaran dimana-mana, lingkungan yang betul-betul kondusif karena
ajakan kepada kebaikan dan kebenaran ada dimana-mana, dilengkapi dengan
perintah zakat untuk membersihkan harta dan jiwa.
"Demi jiwa
serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan padanya (jalan)
kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa
itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams (91) :
7-10)
Tak heran, Idul
Fitri disebut momen kembali fitrah, kembali suci. Tentu saja tidak bagi semua
orang, tetapi hanya bagi mereka yang berhasil men-tazkiyah jiwanya melalui
Ramadhan. Ya, makna Idul Fitri tidak hanya sekedar perayaan hari raya, tapi
sebagai perayaan kemenangan atas keberhasilannya membersihkan harta dan jiwa
dan sebagai titik awal yang baru untuk siap meningkatkan kualitas jiwanya
menjadi mulia dihadapan Allah, karena itulah Syawal disebut juga sebagai bulan
peningkatan.
Allah sudah begitu
baik memberikan kita kesempatan untuk membersihkan jiwa kita melalui Ramadhan
ini. Banyak hadits menyebutkan keutamaan Ramadhan, salah satunya adalah pintu
surga yang dibuka seluas-luasnya dan kesempatan untuk mendapat ampunan Allah. Semoga
kita bisa bersyukur atas itu dan tidak menyia-nyiakannya.
Marhaban yaa
Ramadhan! Selamat menepi dari keriuhan dunia, selamat berjuang menjadi
sebaik-baik hamba, selamat melepas rindu pada Dia yang sebetulnya jauh lebih
merindukan kita. Ramadhan mode: ON.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar