Senin, 12 Agustus 2019

Monday Love Letter #53 - Allah, Maaf Aku Tak Tahu Diri

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!

Bagaimana kabarmu? Semoga senantiasa dalam keadaan baik dengan hati yang selalu terpaut pada Allah, ya! Oh iya, listrik di rumahmu sore ini sudah menyala, kah?

Seperti yang kita semua tahu, ada rentetan kejadian yang cukup mengejutkan yang terjadi akhir-akhir ini. Jumat lalu, kita semua dikagetkan oleh gempa yang terjadi di sekitar Banten yang getarannya cukup terasa hingga ke beberapa kota di sekitarnya, termasuk Bandung. Lalu kemarin, beberapa kota di Jawa Barat mengalami mati listrik secara serentak dalam waktu yang cukup lama sehingga kita cukup kewalahan dibuatnya.

Kamu juga mungkin menyaksikan baik secara langsung maupun di media sosial, orang-orang "ribut" membicarakan hingga mengeluhkannya. Jika kita renungi bersama, Allah pasti menyimpan banyak hikmah di baliknya. Salah satunya, mungkin karena Allah ingin membuat kita menyadari suatu fakta bahwa diri kita ini memang lemah dan selalu butuh untuk bergantung pada sesuatu.

Kejadian mati listrik kemarin cukup membuat kita mati gaya, bukan? Beberapa aktivitas pun terhambat sebab banyak diantara keperluan kita yang membutuhkan listrik. Baru satu nikmat yang Allah cabut, kita sudah serepot itu. Bagaimana jika Allah juga memutus curahan nikmat kita yang lain? Selemah itu manusia jika tidak "diurus" oleh penciptanya.

Guncangan gempa kemarin juga cukup membuat beberapa wilayah panik dan berlarian keluar dari rumahnya. Di saat seperti itu, bisa bergantung pada siapa lagi manusia-manusia yang lemah ini selain kepada Allah? Mulut yang jarang berdzikir pun tiba-tiba menyebut nama Allah, dosa yang biasanya diabaikan tiba-tiba ditangisi, doa-doa dilangitkan meminta keselamatan diri. Di saat seperti itu baru kita merasa diri ini lemah dan kembali ingat pada status kehambaan kita. Alhamdulillah Allah masih menjaga, bisakah kita bayangkan jika Allah mencabut perlindungan-Nya untuk kita? Di titik ini, semoga kita semua sudah cukup menyadari bahwa Allah telah menganugerahkan kepada kita begitu banyak nikmat dan karunia yang tak terhingga nilainya. Maka tak ada kekuatan dan kemampuan selain dari Allah.

Kita butuh bergantung kepada-Nya. Tapi, haruskah kita ditegur dulu agar kembali pulang kepada-Nya? Haruskah kita diguncang dulu agar kembali mengingat kemahaan-Nya? Haruskah kita dicoba dan diuji dulu untuk kembali menyebut nama-Nya?

Kalau ada cinta yang bertepuk sebelah tangan, mungkin itu adalah cinta antara Allah dan kita. Allahnya cinta, kitanya sebaliknya. Coba kita ingat, pernahkah Allah memberhentikan aliran rezeki-Nya meski kita bolong-bolong shalatnya? Pernahkah Allah mengurangi kadar oksigen yang menjadi kebutuhan kita meski kita lupa bersyukur kepada-Nya? Pernahkah Allah “cuti” mengurus hidup kita meski kita sedang tak punya alasan untuk mengingat-Nya? Tidak. Maha Baik Allah, Dia tidak pernah melakukan itu semua.

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” – Adz-Dzariyat : 56-58

Allah tidak butuh kita, tapi kita butuh Allah. Allah tidak pernah meninggalkan kita, tapi kita sering meninggalkan Allah. Allah senantiasa mengurus dan mencintai kita, tapi kita senantiasa melakukan yang sebaliknya.

Belum terlambat, kita masih bisa memperbaiki semuanya. Semoga kejadian dan bencana yang sedang terjadi di negeri ini bisa mendorong kita untuk menjadi hamba yang tahu diri, yang mendahulukan hak-Nya daripada hak diri kita sendiri.

Your sister of Deen,
Husna Hanifah & Novie Ocktaviane Mufti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar