Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, sister!
Alhamdulillah tak terasa sudah sampai di penghujung Oktober dan semakin mendekati penghujung tahun 2019. Semoga semangat kita tetap terjaga untuk mengupayakan karya demi karya menjadi sebaik-baik manusia yang bermanfaat.
Sebelum melanjutkan surat ini, kami mohon maaf karena akhir-akhir ini Monday Love Letter sering terlambat sampai ke emailmu, melebihi jam 16.00 WIB seperti yang pernah kami janjikan. Ada beberapa faktor yang membuat kami kesulitan mengirim surat tepat pada waktunya. Semoga bisa memaklumi dan tetap saling mendoakan.
Siap berkontemplasi? Mari kita mulai dengan membaca ayat berikut:
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk." (QS. Az-Zumar (39): 23)
Mungkin kamu pernah membaca ayat tersebut. Dan kita patut bersyukur sebab Al-Quran adalah hal yang begitu lekat di keseharian kita. Kita patut bersyukur sebab kita masih bisa mendengar lantunan bacaan ayat quran dari masjid dekat rumah. Sementara di belahan bumi lainnya, banyak orang-orang yang masih merasa asing dengan Al-Quran.
Kita patut bersyukur sebab Al-Quran hadir dalam hidup kita, lalu ia menjelma menjadi keyakinan dan keimanan hingga kita merasakan betapa nikmatnya hidayah yang telah kita dapatkan. Kita merasakan betapa Allah sangat menyayangi kita sebab kita adalah salah satu dari milyaran manusia yang dipilih Allah untuk dekat dengan petunjuk-Nya.
Sebagai bentuk syukur, kita akhirnya mulai mendalami Al-Quran lebih dalam. Kita mulai memupuk keimanan kita dengan hadir ke kajian demi kajian. Kita memulai lembaran pertemanan yang baru, memperbanyak sahabat dari lingkungan pertemanan yang lebih baik. Kitapun sering berbicara tentang keindahan iman yang singgah di hati kita. Tentang romantisme ukhuwah yang akhirnya kita syukuri.
Tapi apakah di saat yang sama, kita juga merasa gemetar jika kita bersinggungan dengan kemaksiatan? Apakah kita merasa takut kepada Allah saat melakukan perbuatan yang Allah larang? Apakah kita masih santai-santai saja ketika kita melakukan hal yang tidak disukai-Nya?
Seringkali, kita sibuk memupuk keimanan tapi lupa membasmi "hama"nya. Kita sibuk meng-install hal-hal baik kepada diri kita tapi lupa memasang antivirusnya. Kita berjalan menuju Allah tapi ternyata kaki kita yang lain masih terjerat oleh jebakan hawa nafsu dan godaan setan. Hingga tanpa sadar, kita mengotori jiwa yang sudah Allah arahkan kepada kebenaran. Naudzubillah, semoga Allah senantiasa menjaga keistiqomahan kita.
Milikilah rasa takut dan peliharalah rasa malu, sebab keduanya adalah tameng ketika hati kita terkotori oleh niat dan tindakan yang menyimpang. Rasa malu adalah sebagian dari iman, dan takut adalah pangkal dari ketakwaan. Orang yang beriman akan merasa takut kepada Rabbnya jika melakukan kesalahan dan akan merasa malu jika tidak cukup melakukan kebaikan.
Semoga bukan hanya kebaikan yang kita upayakan, tapi juga dibarengi dengan menghindari keburukan. Semoga bukan hanya keimanan yang kita pupuk, tapi juga rasa takut kepada-Nya. Semoga Allah tidak hanya menunjuki kepada kebenaran, tapi juga memberi perlindungan dari kedzaliman dan kejahiliyahan.
"Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya'qub), dan dari orang yang telah kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis." QS. Al-Hasyr (19): 58
Ya Allah, lembutkanlah hati kami..
Your Sister of Deen,
Husna Hanifah dan Novie Ocktaviane Mufti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar