Sebagai seorang pencatat dan seorang yang gemar menulis,
tulisanku tercecer dimana-mana. Banyak banget punya buku catatan-beli,belum
habis,udah beli lagi. Kadang nyatet di buku catatan punya orang. Haha.. Pagi
ini aku merapikan buku-buku catatanku yang tersebar di pojok-pojok rak. Dan
menemukan satu tulisan self-talk di salah satu buku. Tidak ada tanggalnya, tapi
sepertinya sekitar Februari 2014 aku menulis itu. Ingin ku tulis disini biar
selalu ingat. Memang ya, tulisan di masa lalu bisa jadi berharga di kemudian hari. :)
***
Seorang mu’min, akan benar-benar termotivasi untuk bergerak
apabila mengingat Allah. Aku, sudah mengingat Allah sekalipun, kenapa masih
malas? Kenapa masih menunda? Pede banget emangnya bakal hidup lama? Mana
semangatnya, Na? Masa orang mu’min begini?
Sukses itu ada harganya, surga itu ada harganya. Ini bukan
tentang sempurnanya hidup. Bahkan jika keluargaku harmonis sekalipun, jika aku
punya uang banyak sekalipun, jika semua orang mendukungku sekalipun, selama
masih belum bisa bayar harganya, kesuksesan itu ga akan pernah aku dapatkan.
Selama ini aku ngeyel, ngeluh sama keadaan. Kenapa begini,
kenapa begitu, kenapa dia seperti ini, kenapa dia seperti itu, tapi bagi
orang-orang yang berani bayar harganya, semua itu tidak akan menjadi alasan.
Kesuksesan, dan
syurga apalagi, harganya MAHAL! Dan cuma orang-orang yang mau berkorbanlah
yang bisa dapetin itu. Mau mengorbankan waktunya yang sebentar untuk
mendapatkan waktu indah yang abadi. Mau mengorbankan pikirannya, hartanya,
jiwanya, sampai satu waktu pengorbanan itu telah cukup untuk ditukar dengan apa
yang kita inginkan.
Ini tentang diri
sendiri. Bukan bagaimana orang lain terhadap kita. Selama kita berani bayar
harganya, selama kita yakin sama impian kita, ga ada satupun yang bisa menghentikan
kita.
Sekali lagi, ini tentang diri sendiri. Mau sebanyak apapun
orang yang ingin membantu, jika kitanya tidak mau dibantu, kita tidak akan
pernah sampai. Butuh kerjasama antara yang membantu dan yang dibantu. Bukan berarti
karena yang membantu mengeluarkan tenaganya untuk menarik kita lantas kita jadi
tidak berusaha. Butuh usaha yang kuat dari kedua belah pihak. Terutama keinginan
yang dibantu untuk maju, untuk sampai di puncak bersama-sama.
Berarti selama ini aku yang salah. Ya, aku yang salah karena
aku ga mau ikut berusaha. Aku mengandalkan orang lain. Aku bergantung pada
orang lain. Aku ingin semua orang mengerti keadaanku. Padahal salahku karena
tidak mau melakukan apa-apa. Ya, aku yang ga mau. Aku ga mau, dan aku membuat
dalih.
Padahal aku tahu,
orang sukses ga pernah punya alasan untuk berhenti. Padahal aku tahu, hampir ga
ada kesempurnaan dalam permulaan, langkah kitalah yang membuat apa yang kita
lakukan menjadi sempurna. Dan terkadang, ada saatnya dimana keraguan hanya bisa
dihilangkan oleh tindakan.
Berhentilah menyalahkan diri sendiri, apalagi menyalahkan
orang lain. Kenapa harus meratapi keburukan diri dan orang lain terus menerus? Waktu
masih memberikan kesempatan, semesta masih ciptakan banyak peluang. Tak bisakah
kau fokus pada hal-hal itu saja? Fokus
pada hal-hal yang membuatmu bersyukur. Bahwa kamu masih diberikan waktu untuk
hidup dan memperbaiki semuanya. Bahwa kamu masih dikaruniai orang-orang yang
peduli padamu. Bahwa kamu masih punya keluarga yang lengkap dan utuh. Bahwa kamu
diberi kemampuan dari segi materi. Bahwa kamu berada di lingkungan dan
dikelilingi orang-orang yang baik. Bahwa kamu selalu punya Allah untuk kembali.
Kenapa harus merasa kesulitan padahal nikmat yang Allah beri
begitu banyak? Nikmat mana lagi yang kamu dustakan? Allah kurang baik apa sih?
Mengurusimu, mengatur alam semesta ini untukmu, menjamin kehidupanmu,
menjagamu, mengasihimu..
Dia yang mendetakkan jantung ini untukmu, Dia yang membuat
darah ini mengalir, Dia yang membuat paru-paru ini membantuku bernafas plus Dia
sediakan oksigennya. Dia menjamin rezekimu hingga kamu bisa hidup sampai saat
ini. Dia berikan hati yang peka, Dia berikan akal yang cerdas, Dia memberiku
hidayah-Nya. Jika tanpa-Nya, bagaimana aku bisa ada untuk kemudian merasakan
kasih sayang-Nya yang luar biasa?
Aku tidak pernah meminta untuk diciptakan. Tapi sekali aku diciptakan,
aku merasakan kecintaan yang luar biasa dari-Nya. Siapa di dunia ini yang bisa
memberi cinta sebesar Dia?
Walaupun aku sering tak tahu diri, sering merasa sombong,
tapi Dia tidak pernah berpaling. Dia tetap mengurusiku. Walaupun aku berbalik
dari-Nya berkali-kali, nyatanya aku tak pernah sanggup mengabaikan-Nya dalam
waktu yang lama. Tapi Dia tidak pernah menolakku ketika aku kembali. Siapa yang
bisa memberikan cinta dan pengertian sampai sebesar itu?
Setiap kali kesendirian menemaniku, aku selalu sedih karena
merasa tak sanggup menjadi yang terbaik untuk diri-Nya, dan merasa ingin lari
saja, meminta supaya Dia membenciku saja, karena aku terus seperti ini. Tapi
aku mau lari kemana? Tempat kembaliku lagi-lagi hanya kepada-Nya.
Pada kenyataannya, aku tetap tak bisa hidup tanpa Dia. Pada
kenyatannya, aku tetap membutuhkan-Nya lebih dari apapun. Aku tak pernah
sanggup meninggalkan-Nya.
Allah-ku, masih mau terima aku lagi?
Masih tersisa maaf untukku?
Masih bolehkah aku memiliki harapan agar aku bisa bertemu
dengan-Mu?
Dan, pada akhirnya, aku tetap saja tak tahu diri.
-Aku,
yang masih susah payah mencintai-Mu.
***
Menarik. Tulisan hampir dua tahun yang lalu. Seperti
tercermin masalah seperti apa yang dulu aku hadapi. Ada yang kini sudah bermuara
pada solusi, ada yang masih dalam proses. Juga tentang mindset. Semua kembali
pada mindset. Aku bersyukur ternyata aku masih memiliki mindset yang
menyelamatkan hidupku, dan lebih bersyukur lagi, aku masih memelihara mindset
itu sampai sekarang. Terima kasih karena telah menulis, Na.