*dikutip dari Monday Love Letter #127, yang kutulis untuk Sister of Deen
Beberapa hari belakangan saya sedang berusaha meningkatkan kualitas relasi dengan teman-teman terdekat. Kebanyakan interaksi saya selama ini paling hanya sekedar melihat atau mengomentari Instagram Stories, sedangkan menelepon atau mengirim pesan biasanya hanya kalau ada perlunya saja.
Padahal, pertanyaan 'gimana kabarnya?' yang dengan tulus kita lontarkan kepada orang-orang terdekat bisa jadi amat bernilai untuk mereka. Atau ketika kita menawarkan 'ketemuan yuk!' kepada sahabat-sahabat kita untuk mendengar ceritanya, mungkin pertemuan hari itu akan menjadi pertemuan yang berkesan untuk mereka.
Banyak orang bilang, semakin dewasa biasanya lingkaran pertemanan kita semakin sempit. Saya justru berharap sebaliknya, semoga saya diberi Allah cukup waktu dan energi untuk bisa memelihara silaturahim dengan banyak orang. Lho, mengapa?
Interaksi saya dengan beberapa orang akhir-akhir ini membuka banyak sekali obrolan yang tidak hanya meluas topiknya, tapi juga mendalam tentang cerita apa saja yang selama ini terjadi di hidup mereka. Tak disangka, ternyata ada banyak kisah yang berisi perjuangan untuk menghadapi realita dan takdir ditetapkan Allah untuk hadir di kehidupan mereka. Tak jarang pula, isak tangis menjadi pengiring dalam kisah yang mereka suguhkan untukku. Membuatku tersadar, "Wah.. Setiap orang ternyata diberi oleh Allah ujian yang berbeda-beda."
And the struggle is real! Ada banyak cerita yang membuatku tercengang sekaligus takjub ketika mendengar ujian-ujian hidup yang harus dihadapi oleh beberapa teman. Yang mungkin jika saya ada di posisinya, saya tak akan kuat, saya pasti tak akan bisa sabar. Tapi Allah memang Maha Mengenal hamba-Nya. Maka pastilah ujian yang Dia timpakan untuk seseorang sudah dalam takaran yang teliti sekali perhitungannya dan hamba-Nya itu pasti akan mampu melewatinya.
Silaturahim juga membuat saya menyadari bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Sekuat-kuatnya kita, kita tetap butuh orang lain untuk membantu kita di kala kesusahan, di kala kita butuh semangat, atau mendengarkan cerita kita agar sekedar merasa lega.
Satu lagi hikmah yang saya dapatkan, ternyata menjalin silaturahim itu tidak harus selalu menjadi seseorang yang serba bisa untuk sahabat kita. Terkadang sesederhana menjadi pendengar yang baik, sudah cukup untuk membuatnya tidak merasa sendirian.
Namun, ada pesan guru saya yang selalu saya ingat, bahwa makna dari silaturahim sejatinya ialah menyambungkan kasih sayang Allah. Maka sebaik-baik silaturahim adalah pertemuan yang tak hanya mempertemukan jasad, tapi juga pertemuan antar ruh (jiwa) untuk sama-sama mengingat Allah dan tujuan penciptaan kita di dunia, serta saling tolong menolong untuk keselamatan di dunia dan akhirat.
Jadi, kapan terakhir kali kamu menyapa sahabat dan orang-orang terdekatmu dan mendengarkan "the untold stories" mereka? Semoga silaturahim yang kita jalin dengan orang-orang tersayang, membawa kita pada kebersamaan yang kekal. Yang tidak hanya bersama-sama di dunia, tapi juga hingga ke syurga-Nya. Aamiin..
Your sister of Deen,
Husna Hanifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar