Assalamu'alaikum
warahmatullah wabarakatuh, sister! Alhamdulillah, sudah setengah jalan Ramadhan
menemani hari-hari kita. Antara bersyukur, tapi juga sedih karena mau
dinanti-nantipun, ia (Ramadhan) akan tetap berjalan pergi. Semoga kita bisa
memanfaatkan hari-hari yang tersisa dengan sebaik-baiknya.
Aamiin..
Sebelumnya mohon maaf atas keterlambatan suratnya yang datang malam-malam begini ya, sister. Badan saya drop setelah sepekan kemarin pergi kesana kemari untuk mempersiapkan sebuah event pesantren kilat bersama sahabat-sahabat komunitas. Alhamdulillahnya, lelahnya terbayar dengan bahagia. Alhamdulillah juga masih Allah mampukan menulis surat ini dan masih bisa bertegur sapa bersama para sister of Deen :)
Sebelumnya mohon maaf atas keterlambatan suratnya yang datang malam-malam begini ya, sister. Badan saya drop setelah sepekan kemarin pergi kesana kemari untuk mempersiapkan sebuah event pesantren kilat bersama sahabat-sahabat komunitas. Alhamdulillahnya, lelahnya terbayar dengan bahagia. Alhamdulillah juga masih Allah mampukan menulis surat ini dan masih bisa bertegur sapa bersama para sister of Deen :)
Selepas isya tadi, saya tiba-tiba terinspirasi oleh sebuah tulisan lama di blog
saya tentang sebuah tafsir dari QS. 4:69-70. Maka, di surat kali ini, saya
ingin berbagi sesuatu sekaligus mengingatkan diri saya sendiri tentang sebuah
cita-cita yang tentunya kita semua pasti menginginkannya, yaitu: masuk syurga.
Adalah Quran dan Sunnah Rasulullah, yang jika kita ikuti dan amalkan, insya
Allah akan membawa kita kepada syurga-Nya. Lalu kita berusaha mengamalkannya
sebaik-baiknya, berproses dan berjuang untuk menjadi sebaik-baik hamba, menahan
rindu agar kelak bisa bertemu dengan Rasulullah SAW di syurga-Nya Allah.
Tapi bagaimana jika
amal kita tak cukup banyak untuk mendapatkan syurga tertinggi, sementara
Rasulullah SAW pastilah ditempatkan Allah di syurga-Nya di tingkat yang tinggi.
Masihkah kita bisa melepas rindu bertemu dengan beliau SAW?
Ternyata kekhawatiran ini pernah dirasakan juga oleh seorang shahabat.
Abu Bakar Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa dia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai daripada diriku, lebih aku cintai daripada keluargaku, lebih aku cintai daripada anakku. Aku tadi berada di rumah, lalu aku ingat engkau, maka aku tak sabar sehingga aku datang untuk melihatmu. Apabila aku mengingat kematianku dan kematianmu, aku tahu bahwa apabila engkau masuk surga nanti, maka engkau berada di tingkat yang tinggi bersama para Nabi. Sedangkan jika aku masuk syurga, maka aku khawatir tidak dapat berjumpa denganmu." Nabi SAW tidak menjawab sedikitpun sehingga turunlah QS. An-Nisaa : 69"
Ternyata kekhawatiran ini pernah dirasakan juga oleh seorang shahabat.
Abu Bakar Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa dia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai daripada diriku, lebih aku cintai daripada keluargaku, lebih aku cintai daripada anakku. Aku tadi berada di rumah, lalu aku ingat engkau, maka aku tak sabar sehingga aku datang untuk melihatmu. Apabila aku mengingat kematianku dan kematianmu, aku tahu bahwa apabila engkau masuk surga nanti, maka engkau berada di tingkat yang tinggi bersama para Nabi. Sedangkan jika aku masuk syurga, maka aku khawatir tidak dapat berjumpa denganmu." Nabi SAW tidak menjawab sedikitpun sehingga turunlah QS. An-Nisaa : 69"
Allah
berfirman dalam QS. An-Nisaa (4) : 69-70, "Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu
Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.Yang demikian itu adalah
karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui."
Dalam
tafsirnya Fi Zhilalil Quran jilid ke-4, Sayyid Quthub mengatakan, " ayat
ini adalah sentuhan menarik setiap hati yang masih ada bibit kebaikan padanya, masih
ada bibit kesalehan, masih ada sisa-sisa keinginan untuk mendapatkan kedudukan
yang mulia dalam
kumpulan orang-orang terhormat, di sisi Allah yang Maha Mulia. Berteman dengan
golongan tinggi ini tak lain adalah karunia Allah. Maka, tidaklah seseorang
dapat mencapainya hanya semata-mata dengan amalan dan ketaatannya saja.
Sesungguhnya itu adalah karunia yang besar dan melimpah ruah."
Bagi saya, ayat ini
menjadi angin segar karena berarti kesempatan untuk bersama-sama dengan
Rasulullah di syurga nanti, masih tetap ada. Jangankan reuni dengan keluarga
kita, reuni dengan Rasulullah dan para shahabatnya yang terpaut jarah 1500
tahun dengan kita saja bisa!
Bagaimana, tertarik
juga kan dengan tawaran Allah untuk bisa bersama-sama di syurga bersama para
Nabiyyin, Shiddiqin, Syuhada, dan Shalihin? Kuncinya adalah ketaatan. Taat pada
Allah dan Rasul-Nya, maka Allah janjikan pertemanan abadi dengan para golongan
mulia di syurga-Nya. Semoga kita termasuk satu diantaranya. :')
Semoga tulisan
sederhana ini bisa kembali memotivasi kita untuk kembali mengupayakan taat.
Taat yang tanpa tapi, yang sempurna, yang sepenuh-penuhnya dan
seikhlas-ikhlasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar