Senin, 07 Oktober 2019

Monday Love Letter #62 - Menghidupi Perjalanan, Menjalani Kehidupan

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!
Bertemu lagi di Monday Love Letter, sebuah surat cinta dari kami berdua para founder Sister of Deen. Jika ini menjadi surat pertamamu, selamat bergabung ya sister. Semoga tak ada hal lain yang kamu dapatkan dari surat ini selain kebaikan dan kebermanfaatan. Dan untukmu yang sudah mengikuti Sister of Deen dari mulai awal perjalanannya, kami ucapkan terima kasih banyak, semoga kita tetap bisa menjadi sahabat bertumbuh yang suportif satu sama lain. 
Surat hari ini akan diawali dengan sedikit wawasan mengenai psikologi, mengingat ada salah seorang dari kami yang sedang mendalami ilmu tersebut. Tapi tentu saja akan disampaikan dengan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dimengerti, selamat menyimak ya! :)
Kata orang, beranjak dewasa berarti memasuki waktu-waktu dimana kita mulai mempertanyakan banyak hal tentang hidup ini. Salah satunya adalah tentang makna dari hidup itu sendiri, yang seringnya menjadi pertanyaan kontemplatif saat sedang diam sendiri, “Apa sih makna hidup ini?” Apakah kamu juga pernah bertanya-tanya tentang pertanyaan yang sama?
Dalam dunia Psikologi (dan atau Psikiatri) ada seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa yang berasal dari Austria, beliau bernama Viktor Frankl. Pengalamannya dikurung dalam sebuah kamp konsentrasi di tahun 1942 membuatnya berpikir analitis dan kontemplatif sehingga pada akhirnya ia menawarkan sebuah corak baru dalam psikoterapi, yaitu Logoterapi. Adakah yang pernah mendengarnya? Logoterapi adalah sebuah terapi psikologi atau psikiatri yang mengakui adanya dimensi spiritualitas, yang beranggapan bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup bermakna adalah motivasi utama yang dimiliki seorang individu untuk meraih kehidupan yang didambakannya. 
Berkaca pada apa yang menjadi pandangan Frankl, katanya manusia hidup sebab menginginkan kehidupan yang bermakna. Seperti awan mendung yang menggantung, konsepsi ini seperti berujung pada pertanyaan lain yang jadi menggantung, “Iya sih ingin hidup bermakna, tapi memangnya hidup yang seperti apa sih yang disebut hidup bermakna itu?” Pertanyaan itu masih menggantung hingga suatu ketika seorang sahabat menuliskan dalam sebuah hand lettering cantiknya,

“Life is a journey from Allah to Allah.”

Ah yaa! Ini lebih dari sekedar bermakna. Makna hidup nyatanya memang sebuah perjalanan, dari Allah menuju Allah. Sebab, Allahlah yang menciptakan kita, membuat kita terlahir ke dunia, dan kepada-Nyalah nanti kita akan kembali. Seperti surat cinta dari Allah dalam Al-Qur’an,
“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
– QS. Al-Baqarah : 28
 
Menariknya, perjalanan hidup selalu menawarkan begitu banyak dinamika, sehingga perjalanan hidup itu sendiri mengalami pendalaman makna: ada tentang bertahan, berjuang, memberi, menerima, bersabar, bersyukur, dan masih banyak lagi yang tentunya juga termasuk didalamnya tentang memaknai kematian dan kepergian. 
Setiap orang dapat memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang hidup, sebab masing-masing kita memiliki cerita dan jalan-jalan hidup yang berbeda. Tapi, selama masih dalam koridor yang benar, muara pemaknaan akan berujung pada memaknai hidup sebagai sebuah perjalanan; dari Allah menuju Allah. Maka, ketika kita sedang mencari dan ingin memberi makna pada kehidupan kita, datanglah kepada Dia yang memberi kehidupan kepada kita sebab pada Allah-lah tersimpan semua jawaban. Semoga dalam perjalanannya, kita tidak salah jalan dan berani melangkah di jalan yang benar. 
Selamat menghidupi perjalanan, selamat menjalani kehidupan. Baarakallahu fiik :”)

Your sister of Deen,
Husna Hanifah dan Novie Ocktaviane Mufti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar