Senin, 06 Mei 2019

Monday Love Letter #39 - Sebab Kita Tak Pernah Terlalu Tua Untuk Apapun

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister! Bagaimana rasanya sebentar lagi akan kedatangan bulan Ramadhan? Kurang lebih sepekan lagi Tamu Agung itu akan menyapa kita semua, Insya Allah. Semoga Allah sampaikan usia agar dapat bertemu Ramadhan, mengingat (kalau saya sih) masih banyak PR-PR perbaikan diri yang belum terealisasi, berharap Allah masih memberi kesempatan dan membuka lebar pintu ampunan-Nya untuk kita. :')

By the way, I'm turning 27 today.

Jadi semakin banyak merenung, sudahkah berkah setiap usia yang terlewati tahun demi tahun? Lalu seandainya jatah usia yang Allah beri tinggal sedikit lagi, sudahkah cukup aset-aset yang dikumpulkan di dunia agar bisa meraup untung besar di akhirat? Fix harus lebih jor-joran lagi beramal dan berkarya untuk Allah, berusaha menjadi hamba yang semakin mencintai Allah dan dicintai-Nya. Titip doa-doa terbaikmu untuk saya ya, sister. Please keep me in your du'a :) *tapi dalam hati aja ya doanya, kalau di-reply nanti saya kewalahan balasnya hehehe :P

Bicara tentang umur yang semakin bertambah, kadang suka ada perasaan saya-masih-pantas-nggak-ya dalam berbagai hal. Mau terlibat di organisasi atau komunitas mikirnya, "Saya masih pantas nggak ya, kan saya sudah bukan anak kuliahan lagi." Mau kuliah lagi atau ikut kursus mikirnya, "Masih pantes nggak sih, saya kan sudah umur segini. Malu sama yang lain, banyaknya yang lebih muda." Ya memangnya kenapa? Terkadang perasaan seperti ini justru malah jadi racun yang menghambat kita untuk terus bertumbuh.

Belum lagi kalau ada perasaan-perasaan merasa terlambat seperti, "Nyesel deh baru rajin ikut-ikut kajian sekarang, harusnya dari dulu nih.." atau "Kenapa sih nggak belajar dari dulu, kalau dulu lebih rajin kan sekarang saya nggak akan kewalahan begini (dalam agama, pernikahan, parenting, karir, bisnis, dll).." Yang biasanya berakhir dengan penyesalan dan menyalahkan diri sendiri. Hayoo, pernah merasakan juga? Jika perasaan terlambat itu menjadi motivasi untuk melaju lebih cepat sih tidak apa, namun yang bahaya adalah ketika ujungnya kita memilih untuk berhenti belajar dan bertumbuh.

Saya juga pernah merasakan penyesalan-penyesalan semacam itu, tapi percayalah, berlarut dalam penyesalan tidak akan pernah menyelesaikan permasalahan. Berhentilah menatap lembaran yang kotor dan segeralah beralih ke lembaran yang baru yang masih bersih. Kita seringkali lupa mensyukuri kesempatan baru yang Allah berikan untuk digunakan lebih baik dari kesempatan sebelumnya

Mungkin surat ini lebih spesifik ditujukan kepada mereka yang sudah merasa terlalu tua untuk mencapai sesuatu atau belajar sesuatu. Tetap semangat ya sister, bertambah tua adalah satu hal yang pasti namun menjadi pembelajar adalah proses seumur hidup. Tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar, apalagi mempelajari ilmu-Nya. Tidak juga ada kata terlambat untuk mengupayakan sesuatu, karena apapun yang Allah takdirkan menjadi rezeki kita, tidak akan pernah meleset datangnya. Tugas kita adalah terus berupaya, terutama mengupayakan diri meraih sebaik-baik kemuliaan di hadapan Allah.

Jika sedang merasa tak pantas untuk berupaya menjadi lebih baik, saya selalu menjadikan kisah Umar bin Khathab r.a sebagai penyemangat. Sayyidina Umar r.a dulunya adalah seorang yang sangat ahli maksiat, kebenciannya kepada Rasulullah SAW amatlah besar hingga berusaha untuk membunuh Rasulullah. Namun Allah telah memilihnya keluar dari gelapnya jahiliyah menuju kepada cahaya Islam hingga hari ini kita mengenal Umar bin Khathab r.a sebagai khalifah kedua yang sangat terkenal dengan keadilannya dan kewibawannya. Beliau tidak menyia-nyiakan "lembaran baru" yang Allah berikan dan mengisinya penuh dengan amal shaleh dan amal jihad. Masya Allah, tabarakallah. Spirit beliaulah yang selalu menjadi penyemangat saya untuk sebisa mungkin berusaha untuk tidak menyia-nyiakan setiap hari baru yang datang.

Kisah beliau membuktikan bahwa setiap orang selalu bisa menggunakan kesempatan keduanya, setiap orang berhak mengisi lembaran barunya dengan kisah yang betul-betul baru yang bahkan berbeda 180 derajat dari lembaran yang telah lalu. Dalam QS. 39:53, Allah bahkan menyuruh kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Maka, selama masih ada nafas, selama itu pula kita masih bisa memilih untuk menjadi pembelajar dan terus bertumbuh serta berproses menjadi hamba yang Allah inginkan. Kapanpun dan di umur berapapun.

Allah Maha Baik kan? :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar