Senin, 28 Oktober 2019

Monday Love Letter #63 - Mensyukuri Hidayah

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh, sister! 

Bagaimana kabarmu hari ini? Rasanya baru kemarin kami mengirim Monday Love Letter untukmu, entah kenapa akhir-akhir ini waktu berjalan cepat sekali. Maafkan surat yang terlambat ini ya, dikarenakan satu dan lain hal, suratnya baru sampai malam ini. 

Tapi tak apa, sebab malam hari adalah waktu yang tepat untuk berkontemplasi setelah mungkin seharian ini kita disibukkan oleh berbagai aktivitas. Sesibuk apapun, Allah selalu bisa menjadi tempat pulang. Jangan lupa bersyukur, ya! 

Bicara tentang syukur, sekilas jika kita mendengar kata syukur, yang terpikir adalah bersyukur tentang hal-hal yang tampak. Seperti harta, rumah, mobil, dan benda-benda lainnya yang bersifat materi. Tapi bersyukur juga tidak hanya tentang materi, banyak hal-hal tak nampak seperti kesehatan, ketenangan hati, kepekaan untuk bisa merasa, bahkan hidayah. 

Ya, hidayah adalah salah satu rezeki dari Allah yang hanya diberikan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Hidayah diberikan kepada mereka yang terpilih. “Sesungguhnya Allah ta’ala memberi harta kepada siapa yang Dia cintai maupun yang tidak Dia cintai. Dan Allah tidak memberi keimanan kecuali kepada yang Dia cintai.” (HR. Bukhari) 

Hidayah itu rezeki. Seperti Nabi Muhammad SAW yang didampingi malaikat Jibril dan Mikail saat melakukan perjalanan Isra Mi'raj, ada peran Jibril yang bertugas menurunkan hidayah dan ilmu Allah saat kita menghadiri sebuah majelis ilmu serta peran Mikail dalam memberikan rezeki berupa pemahaman dan keyakinan dari ilmu tersebut. Sehingga jelaslah bahwa sejatinya setiap hamba “diperjalankan” oleh Allah dalam kehidupannya. 

Rangkaian kejadian dalam hidup dari mulai kita dilahirkan ke dunia hingga hari ini, bertemunya diri dengan ujian-ujian kehidupan, pertemuan demi pertemuan yang mungkin terkesan seperti sebuah 'kebetulan', bahkan perjuangan menuju cita-cita yang terasa jauh dan berkelok-kelok, itu semua adalah bukti kebesaran Allah bahwa Allah adalah pengatur skenario terbaik bagi kehidupan kita. Mungkin suatu waktu kita pernah mempertanyakan takdir Allah, namun percayalah bahwa melalui takdir itu Dia memberikan berbagai pelajaran hidup dan hikmah pada kita. 

Kita yang terlahir dalam keadaan tidak tahu apa-apa, kemudian Allah ajarkan banyak hal melalui perantara-Nya. Kita yang mungkin dulunya terjebak dalam keburukan, lalu Allah hantarkan menuju kebaikan. Dari yang dulunya kongkow-kongkow tanpa tujuan, Allah tunjukkan teman-teman yang saling mengingatkan dan menguatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Dari yang dulunya jauh dari Allah, kini mendekat kepada-Nya adalah sesuatu hal yang sangat dirindukan. 

Bukankah indah, ketika menyadari bahwa Allah sudah terlampau baik dengan mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya? Bukankah bersyukur, ketika kita sudah dipilihkan Allah jalan hidup dan wadah terbaik untuk kita menumbuhkan benih-benih fitrah ketauhidan kita? Apalagi ketika kita paham bahwa hidayah itu diberikan kepada orang-orang yang terpilih saja atas kehendak Allah. Dan kitalah yang terpilih itu. Kitalah yang oleh Allah diberi kesempatan merasakan cahaya iman dan islam di saat orang lain banyak yang masih belum keluar dari kegelapannya. 

Maka kepada diri, jemputlah terus hidayah itu, seperti halnya rezeki yang perlu diupayakan. 

Kepada orang lain, bagilah keindahan itu, agar keMahaBaikan Allah tidak hanya dirasakan oleh kita seorang. 

Dan kepada Allah, berterima kasihlah, dengan sekuatnya mengupayakan syukur.

Barakallahu fiik, sister. Semoga kita bisa senantiasa menjaga nikmat hidayah ini sampai ruh berpisah dari jasad untuk kemudian kembali kepada-Nya dalam keadaan yang terbaik. Aamiin..

Your sister of Deen,
Husna Hanifah dan Novie Ocktaviane Mufti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar