Saat kecil dulu, ada satu pengertian puasa yang melekat di ingatan kita, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Entah bagaimana, pemahaman akan definisi tersebut terus terbawa hingga kita dewasa. Hmm, pengertian itu benar, tapi ada esensi lain yang perlu kita tengok agar puasa kita lebih optimal. Apakah itu?
Sebenarnya, puasa tidak hanya berarti menahan diri untuk tidak makan, minum, marah, atau memperturuti hawa nafsu. Jika puasa kita hanya sebatas itu, apa bedanya dengan anak kecil yang baru belajar puasa? Itu barulah puasa dalam batas minimalnya. Dengan kemampuan berpikir kita yang sudah jauh berkembang, seharusnya kita bisa menangkap makna dan hikmah puasa yang lebih dari itu.
Puasa juga berarti mengajak seluruh indera dan pikiran kita untuk juga berpuasa, yaitu dengan mempuasakan mata untuk tidak melihat hal-hal yang tidak boleh dilihat, mempuasakan telinga untuk tidak mendengar hal-hal yang tidak boleh didengar, mempuasakan lisan untuk tidak membicarakan hal-hal yang tidak layak dibicarakan, dan yang tak kalah penting: mempuasakan pikiran dari hanya berfokus pada dunia.
Ramadhan ibarat bulan pelatihan untuk membiasakan hal-hal baik. Jika selama ini kita masih belum terbiasa menjaga lisan atau pandangan, saatnya kita membiasakan diri dengan berpuasa. Jika selama ini pikiran kita hanya terfokus kepada hal-hal yang bersifat duniawi, berlatihlah agar mindset dan orientasi kita hanya tertuju pada Allah saja. Sebab, sayang sekali jika 30 hari Ramadhan berlalu, tapi ternyata puasa kita hanya sampai pada batas minimalnya.
Bagaimana, sudah siap melatih diri di bulan Ramadhan? Yuk, bersiap! Semoga Allah memudahkan kita untuk melatih diri dan jiwa kita untuk dapat berpuasa dengan sebaik-baik maknanya. Selamat berjuang!
___
#PersiapkanRamadhanmu - Day 4
@novieocktavia dan @una_ha2
Design: @ayambisu
PS: Monmaap lagi-lagi tulisan ini lupa ke upload ontime heuheu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar