Semakin dekat kita pada Ramadhan hingga jari tangan kita bisa digunakan untuk menghitung harinya. Saatnya bertanya lebih serius kepada diri, sudahkah persiapanku maksimal optimal untuk menyambutnya?
Jangan-jangan kita masih juga abai karena berbagai kesibukan atau lalai karena terlalu banyak waktu luang. Jangan-jangan kita masih dilanda kebingungan tentang apa yang akan dipersembahkan oleh diri saat Ramadhan menyapa hingga ia pergi nanti.
Tujuh hari itu sebentar, sudah hampir terlambat jika kita baru mulai bersiap hari ini. Sementara Rasulullah SAW dan para sahabat, bahkan memulai persiapan dari bulan Rajab, 2 bulan sebelum Ramadhan. Seserius itu.
Banyak orang menganalogikan Ramadhan seperti olimpiade atau lomba lari marathon. Butuh berlatih dan pemanasan sebelum memulai. Butuh manajemen stamina dan konsentrasi yang panjang saat berproses. Jika tak cukup latihan, akan kewalahan ditengah jalan. Tak cukup stamina dan daya tahan, ucapkanlah selamat tinggal pada kemenangan.
Tak cukupkah pelajaran dari Ramadhan tahun-tahun yang lalu? Seleksi alam akan berlaku bagi mereka yang kurang kuat niatnya, kurang cukup bekalnya, dan kurang fokus dalam prosesnya.
Seperti yang kita tahu, semakin menjelang idul fitri, banyak yang mulai kelelahan, banyak yang mulai termakan distraksi penyambutan hari lebaran. Satu per satu berguguran, meninggalkan target Ramadhan yang berakhir menjadi sekedar angan-angan.
Maka beruntunglah mereka-mereka yang menang, yaitu yang senantiasa terjaga niat dan semangatnya, serta sungguh-sungguh dalam prosesnya.
Sebab hanya mereka yang tersaring dan terseleksi sajalah yang berhak menikmati nikmatnya takbir di malam idul fitri; takbir kemenangan. Semoga kita menjadi salah satunya.
Tak ada pilihan selain bergegas. Waktu kita tak banyak.
___
dari @una_ha2 dan @fikriarosyida
H-7 #MenjemputRamadhan 1441 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar